Masjokomu: "Kang Dur, nampaknya pede betul, sudah dapat rejeki dari Dewi Gendari, ya ?"Duryudana : "Mbelgedes, saya sekarang sudah sangat kuat. Tidak ada senjata apa pun yang dapat menembus. Beberapa kelompok sudah mulai berubah pikiran. Mereka sadar bahwa saya sudah sangat kuat. Rasanya sudah tidak perlu sungkan sungkan lagi kalau ingin menunjukkan kekuatan. Siapa pun yang akan menghadang, tidak boleh diampuni. Kalau masih juga ada yang ngeyel, di kriminalisasi saja."Masjokomu: "Tapi Kang Dur, harus selalu ingat dan waspada."Duryudana : "Mbuh ra weruh. Saya sudah sangat kuat. Kalau bukan sekarang kapan lagi. Kalau bukan saya siapa lagi."
Masjokomu: "Kang Dur, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, ada aturan-aturan yang harus dijalankan. Bukan hanya mengandalkan siapa yang kuat. Bagaimana nanti Kang Dur, dapat melindungi rakyat yang lemah!"Duryudana : "Aturan yang berlaku, akan dipatuhi, tetapi keinginan saya juga harus diikuti, titik."
Masjokomu: "Kang Dur, di depan, hari tidak selalu cerah. Kondisi cuaca bisa jadi berubah, begitu pula konstelasi politik. Konon tidak ada yang permanen selain perubahan itu sendiri."Duryudana : "Tidak peduli! Akan saya rapal ajian yang ke tiga: Suro Diro Jayaningrat Pangruwating Diyu."
Masjokomu: "Tapi kata Kang Dur, tidak ada ajian itu ?"Duryudana : "Apapun namanya, kalau keinginan saya tidak ajian itu akan saya rapal. Seluruh kekuatan jahat akan menyerang, merubah kebutaan informasi yang tersembunyi menjadi terang benderang. Mbuh ra weruh. Jangan main main, ingat saya sudah sangat kuat."
Masjokomu: "Tapi Kang Dur, harus tetap cermat dalam perhitungan. Kang Dur ingat tidak, hari apa ini ?"Duryudana : "Memang hari ini, hari apa ?"Masjokomu: "Hari ini hari Jum'at."Duryudana : "Jum'at ke...ra...mat"