Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemerdekaan dalam Pendidikan

15 Maret 2018   08:09 Diperbarui: 15 Maret 2018   09:23 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemerdekaan identik dengan kebebasan dengan segala batas moralitas di dalamnya demi menjaga agar tidak terjebak dengan aroma keliaran. Bebas tanpa batas moralitas sesungguhnya adalah liar atau brutal. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002). 

Moralitas juga berperan sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk (Keraf, 1993). Dalam semangat kemerdekaan untuk bangsa tercinta ini, tujuan utama dalam berbangsa dan bernegara adalah mengarah pada hidup baik dalam penghargaan harkat dan martabat manusia.

Peran dunia pendidikan sangat dibutuhkan dalam mengusahakan implementasi dan habitus dalam skala luas dan mendalam demi kemajuan bangsa sehingga moralitas menjadi sebuah spirit kehidupan masyarakat sekaligus menjadi dasar bertindak para pemimpin bangsa. Dunia pendidikan sudah seharusnya menjadi tempat yang memiliki atmosfir humanis dan bermakna.

Kini tiba saatnya mengimplementasikan esensi kemerdekaan dalam dunia pendidikan lewat berbagai cara. Pertama, pendidikan yang mengimplementasikan kemerdekaan pastinya mengedepankan kemerdekaan diri setiap peserta didik di sekolah. Anak didik memiliki kebebasan dalam belajar tanpa harus menjadi liar atau brutal karena masih ada batas-batas kewajaran dalam dunia pendidikan. Kemerdekaan diri ini erat kaitannya pada penghargaan diri pada anak didik tentang potensi dan peluang untuk berkembang menjadi lebih baik.

Habitus berdialog dan berdiskusi di ruang kelas hendaknya menjadi sebuah keutamaan. Bertanya dan menjawab merupakan pelajaran dasar berkomunikasi sebagai manusia merdeka. Pendidik dan anak didik adalah kumpulan personal yang saling berinteraksi dengan kekhasan masing-masing sehingga untuk itu diperlukan sikap saling menghargai satu sama lain. 

Di sekolah Tomoe Gakuen dalam kisah Totto Chan, bertanya adalah pelajaran dasar yang harus dikuasai karena lewat bertanya anak didik akan berlatih berpikir secara logis, eksploratif, dan kritis. Hal ini sangat penting bagi sekolah di Indonesia untuk biasa berdiskusi mencari kebenaran sehingga anak didik kita belajar menjadi pribadi yang merdeka dan menghargai kemerdekaan orang lain.

Kedua, lebih dalam lagi bertolak tentang kemerdekaan dalam pendidikan maka pendidikan mestinya merujuk pada kedalaman intelektual dan nurani. Harus diakui bahwa pendidikan di negeri tercinta ini terlalu menuntut banyak mata pelajaran dan menumpuknya materi ajar sehingga yang terjadi adalah beban dan kekhawatiran bagi anak didik dan orang tua. Sekolah laksana penjara yang membelunggu potensi dan kreasi sehingga melahirkan kemampuan yang dangkal dan kerdil. Celakanya, demi memperjuangkan kompetensi kognitif kadangkala rela mengorbankan nurani dan jatuh pada pengingkaran kejujuran dan integritas.

Kedalaman intelektual merupakan suatu keharusan dalam menghadapi perkembangan global yang serba sporadis dan cepat. Terserat arus perkembangan zaman adalah sebuah bentuk kolonialisasi baru di era modern. Pendidikan harus mengambil perannya dalam menghadapi kolonialisasi zaman ini, yakni dengan mengembangkan kedalaman intelektual untuk menjadi manusia merdeka. 

Kedalaman intelektual erat kaitannya dengan: menguasai dasar-dasar keilmuan yang diperlukan untuk studi di jenjang selanjutnya, memiliki kedalaman berpikir, menggunakan kemampuan intelektual demi kebaikan sesama dan lingkungan, mengembangkan studi sebagai gaya hidup. Model pendidikan seperti inilah yang dapat mengembangkan kemerdekaan manusia dalam menciptakan peradaban humanis.

Semuanya itu akan semakin memerdekakan zaman tatkala dunia pendidikan juga secara total mengembangkan integritas moral sehingga anak didik semakin terlatih untuk mengolah hati nurani dan memiliki keutamaan dalam hidup. Kolaborasi integritas moral dan kedalaman intelektual adalah sebuah manifestasi dari pengetahuan dan kebajikan. 

Hal ini juga menjadi esensi dari manusia merdeka dalam peradaban baru di era modern. Sebuah harapan besar bahwa sekolah menjadi tempat untuk menanamkan dalam diri anak didik sebuah kebebasan sejati, kebebasan untuk menerima tanggung jawab dan keberanian menghadapi konsekuensi tindakan yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun