Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Karya Peneliti, untuk Masyarakat dan Kemaslahatan, Menuju 100-0-100 Kemen PUPR, Puslitbang Permukiman

16 Mei 2015   01:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju masyarakat sejahtera  dalam suatu permukiman. Menuju 100% ketersediaan air bersih dan air minum, 0 % kawasan kumuh, 100 % sanitasi yang memadai. Mendukung Nawacita Kabinet Kerja.  (Tulisan ini tidak ikut dikompetisikan, hanya sekedar menulis)

Jalan  Turangga nomor 3-5 , Bandung. Tepatnya di  GEDUNG  PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI. Hari Kamis  pagi tanggal 7 Mei 2015. Dengan tema acara Mengupas Tentang Penerapan Hasil Litbang Bidang Permukiman Kementerian PUPR. Sebagai rangkaian dari KOLOKIUM PUSAT LITBANG PERMUKIMAN TAHUN 2015. Tema KOLOKIUM tahun ini adalah, ” Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan”.

PEMBICARA . Setelah mengitari taman dan gedung yang  asri ini, akhirnya  duduk di bawah tenda bagian timur. Bersama 50 kompasianer saya menyimak acara . MC cantik  Disya dari Radio Oz  membuka acara.  Lalu moderator Wardah Fajri (Wawa) dari Kompasiana  mulai memandu acara.
Pembicara 1: Bapak Iwan  Suprijanto ST,MT Maka Bapak Iwan  Suprijanto ST,MT  selaku  Kepala Bagian  Program dan kerjasama Puslitbang Permukiman , Balitbang,  Kementrian PUPR. Dipaparkan  bahwa Puslitbang Permukiman  memiliki banyak  produk hasil penelitian yang dapat diaplikasikan dalam  proses pembangunan gedung/rumah dlsbnya. Namun banyak yang belum terekspose di masyarakat. Bagi mereka yang ingin mengaplikasikan  berbagai teknologi ini dapat menghubungi Puslitang Permukiman, yang kantor utamanya ada di Jalan Panyawungan, Cileunyi.  Kalau tempat acara forum Blogger ini berlangsung, GRHA WIKSA PRANITI (Jalan Turangga) adalah ,  ruang pamer atau display produk, sebagai Convention Center, dan menjadi percontohan paripurna desain bangunan ramah lingkungan.
Pembicara 2 Ir Budiono Sundaru. Selanjutnya Bapak Ir Budiono Sundaru , selaku perekayasa, bidang perumahan dan lingkungan Puslitbang Permukiman , Balitbang,  Kementrian PUPR. Ia  memaparkan tentang Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Teknologi ini  idenya sudah terpikir sejak lama  oleh  penemunya. Motivasi utama pembuatan rumah instan sederhana sehat adalah untuk percepatan pembangunan perumahan, yang back lognya per tahun saat itu cukup signifikan. Dengan gagasannya terinspirasi Lego (mainan anak). (catatan tambahan dari penulis) Motivasi  ke dua , diharapkan  pabrikasi rumah ini dapat menyerap tenaga kerja , atau pemberdayaan masyarakat.(catatan tambahan dari penulis) Motivasi ke tiga, adalah meminimalkan penggunaan kayu. Menurut organisasi world wild   internasional,  teknologi RISHA  ini ramah lingkungan. Karena minim menggunakan kayu.(catatan tambahan dari penulis) Lalu pemikiran ini dituangkan dalam bentuk penelitian dan studi,  sejak tahun 2002. Setelah diaplikasikan dalam  bentuk 3 buah panel rumah, maka  dilakukan pengujian beberapa bulan di Laboratorium yang dimiliki oleh Puslitbang Permukiman, dan satu-satunya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Hasil pengujian bangunan tersebut ternyata tahan gempa. Rencana Launching  bulan Juni atau Agustus 2004 karena satu dan lain hal, diundur menjadi  tanggal 20 Desember 2004. Launching yang dihadiri oleh 2 menteri , yakni Menteri PU Bapak Ir  Djoko Kirmanto, dipl HE,  dan  Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asyari (waktu itu 2 kementerian masih terpisah). Tanggal 26 Desember, tepat  6 hari setelah peluncuran RISHA, terjadi tsunami di Aceh.  Segera teknologi RISHA ini diterapkan  dalam darurat perumahan di kawasan korban gempa tsunami Aceh. Sumber dananya dari beragam negara donatur  yang dananya dihimpun serta dikelola oleh organisasi migrasi internasional, atau IOM ( International Organisation of Migration).
Maka dikerahkanlah  aplikator yang baru  dilatih, untuk memproduksi panel-panel RISHA (ada 3 komponen, P1,P2,P3). Panel RISHA, kalau dalam rumah konvensional, adalah KOLOM. Tentunya bentuk sederhana ini tidak lahir  dari  pemikiran  yang  sederhana, melainkan proses pemikiran  yang komprehensif. Jauh ke depan. Panel inilah yang mobile mudah diangkut ke segala pelosok , untuk  dapat dibangun. Kelak jika mereka yang menerima sumbangan rumah akan pindah, dapat dibongkar dan dipindahkan panel ini ke tempat baru.
RISHA  teknologinya bisa dipelajari mereka yang bergerak di bidang teknik bangunan. Tentunya harus dengan pelatih yang ditunjuk dan dipercaya oleh PUSKIM. Lalu dalam produksinya harus dengan pengawasan dari PUSKIM juga. Banyak masyarakat salah kaprah, dikiranya PUSKIM memproduksi dan menjualnya. Tentu saja tidak. PUSKIM   yang menemukan teknologinya, lalu disosialisasikan untuk diterapkan di masyarakat sebagai produsen maupun pengguna.
Harga jualnya tentunya berfluktuasi sesuai naik turunnya inflasi dan harga bahan bangunan. Panel RISHA ini  berupa bahan adukan (pasir, kerikil dan semen) yang dicetak dalam cetakan besi.  Cetakan inilah yang turut menentukan  produk panel RISHA. Panel-panel inilah yang nantinya akan siap dirakit , pesan pagi, sore  jadi. Istilahnya BMW. Tentang RISHA ini bisa dibaca juga di http://puskim.pu.go.id/risha-rumah-instan-sederhana-sehat/ Sekarang ini sudah pernah ada  67 aplikator RISHA . Barangkali mau mencoba? Harus pelajari dulu  proses dan kaidahnya. Pembicara 3: Bapak Sarbidi, ST, MT. Bapak Sarbidi, ST, MT selaku  Peneliti Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Puslitbang Permukiman , Balitbang,  Kementrian PUPR. . Memberikan penjelasan bahwa tak lengkap membenahi permukiman tanpa melengkapi dengan fasilitas air bersih dan sanitasi yang baik. Selain itu  juga perlu ramah lingkungan. Adalah gagasan cemerlang memanfaatkan air hujan. Gedung ramah lingkungan ini mengaplikasikan sistem penampungan air hujan.
Saya  amati lingkungan sekitar. Ruang terbuka hijau  sebagai  pori-pori resapan air,  di bawahnya terdapat  tempat penampungan air hujan (Sub reservoir). Bapak  Sarbidi  ST , MT, mengaplikasikan sistem ini  untuk mengoptimalkan sumber daya air hujan. Ia   menjelaskan, bahwa air hujan yang deras dari atap  dari atap, mengalir lewat paralon ke saluran-saluran (menyerupai selokan) yang mengitari gedung. Selain itu air yang memang langsung dari hujan , juga mengalir ke saluran tersebut.
Air hujan otomatis mengalir ke  saluran dimana terdapat  batu-batu kapur. Fungsinya  untuk menambah kadar mineral dari air hujan tersebut, masuk ke pipa-pipa menuju penyimpanan air. Nantinya  air tersebut didistribusikan  dan diolah sesuai kebutuhan. Ada beberapa jenis pengelolaan. Tentu caranya berbeda sesuai dengan tujuan penggunaan dan kebutuhan. Misalkan ada pengolahan  untuk siap minum, ada yang untuk keperluan MCK, adapula yang untuk sanitair (closet, cuci, mandi dlsnya). Dengan demikian, meski pada lahan ini didirikan bangunan,  daya serap lahan terhadap air hujan  tetap berimbang setidaknya mendekati daya serap lahan  terhadap air hujan, saat masih berbentuk lahan kosong.  Genangan air tidak membludak  dan tidak limpas ke jalan atau ke luar kawasan ini, meski curah hujan sangat tinggi. Nanti di lapangan, akan ada berbagai penjelasan tentang mumpuninya teknologi pengolahan air hasil penelitian para Peneliti PUSKIM.  Jika berminat, bisa menghubungi PUSKIM. GEDUNG  PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI, PERCONTOHAN  BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN , DENGAN NILAI ARSITEKTUR LOKAL (SUNDA) Hari Kamis  pagi tanggal 7 Mei 2015. Bersama Kompasianer Bandung, dan admin Kompasiana , saya hadir di acara “Mengupas Tentang Penerapan Hasil Litbang Bidang Permukiman Kementerian PUPR”.  Sebagai bagian dari rangkaian KOLOKIUM PUSAT LITBANG PERMUKIMAN TAHUN 2015. Tema KOLOKIUM tahun ini adalah, ” Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan”. Gedung dengan bentuk atap Julang Ngapak (khas Sunda) , itu  membujur dari utara ke selatan.  Lokasinya  di jalan Turangga, Bandung.  Tak jauh dari Trans Studio Mall , Hotel Trans dan Hotel Ibis , di jalan Gatoto Subroto . Kalau melihat atap Julang Ngapak, model atap dari  kekayaan budaya Sunda. Saya teringat suami saya, seorang arsitek, yang saat tugas akhir  maket yang dibuatnya adalah bangunan-bangunan berbentuk Julang Ngapak. Suami saya penyuka budaya tradisional bangunan Sunda.  Julang Ngapak  juga diterapkan di rumah pertama kami di kawasan Riung Bandung. Selanjutnya desain yang sama ia terapkan  di Hotel Lingga Bandung.  Itulah ciri khas desain ssuami saya, termasuk di sebuah kawasan di Lembang. Ada  sebuah kompleks yang menyimpan ciri khas karakter desain suami. Karenanya, ketika menyaksikan  desain Gedung ini, saya jadi keringat karakter khas suami saya, jika mendesain. Ia akan mengsung budaya tradisi atap Sunda, seperti saat tugas akhirnya, dan dalam beberapa karya desainnya. Mungkin kebetulan saja bangunan ini mirip dengan karakter  favorit saya. Sejarah gedung ini? Dulunya pegawai Puslitbang Permukiman Kementrian Pekerjaan Umum (duluPU sekarang PUPR) berkantor di jalan Turangga ini. Tapi sebagian berkantor di Jalan Tamansari Bandung.  Tentu belum banyak yang tahu, bahwa dulu Puslitbang Permukiman  berada di bawah  naungan  PBB. Inilah lembaga pemerintah,    satu-satunya ,  yang memiliki  laboratorium pengujian  bahan bangunan dan bangunan terbaik dan terlengkap di AsiaTenggara, ya Puslitbang Permukiman ini. Tapi lebih populernya masyarakat menyebutnya PUSKIM. Konsultan arsitektur dan kontraktor /developer tempat saya bekerja (dulu) selalu menguji  keandalan  beton di tempat ini. Selanjutnya  tahun 1991an  kantor Turangga maupun kantor Tamansari dipindahkan di  kawasan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Yang lahannya sangat luas, di sana berbagai laboratorium  yang berkaitan dengan bahan bangunan . Jika berkunjung ke sana, maka  kita dapat menyaksikan contoh-contoh  bangunan hasil penelitian. Semisal rumah contoh Rika, Ruspin, Campernik, Teknologi Pracetak N Panel, Teknologi Pracetak C-Plus. Sebenarnya banyak sekali  hasil penelitian PUSKIM yang dapat diaplikasikan dalam  industri perumahan di negeri kita. Tahun 2005an mulailah diwacanakan  lahan milik Kementrian PU ini akan dijadikan apa. Maka  seperti yang ada di hadapan saya pagi itu, sebuah bangunan ramah lingkungan. Pada bangunan ini diterapkan  DESAIN  DENGAN KAIDAH BANGUNAN HIJAU.
Pada tanggal 9 April 2013, GEDUNG PUSKIM CONVENTION CENTRE GRHA WIKSA PRANITI diresmikan oleh Menteri PU saat itu , Bapak Ir Djoko Kirmanto, dipl HE. Pada saat itu pulalah diluncurkan teknologi baru dari PUSKIM  seperti LAGADAR (lampu Tangga Darurat) tanpa menggunakan enerji listrik. Bio 3 , alat pengolah limbah. IPA portabel, mengolah air menjadi air bersih, dengan kapasitas untuk 10 orang. Tenda Hunian Sementara (Huntara).
BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING)  , KUNCINYA PADA DESAIN (PERENCANAAN). Pembangunan Gedung Ramah Lingkungan ini tentunya berdasarkan kaidah-kaidah yang menjurus kepada konservasi enerji dan  sumber daya alam. Mengapa Gedung ini disebut  BANGUNAN HIJAU (GREEN BUILDING)? Sebab gedung ini :
  1. Hemat enerji (hemat listrik: tidak perlu AC tapi sejuk/segar sirkulasi hawanya , tidak butuh lampu di siang hari karena penerangan alami).
  2. Hemat air ( pemanfaatan dan pengolahan air hujan)
  3. Materialnya  ramah lingkungan
  4. Ruang terbuka hijau yang proporsional.
  5. Carport atau lahan parkir menggunakan grass blok , dan paving blok, jauh lebih baik dibandingkan membeton atau mengaspal seluruh permukaan pekarangan.

Bangunan ramah lingkungan itu prinsip utamanya: EFISIENSI, PROTEKSI DAN INOVASI BERBASIS LINGKUNGAN DAN PEMELIHARAAN YANG BERKELANJUTAN (environmental suistainable development/ESD). Gedung ini menghemat lebih kurang Rp 678.568,- (sesuai tingkat kurs dan inflasi Mei 2015) per hari. Sebab tak membutuhkan AC. Keuntungan lain, setidaknya mengurangi emisi karbon. Nah, supaya bangunan  ramah lingkungan, seorang arsitek  perlu  berpikir komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek dan dampaknya jauh ke depan. Mulai dari pemilihan lokasi . Misalkan dibangun tidak di kawasan terlarang seperti di kawasan resapan/pegunungan. Tidak juga di bantaran sungai.  Lalu dipertimbangkan, apakah bangunan tersebut berdampak  buruk terhadap lingkungan. Desain bangunan harus  mempertimbangkan pencahayaan dan sirkulasi udara alamiah seperti yang dimiliki oleh gedung ini. Saat memasuki gedung   bagian dalamnya tanpa lampu,  terang, dan tanpa AC. Tidak terasa panas. Di halaman  harus dilengkapi dengan penghijauan dan penanaman rumput. Pohon besar adalah mutlak diperlukan sebagai produsen oksigen.  Pekrangan gedung ini memang mengesankan. Tamu disambut oleh  pesona bunga-bunga berwarna cerah. Juga gemericik air kolam . Di depan pintu masuk utara ada wastafel yang menyajikan air keran siap minum. Waduh, asyik sekali. Seorang kompasianer langsung mencicipi air yang menyegarkan dan sehat bersih itu.

Bagi mereka yang akan membangun kantor, sekolah, rumah, bisa menjiplak kiat BANGUNAN HIJAU  dan desain yang dimiliki bangunan ini. Terutama untuk para arsitek, PUSLITBANG PERMUKIMAN (PUSKIM) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Gratis kok ilmunya. Bisa didownload dari  Websitenya PUSKIM.http://puskim.pu.go.id/ Untuk ikut pelatihan mempelajari berbagai teknologi, juga bisa menghubungi  PUSKIM. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, SUMBER DAYA AIR, DAN WORK SHOP RISHA DI CIMANGGUNG, SUMEDANG. Sesampainya di Desa Sindang Pakuon, Cimanggung,  Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, para kompasianer makan siang. Bapak Kades Moh. Yusuf lalu menyambut kami dan memaparkan  bahwa  warga desanya sangat terbantu dengan pemberdayaan masyarakat  yang dibantu oleh JUBIT  (LSM Korea) dan juga sebagai sumber dana, adalah KOICA (koordinator penghimpun dan pengerah  dana CSR pemerintah  Korea) , serta digerakkkan oleh PUSKIM.
Ternyata di sini ada  APLIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT  yang pantas diacungkan jempol. Bagus untuk ditiru di kawasan lainnya. Bapak Atang Sarbini ,ST, MT, memandu  tentang pengolahan air. Ada  gemericik sungai Citarik, yang berhulu di Gunung Geulis, nantinya bermuara di Sungai Citarum. Bahwa air Sungai Citarik yang keruh itu bisa menjelma menjadi air layak minum dan dikelola oleh masyarakat setempat.
Bapak Atang Sarbini ,ST, MT, memandu  tentang pengolahan air. Ada  gemericik sungai Citarik, yang berhulu di Gunung Geulis, nantinya bermuara di Sungai Citarum.    Bahwa air Sungai Citarik yang keruh itu bisa menjelma menjadi air layak minum dan dikelola oleh masyarakat setempat. Rumah yang menyehatkan tentunya harus dilengkapi juga MCK ramah lingkungan . Nah  , warga disiapkan sebuah MCK yang  juga mengagumkan. Desainnya sangat ciamik . Artistik sekaligus ergonomik. Menurut  Bapak Rahmat, anak buah Ibu Sin (JUBIT, LSM asal Korea)  MCK didesain ramah lingkungan, dan mahasiswa  Universitas Katolik Parahyangan  dibimbing dosennya ikut andil dalam terbangunnya MCK ini.
Apa istimewanya? MCK ini  menggunakan hasil penelitian PUSKIM, yakni  IPAL BIOFILTER KOMUNAL BERBASIS DAUR ULANG. Untuk mempelajari teknologi ini dan menerapkannya , dapat  menghubungi PUSKIM, atau Puslitbang Permukiman , Balitbang, Kementrian PUPR. MCK dan saung yang cantik, beserta tempat duduknya. Ada percontohan mengelola air  yang baik dan benar. Seperti misalkan  limbah kamar mandi yang dialirkan ke kolam  SANITA  (versi ibu Ir Lia Taufik ) berisi lele dan tanaman air yang menyerap limbah.  Lele ini  hidup subur di air kotor sekalipun. Lalu  septitank yang didesain sedemikian rupa. MCK , saung, kursi ,  menggunakan 3 panel RISHA. Panel-panel RISHA ini diproduksi oleh masyarakat setempat. Selanjutnya ada Work Shop RISHA. Pembuatnya adalah warga setempat. Mereka memproduksi  panel RISHA. Bapak Edi Nur ST, MT  memandu kami menuju workshop RISHA. Ada Bapak Fredy   yang  berpera n sebagai aplikator RISHA juga di tempat berbeda.
Di tempat ini  tampak jelas proses pembuatan panel RISHA. Tampak cetakan-cetakan besi yang sudah jadi , lalu tulangan beton yang dibentuk dan dirangkai dengan aturan sesuai  standar RISHA (tidak sembarangan).  Nantinya  tulangan yang sudah dibentuk  sedemikian rupa, dimasukkan ke dalam cetakan. Dibuatlah   adonan alias adukan (pasir, semen, kerikil) dengan molen. Tuang ke dalam cetakan. Dalam sehari semalam, dapat dikeluarkan dari cetakan. Seperti membuat kue ya.  Maka panel siap digunakan.  Perakitan panel ini  nanti menggunakan baut. Menurut Bapak Rahmat, pelatihan seminggu warga setempat memproduksi panel-panel RISHA ternyata masih kurang. Hasilnya tidak serta merta langsung bagus. Dalam beberapa waktu, mereka akhirnya   berhasil untuk memproduk panel RISHA yang bagus. Para pekerja di sini  rumahnya dekat. Tak perlu keluar biaya transportasi. Disinilah pemberdayaan masyarakat sangat membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Saat para suami bekerja di sini, istrinya mengantarkan bekal makan mereka. Dengan aplikator yang masih jarang, kerap  kebutuhan atau pesanan tak terpenuhi. Karenanya, diharapkan masyarakat dapat mempelajari memproduksi RISHA untuk banyak kebutuhan pesanan. Menurut Bapak Rahmat juga , penemu dan peneliti Teknologi RISHA   (Prof Dr (R) Ir Arief Sabaruddin , CES)  ini tidak menerapkan  harus bayar Royalti. Teknologi ini sudah berjalan 10 tahun, rolyalti bukanlah  sasaran utama. Tujuan terpenting pengabdian peneliti di bawah institusi negara,  adalah kemaslahatan umum , untuk memperbaiki kesejahteraan  bangsa ini . Lewat pembenahan permukiman tentunya. Rumah murah sehat dan layak huni, cepat bangun. Bukan meraup laba. Melainkan untuk pemberdayaan masyarakat. RISHA  teknologinya bisa dipelajari mereka yang bergerak di bidang teknik bangunan. Tentunya harus dengan pelatih yang ditunjuk dan dipercaya oleh PUSKIM. Lalu dalam produksinya harus dengan pengawasan dari ahlinya  juga. Karena ada takaran dalam adonannya, ada aturan dalam pembuatannya. Banyak masyarakat salah kaprah, dikiranya PUSKIM memproduksi dan menjualnya. Tentu saja tidak. PUSKIM   yang menemukan teknologinya, lalu disosialisasikan untuk diterapkan di masyarakat sebagai produsen maupun pengguna. Harga jualnya tentunya berfluktuasi sesuai naik turunnya inflasi dan harga bahan bangunan. Panel RISHA ini  berupa bahan adukan (pasir, kerikil dan semen) yang dicetak dalam cetakan besi.  Cetakan inilah yang turut menentukan  produk panel RISHA. Panel-panel inilah yang nantinya akan siap dirakit , pesan pagi, sore  jadi. Tentunya dengan komponen yang sudah lengkap. Mulai dari panel RISHA, dengan  pengisinya seperti dinding, atap dan sebagainya. RISHA  juga ada di Petogogan .
foto-foto: koleksi pribadi masrierie kompasiana, dan booklet kolokim 2015 Puslitbang Permukiman KemenPUPR

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun