Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mimpi Sang Pakar Jeruk Gayo

7 Juni 2017   12:29 Diperbarui: 9 Juni 2017   20:11 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Wiknyo (baju putih) sosok yang paling paham sjarah dan seluk beluk jeruk keprok Gayo (Doc. FMT)

Kalau ada yang bertanya siapa orang yang paling tau banyak tentang sejarah dan seluk beluk jeruk keprok Gayo, jawabannya jelas; Wiknyo lah orangnya. 

Sosok laki-laki kelahiran Takengon, 16 Nopember 1954 ini, sudah sejak tahun 1980an yang lalu mulai konsen memperhatikan perkembangan berbagai varietas jeruk yang ada di dataran tinggi Gayo. Profesinya sebagai penyuluh pertanian, membuatnya sering blusukan keluar masuk kebun dan lahan pertanian milik petani, dari situlah kemudian dia tertarik untuk mempelajari lebih jauh sejarah dan seluk beluk jeruk, karena menurutnya komoditi ini punya prospek kedepan yang sangat bagus. Dia juga yang kemudian menyarankan kepada para petani di Gayo untuk menanam jeruk di sela-sela kebun kopi yang memang menjadi komoditi pertanian utama di daerah ini.

Dari catatatannya, ada sekitar 30 varietas jeruk yang tumbuh di dataran tinggi Gayo, dan 13 di antaranya memiliki nilai ekonomis yang cukup bagus, salah satunya adalah jeruk keprok Gayo. Itulah yang kemudian membawanya terlibat langsung untuk mengembangkan komoditi yang selama ini hanya dianggap seagai tanaman selingan itu. 

Untuk mengetahui seluk beluk komoditi jeruk ini, Wiknyo sempat beberapa kali menyambangi Balai Penelitian Jeruk dan Buah Tropika (Balitjestro) di Tlekung, Jawa Timur. Dari sinilah kemudian dia mulai tertarik untuk mengembangkan varietas jeruk spesifik daerahnya, dan mulailah dia fokus kepada jeruk keprok Gayo.

Tahun 1985 adalah awal "perburuan"nya untuk mencari pohon induk jeruk keprok yang memiliki keunggulan serta spesifikasi rasa dan aromanya. Akhirnya dia mendapati beberapa batang pohon jeruk keprok yang kebetulan terawat dengan sangat baik, sehingga menghasilkan buah kualitas premium di desa Pantan Jerik, Kecamatan Kute Panang. Dari pohon induk tersebut kemudian Wiknyo mengambil beberapa entres atau pucuk cabang untuk kemudian dia okulasi dengan jeruk JC sebagai batang bawahnya. Selain itu dia juga menangkarkan bibit yang berasal dari biji jeruk dari pohon induk yang sama. Hasil penangkarannya itu yang kemudian dia tanam di kebun yang kebetulan berada di sekeliling rumahnya di desa Paya Tumpi, sekitar 3 km dari pusat kota Takengon.

Dengan perawatan intensif, tanaman jeruknya tumbuh dengan sangat baik, dan ketika mulai berbuah, sifat genetik dari pohon induknya tidak berubah. Jeruk keprok yang ditanam Wiknyo, rata-rata buahnya berukuran besar (sekitar 3 -- 4 buah per kilogramnya), bentuk buah bulat dengan kulit mulus mengkilap berwarna kuning kehijauan, dan ketika kulitnya dikupas, segera tercium aroma khas yang menyegarkan serta rasa jeruk yang sangat manis, persis sama dengan buah yang berasal dari pohon induknya.

Mulai yakin dengan keunggulan jeruk keprok yang ditanamnya, Wiknyo kemudian memberi nama varietas jeruk itu dengan nama jeriuk keprok Gayo, nama Gayo sendiri dipakai karena jeruk keprok ini bibit dan tempat tumbuhnya memang di dataran tinggi Gayo. Nama jeruk keprok Gayo mulai "berkibar" ketika Wiknya mengikutsertakan jeruknya dalam Kontes Buah Nusantara pada tahun 1993 yang lalu. Dengan berbagai keunggulannya, jeruk keprok Gayo yang diusungnya, langsung menyabet gelar Juara Pertama kontes buah yang diselenggarakan oleh Departemen Pertanian bekerjasama dengan majalah pertanian Trubus itu.

Gelar juara pertama dalam kontes buah tingkat nasional, membuat Wiknyo semakin termotivasi untuk mengembangkan komoditi ini, dia pun mulai membuat bibit okulasi untuk disebarluaskan kepada para petani di daerah ini. Tanaman jeruk yang sudah berubah menjadi pohon induk di kebunnya, kemudian dia "isolasi" dengan membuat kurungan jarring yang menutup seluruh bagian tanaman. 

Tujuannya untuk mem"protect" pohon tersebut dari serangan hama dan penyakit tanaman serta untuk menghindari terjadinya mutasi gen yang dapat merusak kemurnian varietas jeruk ini. Dan sejak saat itu, tanaman jeruk Wiknyo sering dikunjungi oleh banyak kalangan, mulai dari para peneliti dari balai penelitian atau kampus perguruan tinggi, pejabat lingkup Depertemen Pertanian maupun pelaku usaha yang mulai tertarik untuk mengembangkan komoditi ini.

Melihat banyak pihak yang mulai tertarik pada jeruk keproknya, Wiknyo kemudian berupaya agar komoditi yang dikembangkannya selama bertahun-tahun ini mendapat pengakuan dan legalitas dari pemerintah. Perjuangan panjang Wiknyo akhirnya membuahkan hasil dengan keluarnya Keputusan Menteri Pertanian Nomor :: 210/Kpts/PR.120/3/2006 pada bulan Maret 2006 tentang pelepasan jeruk keprok Gayo sebagai komoditi unggul nasional. 

Berdasarkan keputusan tersebut, Wiknya tidak ragu lagi menyebut jeruk keprok yang dia kembangkan selama ini sebagai Jeruk Keprok Gayo, karena sudah memiliki payung hukum sendiri. Kegigihannya mengembangkan dan meperjuangkan jeruk keprok asal Gayo ini, membuat banyak kalangan yang menjuluki Wiknyo sebagai Pakar Jeruk Keprok Gayo, tak berlebihan memang, karena mungkin dia satu-satunya orang yang paling paham tentang jeruk keprok Gayo ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun