Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Peta Pendidikan di Negeri Kepulauan

5 November 2019   09:07 Diperbarui: 5 November 2019   09:09 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://hiveminer.com

Saya merasa tergerak untuk menulis setelah membaca analogi gerbong kereta api yang ditulis anggota kompasiana (baca disini) . Rasanya, analogi yang diberikan seakan menggambarkan keadaan pendidikan di negeri beribu pulau ini. 

Dengan hadirnya kabinet baru di pemerintahan baru, tentunya akan ada perubahan kebijakan di sektor pendidikan. Peralihan kebijakan dari menteri pendahulu ke pemangku jabatan yang baru menjadi sebuah transisi. 

Jika diibaratkan kereta api, saat ini kita berada di area transit dimana kita akan berpindah ke gerbong selanjutnya. Yang menjadi kekhawatiran bagi penumpang akankah gerbong selanjutnya berjalan di rel yang benar dan dipandu oleh masinis yang handal. 

Tanjakan dan turunan bukan masalah saat gerbong yang dipakai masih terawat, namun jika masinis tidak menguasai Medan ini menjadi masalah besar. Gerbong didepan dan dibelakang hanya perkara posisi, selama masinis memiliki arah yang pasti maka keduanya tetap akan tiba di lokasi. 

Yang menjadi kendala terbesar kita saat ini adalah kemampuan masinis memahami keadaan dilapangan dan kesiapan gerbong. Kita tidak berbicara jenis gerbong apa yang kita pakai, karena secanggih apapun gerbong seperti MRT, tidak akan menghantarkan penumpang ke tujuan jika masinis tidak menguasai lapangan dan tahu arah tujuannya. 

Krisis pendidikan kita sebenarnya terletak pada ketidaktahuan pemangku jabatan akan keadaan dilapangan yang mengakibatkan kesalahan menetapkan arah tujuan. Jika hari ini kita ingin mengganti LRT ke MRT, apakah letak posisi rel sudah benar-benar sesuai dan kemampuan masinis terjamin? 

Kita semua paham keberagaman suku di setiap pulau di negeri ini membutuhkan pendekatan dan fokus berbeda. Apa jadinya jika MRT dibangun di pegunungan, apakah ia akan berfungsi maksimal saat tanjakan terjal? 

Kebijakan penyeragaman sistem harus disertai dengan pemahaman lapangan yang baik. Saat negera maju sudah beralih ke kereta cepat, bukan berarti kita perju mengganti gerbong. Tujuan mengganti gerbong harus didasari asas keperluan dan manfaat. Apakah gerbong atau jenis kereta yang kita miliki sudah layak diganti atau dari segi manfaat sudah berkurang? 

Ada ribuan permasalahan kompleks yang dihadapi jutaan pendidik dinegri ini. Salah satunya berkaitan dengan rumitnya persiapan mengajar dan dokumentasi yang menghabiskan energi. Disisi lain kualitas pengajaran terabaikan. 

Saat ini kita mengalami krisis kepemimpinan. Arah tujuan pendidikan kita tidak jelas. Wajar saja kita mencoba mengganti gerbong padahal masalahnya ada di masinis. Kita sedang berada didalam kereta yang bergerak tanpa tujuan jelas. 

Beruntung bagi mereka yang berada di gerbong depan, walau kereta berjalan tak terarah mereka akan tetap sampai duluan. Sementara penduduk gerbong paling belakang hanya pasrah menunggu jadwal ketibaan. Kalaupun akhirnya tiba mereka berada di urutan paling belakang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun