Mohon tunggu...
Maslani SPd
Maslani SPd Mohon Tunggu... -

Pendidik di SMPN 4 Pelaihari , Kabupaten Tanah Laut., Kalimantan Selatan. Memulai menekuni menulis artikel secara rutin sejak tahun 2013, khususnya artikel yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa tulisan artikel terbit di koran lokal Kalimantan Selatan, baik koran Banjarmasin Post maupun Radar Banjarmasin.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sungai Martapura, Dulu dan Sekarang

7 November 2018   05:08 Diperbarui: 20 November 2018   20:44 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap pulang ke Martapura,  kampung kelahiran penulis, selalu yang teringat masa kecil ketika bermain dengan teman-teman sebaya dulu mandi di sungai Martapura sehabis bermain sebelumnya. Sehabis bermain kami sering menyempatkan diri mandi dan bermain di sungai Martapura, maklum kampung kami berada di tepi sungai tersebut. 

Kami main kejar-kejaran  di sungai yang relatif lebar  dan panjang tersebut, tanpa merasa takut atau khawatir dengan adanya gangguan yang ada di sungai saat itu.

Kehidupan kami masa kanak-kanak pada tahun 1970-an lebih banyak berada di alam terbuka atau di luar rumah dengan berbagai kegiatan atau aktivitas bermain dengan teman-teman sebaya. Salah satu dengan mandi dan bermain di Sungai Martapura yang masih relatif bersih dan tidak banyak tercemar. 

Sesekali saat itu, jika musim loding atau berlabuh kayu gelondongan yang ditarik oleh sebuah kapal dari hulu yang melintas ketika kami sedang mandi, maka serentak kami berenang mengejar dan menaiki kayu golondongan tersebut yang panjang ikatannya ratusan meter.

Sungguh mengasyikkan bermain-main di sungai Martapura saat kami masih kanak-kanak, sekitar umur 8-10 tahunan. Memang sejak kecil secara alami penulis dan teman-teman sebaya saat itu mampu berenang sendiri tanpa diajari oleh orangtua atau orang lain. Semua keahlian berenang kami dapatkan dengan belajar mandiri dari alam. 

Tidak heran ketika air Sungai Martapura sedang surut, kami biasa menyebrani sungai tersebut bolak-balik dengan berenang bersama. Perlu diketahui, bahwa lebar sungai Martapura ini sekitar 100 meter, bahkan kalau saat banjir dapat mencapai 150 meter dari tepi ke tepi seberangnya.

Pada tahun 1985, ketika penulis saat itu membuat makalah sebagai tugas akhir bagi siswa kelas III SMAN Martapura, maka masalah yang penulis angkat saat itu tentang pencemaran air Sungai Martapura. Mengapa?  Pada saat itu tingkat pencemaran sungai Martapura di kampung penulis dan sekitarnya sudah cukup parah, terutama oleh limbah dan sampah rumah tangga atau masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai tersebut. 

Sedangkan air sungai Martapura menjadi satu-satunya sumber air baku untuk keperluan rumah tangga, seperti air minum, memasak, mandi, cuci, dan keperluan lainnya.  Tidak dapat dimungkiri, bahwa alam dan lingkungan hidup di sekitarnya rusak atau tercemah karena ulah tangan manusia itu sendiri.

Salah satu penyebab tercemarnya air sungai Martapura di kampung penulis adalah (maaf)  pembuangan tinja atau kotoran manusia yang dilakukan di sungai tersebut. Hal ini terjadi karena hampir semua masyarakat yang tinggal di pinggir aliran sungai Martapura, dari hulu sampai ke hilir, membuang kotorannya di jamban atau WC yang berada di sungai ini. Nyaris semuanya menumpahkan kotoran tersebut ke sungai Martapura. 

Kalau pada tahun 1970-an jumlah penduduk sedikit, tetapi beberapa tahun kemudian jumlahnya semakin banyak. Kondisi pencemaran air sungai Martapura terparah dan kritis ketika musim kemarau, dimana saat itu aiar sungai terjadi pasang surut dengan volume airnya sedikit,  sehingga kotoroan tersebut bolak-balik mengikuti gerak air sungai.

Kini, tahun 2018, atau 33 tahun kemudian, masyarakatnya semakin banyak dari sepuluh atau duapuluh tahun yang lalu. Kalau dulu rumah masyarakat tidak banyak yang berdiri atau dibangun di tepi sungai, tetapi kini nyaris tepi sungai Martapura tersebut ada rumah berdiri dengan kokohnya. Sungai Martapura saat ini relatif semakin sempit, karena berdirinya rumah atau bangunan lain yang berada di tepi sungai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun