Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Bagian dari Kebudayaan Kita

6 Desember 2018   13:31 Diperbarui: 6 Desember 2018   13:37 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.brilio.net

Kebangsaan yang Menjadi Kepingan

Membahas carut marut politik di Indonesia ini, menurut saya harus dihubungkan dengan dua termin yaitu pendidikan dan kebudayaan. Politik bangsa kita ternyata belum menghasilkan pemimpin yang mau membawa kondisi Indonesia sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 secara jelas bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh bangsa maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Setelah lepas dari penjajahan Bangsa Asing, justru negara kita dijajah oleh bangsa sendiri. Misalnya penjajahan lewat politisi yang menghancurkan bangsa lewat korupsi.

Kondisi pemimpin kita tidak lagi terkeping-keping, tetapi semuanya sudah menjadi kepingan, kata Cak Nun dalam buku "Markesot Bertutur Lagi". Kondisi kepemimpinan yang sudah berkeping-keping ini merupakan luapan kegerahan pada tahun 80-an. Akan tetapi tulisan Cak Nun tersebut masih tetap relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Kondisinya, sudah berlalu hampir 38 tahun berlalu, tetapi tetap sama sampai hari ini. Bangsa Indonesia masih saja menjadi kepingan politis yang menghancurkan.

Kondisi kepemimpinan kita terlanjur menjadi kepingan. Peta politik kita saling menghancurkan, melepaskan dari tujuan pembangunan bangsa Indonesia. Parahnya lagi, bukan pemimpin kita saja yang menjadi kepingan, tetapi masyarakat kita ikut-ikutan.

Tengok saja, cuitan di beberapa media sosial kita misalnya facebook, Instagram, atau youtube. Budaya Timur kita hilang begitu saja, yang muncul adalah perpecahan. Kata-kata kasar, bahasa binatang, sontoloyo, kecebong, dan seterusnya, menjadi bahasa populer di media sosial kita.

Jangan Lepaskan Pendidikan dan Kebudayaan

Saya sendiri tidak tahu siapa yang memulai menghancurkan budaya santun kita saat ini. Sepertinya sulit untuk menguraikan siapa tokoh yang menjadi dalang munculnya bahasa sontoloyo tersebut.

Pada akhirnya anak bangsa kita terlanjur menyukai kekerasan dengan menggunakan bahasa di media sosial. Justru penggunaan bahasa kasar dan jauh dari budaya Indonesia itulah yang bisa memantik perpecahan lebih luas.

Jika mengutip pendapat Prof Tilaar dalam bukunya "Kaledioskop Pendidikan Nasional Indonesia", semua masalah ini berasal dari sistem pendidikan Indonesia. Prof Tilaar menyebutkan, pendidikan di Indonesia ini telah dicerabut dari akar kebudayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun