Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Masa Depan melalui Pagi

30 November 2018   16:16 Diperbarui: 30 November 2018   16:41 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susana pagi di Dusun Tunggak Nongko, Kel Ngeposari, Kec Semanu, Kab Gunungkidul, DIY (Sumber Facebook Pribadi Penulis)

SelainSelain menyukai politik, sastra, budaya, sosial, ternyata saya menyukai motivasi. Buku motivasi, sering kali menjadi penghibur saat buku-buku akademis mulai membosankan. Pada tulisan kali ini saya juga ingin menuliskan tentang motivasi. Saat kegairahan akademik saya terasa mulai kering.

Tulisan ini pernah saya share di facebook, saya edit kembali, saya tulis ulang. Mudah-mudahan ada orang yang bersedia membacanya. Saya menyebutnya kisah melawan pagi yang dingin. Pada sebuah pagi itulah terbentang banyak harapan masa depan. Kisah sukses kita bisa diukur dari kebiasaan pagi kita.

Pada waktu pagi itu, semua hal tentang kehidupan dimulai. Tetapi di pagi itu juga, kegagalan hidup dimulai. Semua tergantung bagaimana sikap kita terhadap pagi. Mari kita ukur sukses hidup kita dengan bangun sepagi mungkin.

Waktu pagi adalah waktu yang menentukan hendak dibawa ke mana hidup kita. Maka, waktu pagi adalah sebuah pertaruhan tentang masa depan kita. Alangkah rugi jika kita terlambat bangun pagi. Kerugian yang besar bagi seorang lelaki yang tertinggal shalat subuh berjamaah di masjid. Ketakwaan seorang lelaki diuji pada saat subuh datang.

Sebab waktu subuh adalah waktu yang sangat berat bagi tubuh. Maka, sering kali bertebaran meme di medsos yang menyebutkan "jika cari calon mantu carilah ia di masjid saat shalat subuh" Di sana tidak akan ada pencitraan layaknya di media sosial. Untuk bangun subuh kemudian menuju ke masjid membutuhkan sebuah proses yang panjang. Ada perjuangan untuk melawan kantuk dan dingin. .

Setelah selesai subuh, apakah jalan hidup selesai? Tentu tidak begitu kan. Masih ada pekerjaan dan aktivitas yang harus kita lakukan.

Kata bijak mengatakan "keselahan spritiual harus diimbangi dengan kesalehan sosial". Maksudnya adalah setelah selesai shalat maka tugas kita kemudian adalah bertebaran di bumu untuk bekerja atau belajar. Ada juga pepatah mengatakan ilmu agama tanpa ilmu pengetahuan buta sedangkan ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang. Jika ingin bahagia di akhirat kita harus berilmu dan jikapun ingin kebahagiaan dunia harus juga berilmu.

Pilihan aktivitas waktu pagi yang bemanfaat sebagai contoh adalah membaca. Pada pagi itu pikiran kita masih bugar. Membaca menjadi kegiatan positif yang membuat pikiran lebih cerdas. Saya sendiri selalu memaksa membaca koran atau buku di waktu pagi hari. Membaca harus dipaksakan, jika tidak dipaksakan, maka akan lebih banyak malasnya.

Allah swt memerintahkan dalam Al Quran pada QS Al Alaq untuk membaca. Agar kita menjadi manusia yang cerdas dan beradab. Agar kita tidak menjadi manusia yang miskin ilmu dan miskin harta. Maka perintah pertama adalah membaca Al-Quran, memahami kemudian mentadaburinya. Setelah itu membaca apa saja agar kita memiliki pengetahuan yang luas.

Alangkah berbeda cara bicara dan sikap orang yang gemar membaca dengan orang yang tidak gemar membaca. Meniru dari budaya orang Jepang "membacalah agar otak tidak cepat pikun".

Wallahu a'lam bis shawab

Bangka 3 A No. 25

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun