Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Kematian Itu Semakin Dekat ...

23 Agustus 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:25 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Alhamdulillah ya Allah, Segala puji dan syukur hanya bagiMU dan untukMU ya Allah ... ruh, jiwa, nafas, badan serta semua kenikmatan yang telah kau berikan kepada kami berupa keimanan kepadaMU, nikmat sehat dan semuanya yang ku tak mampu menghitungnya masih kau jaga sampai detik ini. Tak terasa waktu berlalu, kini ku sudah 32 tahun. Waktu yang tak lagi muda apalagi anak-anak. Banyak cerita, suka cita dan duka lara yang telah kau berikan menghiasi lembaran hidupku selama ini. Ada senyum, tawa, bahagia,
sedih, tangis dan duka lara.

Namun semua itu aku pahami dan yakini hanya sebagai garis-garis takdir dan alur perjalanan hidup yang telah KAU patri di lauh mahfudz sana. Sebagai orang yang beriman kepadaMU ya Allah, aku hanya bisa menyatakan Insyallah, aku termasuk orang-orang yang ihlas dan insyallah aku termasuk orang-orang yang sabar dan tawakkal. Jagalah keihlasan dan tawakkal kami hanya kepadaMU ya rabbi. Karena aku hanyalah hambaMU yang lemah dan banyak khilaf dan penuh dosa, ampunilah kami ya Allah. Allahummagfirlana dzunubana waliwalidaina warhamhuma kama robbayani soghiro ...

Ya Allah, kini aku bukan lagi diriku yang bebas ke manapun aku pergi. Aku bukan lagi orang yang bisa melakukan apa saja semau gue. Dan bukan lagi anak-anak yang setiap saat merengek ke orangtuanya jika ingin sesuatu. Kini aku telah menjadi manusia dewasa, seorang suami dari istriku tercinta yang sabar dan luar biasa. Kini aku ayah dari 3 putriku yang cantik dan pintar nan cerdas. Dan kini aku sudah menjadi manusia mukallaf (tanggungan), tak hanya dalam pengertian agama, tetapi juga mukallaf atas persoalan umat dan bangsa.

Ya Allah, sepanjang hidup yang telah kau berikan selama ini, hingga umurku yang ke 32 ini, memang telah ku lalui dengan penuh dinamika. Ada fluktuasi keimanan, ada pasang surut semangat dan ada inflasi dan deflasi rizki dan nikmatMU dan beribu warna, cita rasa saat menjalani kehidupan ini. Ada senang karena nikmat yang kau limpahkan kepada kami, ada sedih atas ujian yang kau berikan kepada kami. Ada bahagia saat kau berikan kesenangan kepada kami, tapi juga ada duka lara saat kau uji dengan kenistaan dan fitnah kepada kami.

Namun sekali lagi ya Allah, aku ihlas menjalani semua itu. Karena aku yakin semua itu adalah kehendakMU dan jalan takdirMU. Nikmat yang telah KAU berikan kepada kami sunguh sunguh sunguh sangat luar biasa buuuaaannyaaak dan tak terhitung. Bahkan nikmat yang begitu besar dan buanyak itu, tak pernah kubayangkan akan sebanyak itu saat aku masih belepotan tanah ketika membantu orangtuaku di ladang saat itu. NikmatMU yang begitu besar yang kami rasakan saat ini tak terbayang pula saat kami bersimbah, bersujud dan bersimpuh di hadapanMU ketika tengadah tangan dan tetesan air mata ini mengalir saat bedoa dan meminta keridloan kepadaMU.

Engkau sungguh maha rahman dan rahim ya Allah. Engkau maha pemurah dan lagi maha penyayang ya Allah. Ya Allah, saking banyaknya nikmat yang telah kau curahkan kepada kami, di umurku yang 32 ini aku sudah dapat merasakan kehadiranMU secara nyata. KAU sudah hajikan aku di umur yang relatif muda, 28 tahun. Kau sudah kelilingkan aku di seluruh Indonesia, kau sudah penuhi keinginanku belajar di negeri yang berbahasa asing bagiku, kau sudah berikan kami 'surga dunia', istri yang cantik dan keturunan yang cantik, sehat dan pintar-pintar, kau berikan aku keluarga yang luar biasa teman serta sahabat yang beraneka ragam, dari presiden, menteri, para pejabat sampai tukang becak dan kiai. Dan kau berikan banyak lagi yang lain yang tak mampu aku sebutkan karena sungguh nikmatMU sangat banyak, mulai nikmat sehat, nikmat Islam, iman dan hidayahMU serta nikmat ilmu dan lainnya, 'wain tauddu nikmatallahi la tuhsuha'.

Karenanya, Ya Tuhanku, jika kau telah uji kami dengan berbagai fitnah dan kesukaran hidup, itu sungguh tak ada apa-apanya dibanding kenikmatan yang telah kau berikan kepada kami. Sungguh aku malu jika hanya karena ujian dan fitnah seperti itu membuat aku berputus asa dengan rahmat dan magfirahMU. Sementara aku tahu ujian kepada hamba-hambaMU yang kau cintai dan kasihi jauh berjuta kali lipat lebih dahsyat dari yang kau ujikan kepada kami, dan apa yang mereka lakukan? Mereka sabar dan ihlas menerima dan menjalaninya ya Allah. Aku jadi ingat betapa berat dan besarnya ujian yang KAU berikan kepada Nabi kholilullah, Ibrahim Alaihissalam.

Di usianya yang renta dan hanya berharap keturunan satu-satunya (sebelum dikaruniai Nabi Ishak AS), Nabi Ismail Alaihissalam sebagai penerusnya untuk menyeru kepada tauhid, KAU malah uji beliau dengan ujian maha dahsyat harus menyembelih anaknya sendiri dengan pisau dan tangannya sendiri. Padahal anak ini harapan besar dan yang selalu dirindukan karena telah ditinggal bertahun-tahun di lembah gersang bersama ibunya, Siti Hajar di tempat yang saat ini paling diberkahi Allah, Makkatul Mukarramah. Bayangkan, betapa berat dan amat pedihnya ujian itu? Namun karena kecintaan dan keimanan yang sempurna kepadaMU, sang nabi pilihan ini pun menjalankan semua perintahMU dengan ihlas dan khusyuk.

Aku jadi ingat bagaimana sabar dan tawakkalnya sang Nabi Ayyub yang kaya raya, dihormati, lalu KAU uji dengan kemiskinan, kenestapaan karena semua yang dicintainya hilang dan mati, sampai sebuah penyakit aneh dan menjijikkan hingga semua orang mengusirnya, tinggal hanya istri tercinta Rahmah yang menemani tinggal dalam gua (yang sekarang katanya berada di daerah Irak, atau ada juga pendapat gua itu sekarang ada di daerah Turki) karena mengucilkan diri. Namun beliau sabar dan tawakkal serta tak mau berputus asa kepada Allah. Justru ketika istri satu-satunya yang menemani menyarankan untuk sang nabi berdoa meminta kesembuhan kepada Allah, sang nabi malah mengusir istrinya, karena berdoa meminta kesembuhan itu adalah tanda kita tak sabar dan ihlas dengan cobaan. Apa kata sang nabi, aku malu memohon agar ujian ini dihilangkan, karena nikmat yang telah diberikannya kepada kami jauh lebih banyak dan besar. Sunguh tak sebanding kenikmatan selama 70 tahun yang diberikanNYA aku tukar dengan ketidaksabaran atas ujian yang hanya 7 tahun ini. Malu aku dengan Tuhanku, kata sang nabi kepada istrinya yang lalu meninggalkannya karena tak kuat dengan bujuk rayu syetan juga. Subhanallah ...

Aku jadi ingat bagaimana sabarnya dan tawakkalnya Nabi Ya'kub saat kehilangan anak tercintanya Nabi Yusuf karena dibuang oleh saudara-saudaranya. Sampai-sampai beliau buta karena setiap hari menangis karena sedih dengan ujian hilangnya sang putra yang diketahuinya memang kelak akan menjadi nabi dan penyeru jalan tauhid. Tak malukah diri ini akan kesabaran Nabi Yusuf saat difitnah oleh Zulaikha sang permaisuri raja yang kesengseng habis dengan ketampanan sang nabi, dan bahkan karena fitnah ini, sang nabi harus mendekam di penjara dan dibawah ancaman hukuman mati karena tuduhan mengoda istri sang raja. Dan juga kesabaran beliau sang nabi saat dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya yang hasud dan dengki kepadanya karena paling disayang dan dicinta oleh ayahnya.

Aku jadi ingat bagaimana Rasulullah SAW begitu sabar dan tawakkalnya beliau saat difitnah, dikejar-kejar dan mau dibunuh kaum kafir dan musrik Qurais pimpinan Abu Jahal dan Abu Lahab, diludahi, dilempari batu, dikhianati, dianggap gila dan sinting serta giginya rontok karena berperang membela agamaMU. Namun Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW begitu sabar dan tak mundur kendur selangkahpun mengajarkan wahyu dan perintahMU serta ihlas menjalani semua ujian itu dengan senang dan senyuman bahagia di bibirnya. Dan banyak lagi keteladanan yang KAU terangkan dalam ayat-ayatMU dan hadis rasulMU serta kisah-kisah hambamu para auliya, syuhada dan sholihin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun