Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waria di Panggung Cak Nun, Islam Nusantara Terbawa-bawa

19 Oktober 2019   07:09 Diperbarui: 20 Oktober 2019   09:19 6999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emha Ainun Najib (Cak Nun) bersama jamaah Maiyah | Foto Islami.co

Sosok waria bernama Mirelle sontak menjadi terkenal setelah dia muncul di sekian banyak unggahan di facebook. Termasuk facebook beberapa teman saya. Dia yang dinilai nracak (=tak menghormati, kurang ajar) karena berkomentar mengenai para dai dan al-Quran sontak menimbulkan nyinyiran dari para netizen. 

Tak menunggu waktu lama, video dan foto-foto yang menunjukkan kewariaannya disebarluaskan oleh warga dunia maya. Kegusaran itu kemudian berlanjut pada dikaitkannya fenomena itu dengan hal lain yang sejatinya tak berhubungan. Diantaranya dengan Islam Nusantara.

Diberi Kesempatan Berbicara di Maiyah-an Cak Nun 

Mirelle memang diberi waktu untuk berbicara di depan para Arema (arek Malang) yang hadir di pengajian Cak Nun, Maiyah. Di situ dia berbicara mengenai banyak hal termasuk masalah yang saya sebut di atas meski dalam porsi yang sedikit. 

Mengenai kehadiran sosok yang merepresentasikan sebuah identitas kontroversial, Cak Nun menegaskan bahwa hal itu bukanlah wujud dari dukungan terhadap keberadaan LGBT. 

Di akhir penuturannya, Mirelle menyinggung masalah sensitip yakni mengenai apa yang disebutnya sebagai ulama-ulama anyaran yang memiliki kebencian dalam hati. Entah kebencian kepada siapa yang dimaksudkannya, mungkin kebencian pada orang lain yang berbeda dengan pemikiran dan tindakan mereka. Lalu dia pun mengungkapkan tentang perlunya tafsir terhadap ayat agar al-Quran tetap sesuai dengan kondisi kekinian. 

Di situlah banyak orang yang tak terima. Perkataan itu diartikan sebagai penghakiman terhadap para pendakwah. Mengenai al-Quran, dia amat mungkin divonis ragu bahwa kitab suci itu senantiasa relevan dalam membaca dan memberi jawaban atas segala permasalahan kontemporer. Padahal al-Quran dinisbatkan sebagai al-huda, petunjuk bagi umat Islam hingga akhir zaman. 

Tangkapan layar di facebook | Foto dokpri
Tangkapan layar di facebook | Foto dokpri
Dan seperti biasanya, orang-orang yang punya pemikiran seperti itu langsung diberi stempel sebagai orang liberal, menyimpang. Lalu terhubunglah kata "liberal" itu pada istilah Islam Nusantara yang sedari awal telah dicap sebagai sebuah gerakan menyimpang oleh sebagian orang.

Sebut Apapun Yang Menyimpang sebagai Islam Nusantara 

Memasuki tahun ke lima kehadiran istilah itu, publik masih saja gemar menjadikannya pesakitan. Seolah berlaku kaidah "apapun yang menyimpang dari syariat pasti terkait Islam Nusantara". Sebuah istilah yang mereka sebut sebagai aliran baru yang dimotori oleh orang-orang liberal di tubuh Nahdlatul Ulama (NU).

Sebenarnya, Islam Nusantara bukan hal yang baru. Istilah itu hanyalah memberi nama bagi banyak hal yang menjadi ciri Islam di Indonesia. Cara berislamnya orang-orang Indonesia yang mampu melekatkan tradisi dan nilai-nilai keislaman. Atau sejarah islamisasi Jawa pada khususnya yang merupakan hasil dari jerih payah para pendakwah yang kita kenal sebagai Wali Sanga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun