Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banser Benar tentang Bendera HTI : Sebuah Analogi Sederhana

5 November 2019   16:09 Diperbarui: 6 November 2019   12:32 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia | Foto detikcom

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebagaimana Hizbut Tahrir (HT) di banyak negara lain, mendapat penolakan bukan hanya dari para penguasa namun juga para ulama. Namun pembredelan badan hukum HTI oleh pemerintah tak serta merta mengakhiri pergerakan para aktivisnya. Justru HTI mendapatkan simpati karena dianggap sebagai korban kezaliman penguasa yang sudah kadung dicap secara rejim yang alergi terhadap pergerakan Islam. Meski nyatanya, ormas-ormas Islam selain HTI dan kehidupan beragama di Indonesia jauh dari kata tertekan apalagi dikriminalisasi. 

Agama memang menjadi isu sensitif yang jika dimainkan akan mendulang perhatian luas. Dan itulah yang tengah terjadi kini. Tindakan pemerintah dalam memberangus kelompok berpemikiran radikal dianggap sebagai pendiskreditan terhadap agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia. 

Salah satu hal yang menjadi bahasan dalam silang pendapat bertema khilafah dan HTI adalah lambang yang digunakan oleh ormas tersebut. Satu pihak mengatakannya sebagai bendera HTI sedangkan yang lain menyangkalnya dan menyebutnya sebagai bendera tauhid yang notabene adalah identitas umat Islam secara universal.

Liwa dan Rayah adalah Representasi HTI?
Bagi Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Banser, bendera berlatar warna hitam dan putih yang bertuliskan kalimat tauhid adalah perwujudan dari lambang HT dan tentunya HTI di Indonesia. Melihat hal itu, para pendukung HTI menyindir sedemikian rupa, sak pole kata orang Jawa. 

Misalnya dengan sebuah karikatur yang memperlihatkan Banser yang membaca kalimat "La ilaha illallah Muhammadan rasulullah" dengan bacaan "Ha-Te-I". Para penyindir itu secara serius mengarahkan orang lain agar berpendapat bahwa Banser sangatlah naif karena menganggap lambang agamanya sendiri sebagai lambang ormas terlarang. Namun tentu saja sindiran itu jauh panggang dari api. 

Kenapa? Begini logikanya.

Sebagian besar umat Islam menganggap bahwa bermazhab adalah sebuah keniscayaan. Baik dalam hal akidah atau fiqih. Maka dari itu, kita kenal mazhab Asy'ariyah dan Maturidiyah dalam akidah atau Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah dalam hal fiqih. 

Lalu sebutan apakah yang disematkan kepada para pengikut mazhab itu? Yak, benar..tetap Islam. Karena semua hal yang digariskan oleh para mujtahid tersebut bukan lain adalah nilai-nilai Islam yang diwariskan oleh Rasulullah. Para ulama hanya melakukan kodifikasi atas berbagai ajaran nabi. Bukan membuat ajaran baru. Meski umat Islam kemudian menyandarkan penyebutan ajaran Islam yang telah mereka kodifikasi dalam berbagai ilmu itu kepada mereka. 

Sehingga jika kita menyebut kata Syafi'iyah, maka yang ada di benak kita adalah ajaran Nabi. Begitu pula saat kita menyebut Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah, maka yang terlintas adalah ajaran Nabi yang diteruskan oleh Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan Imam Ahmad bin Hanbal. 

Namun meski berujung pada Rasulullah SAW, perbedaan antar mazhab tak dapat dihindarkan. Di sini harus dikedepankan penghormatan antar pengikut mazhab. Bukan mengklaim bahwa pendapat ulamanyalah yang paling benar sembari menyalahkan, menyesatkan atau bahkan menyebut syirik kepada muslim lainnya.

Kembali ke bendera HTI. 

Berkaca dari analogi di atas, maka saat siapa pun menyebut bendera HTI maka jangan heran dan salah paham, yang muncul adalah bendera berlatar hitam atau putih yang bertuliskan kalimat tauhid. Hal itu tak mengherankan karena HTI meminjam kalimat tauhid sebagai lambang perjuangannya dalam menegakkan misi kekhilafahannya. Terlepas dari keabsahannya dan pertentangan ijtihad yang dibawa HTI dan muslimin lainnya. 

Yang pasti, pikiran muslim yang paham tentang HTI sebelumnya, akan segera terhubung pada Hizbut Tahrir --mengacu pada HT global sebagai induk HTI-- saat melihat bendera tauhid berlatar hitam dan putih (liwa' dan rayah). Karena memang HT-lah yang mempopulerkannya belakangan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun