Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot Proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju… maju
Ayo maju… maju
Ayo maju… maju …”
Bagi generasi yang tumbuh remaja di era 90 – an, pasti tidak asing dengan lagu ciptaan Sudharnoto di atas. Betapa tidak, pada setiap pembukaan TVRI yang dimulai pukul dua tiga puluh siang, lagu tersebut menjadi pembuka. Kanak – kanak banyak yang menunggu, oleh karena setelah pembukaan tersebut diputar film kartun semacamSpeed Racer, Teenage Mutant Ninja Turtles, Thunder Cat, dan sebagainya.
Garuda Pancasila merupakan lagu nasional yang rancak bana, menggugah semangat, dan jebrettt… Ciamikkk tenan…
Saya suka. Semestinya lagu-lagu nasional sejenis dilestarikan dan diajarkan kepada para pelajar, agar nasionalisme tertanam dalam darah daging setiap tunas bangsa.
Sejatinya cinta tanah air merupakan bagian dari iman, oleh karenanya Hadratusy-Syeikh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari yang pendiri dan Rais Akbar satu – satunya organisasi massa tradisional Nahdlatul ‘Ulama, berijtihad merilis fatwa Resolusi Jihad yang kemudian berkembang menjadi pertempuran 10 November yang kolosal bin legendaris itu.
Konon kabarnya, fatwa Mbah Hasyim, demikian Hadratusy-Syeikh disebut oleh santri-santrinya, dirilis sebagai jawaban dari pertanyaan Bung Karno mengenai hukum membela negara.
Hubbul-wathon minal iman, begitu dalam bahasa Arab, cinta tanah air sebagian dari iman. Tidak sempurna iman seseorang yang mengaku beragama, namun tidak punya rasa cinta pada tanah airnya.
Indonesia, bumi gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, yang kita menghirup udaranya, meminum airnya, dan memakan sari patinya, apa iya kita tidak cinta? Tak eloklah jika tidak cinta. Tidak bersyukur namanya.
Maka, wahai saudara sebangsa dan setanah air, mari memberikan yang terbaik bagi Indonesia.. Dimanapun kita berada.. (sby18012014)