Mohon tunggu...
Marjohan Usman
Marjohan Usman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya seorang guru (SMAN 3 Batusangkar), penulis dan juga peduli pada pendidikan Buku saya : SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM SEKOLAH dan GENERASI MASA DEPAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Remaja Perlu Memiliki Visi dan Misi Untuk Masa Depan

19 April 2011   19:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:37 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Remaja Perlu Memiliki Visi dan Misi Untuk Masa Depan
Oleh: Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar (http://penulisbatusangkar.blogspot.com)

Kata visi bukan merupakan kosa kata baru untuk kita dengar. Di mana-mana banyak orang menempelkan visi mereka. Pemerintahan, perusahaan sampai kepada grup-grup aktivitas sosial juga memiliki visi sendiri untuk bergerak ke depan. Sekolah tempat penulis mengabdi juga punya visi yaitu ‘menciptakan generasi cemerlang berdasarkan imtaq (iman dan taqwa) dan Iptek (Ilmu pengetahuan dan tekhnologi).

Visi adalah pandangan ke depan atau keinginan yang perlu diwujudkan di masa depan. Visi juga dapat dikatan sebagai cita-cita yang ingin dicapai. Anak sekolah yang hidup dalam beberapa tahun silam, mungkin tahun 1960-an, 1970-an dan tahun 1980-an, masih punya cita-cita. “Kalau kamu besar nanti kamu mau jadi apa ?”. “Saya mau jadi presiden, jadi guru, jadi polisi, jadi pilot, jadi tentara, jadi dokter”.

Cita-cita yang disebutkan di atas layak sebagai jawaban dari anak-anak yang belajar di taman Sekolah Dasar atau kanak-kanak. Sementara cita-cita dan jawaban remaja pada masa itu mungkin sudah punya referensi, sesuai dengan biografi yang mereka baca. “Saya ingin menjadi arsitektur, diplomat, pengacara, atau saya ingin menjadi hebat seperti Haji Agus Salim atau Presiden Sukarno”.

Waktu atau zaman pun bergulir. Banyak remaja terbawa arus mode dan gaya hidup. Sebagian mengadopsi gaya selebriti “penyanyi, pemusi, bintang iklan, bintang film/ bintang sinetron, presenter dan atlik olah raga’. Sekarang atlet sepak bola seperti Zidane, David Beckham, juga atlet ngetop di Indonesia seperti Irfan Bachdim, dan atlet blasteran lainnya telah menjadi tokoh selebriti”. Kalau ditanya pada remaja, kemungkinan jawab mereka adalah “Saya ingin jadi presenter, bintang sinetron atau ingin jadi selebriti”.

Namun remaja yang punya visi atau cita-cita seperti ini juga tidak banyak. Kecuali bagi mereka yang punya fasilitas- punya gitar, piano, biola, raket tennis atau bagi yang mampu masuk klub olah raga yang biayanya agak mahal. Yang lain cuma bengong dan gigit jari, “Kamu mau jadi apa nanti?”, jawab mereka “belum terfikir, tergantung nilai ujian akhir, tergantung passing grade pada bimbingan belajar, tergantung mama dan papa, pokoknya I don’t know !!”.

Itulah gambaran sebagian remaja di tahun 2000-an ini. Stereotype atau gambaran menurun orang kebanyakan bahwa “remaja sekarang banyak yang memiliki karakter cengeng, manja, cuek mudah stress dan serba ingin dibantu”. Gambara seperti ini mungkin dapat disangkutkan kepada remaja yang sedang study di SMA, SMK, MAN dan juga sebagian mahasiswa yang lagi studi di Perguruan Tinggi.

Coba lihat foto-foto remaja atau mahasiwa lewat facebook yang sedang studi di Perguruan Tinggi favorite atau perguruan tinggi di daerah. Yang terlihat adalah bukan suasana ilmiah/ kuliah, cuma suasana santai, ya sekedar acara makan-makan, godain pacar, atau foto jalan-jalan bareng”. Beda jauh dengan foto yang dibuat oleh tokoh hebat dari negara kita. Misalnya foto Muhammad Hatta sedang baca buku di sebuah kamar di Belanda, Buya Hamka sedang menyiapkan artikel, Haji Agus Salim sedang berdiri di atas podium.

Stereotype terhadap kebanyakan pelajar sekarang adalah bahwa mereka berpenampilan santai, banyak malas dan suka serba diatur atau serba diurus terus. Apa yang terjadi kalau stereotype ini memang terjadi. Tentu negeri ini akan penuh dengan orang-orang yang suka cuek, santai, malas, cengeng, manja, passive dan tidak mandiri. Sementara yang dibutuhkan negara adalah orang-orang yang berkarakter “endeavour”.

Endeavour berarti semangat yang selalu suka kerja keras dan suka kerja, bukan bekerja dan belajar asal asalan, tidak angin-anginan atau (maaf) tidak berkarakter hangat-hangat tai ayam. Endeavour adalah karakter oran- orang dari negara maju. Agama kita (Islam) mengajarkan - man jadda wa jadda- Siapa yang sungguh sungguh akan berhasil. Ternyata ungkapan ini telah dipungut oleh orang-orang dari negara maju.

Memang benar bahwa umumnya orang-orang dari negara maju berkarakter endeavour. Orang-orang dari negeri kita juga ada yang berkarakter endeavour- memiliki semangat hidup yang hebat, tekun dalam bekerja dan belajar serta bertanggung jawab atas diri sendiri. Orang-orang yang seperti ini tentu memiliki visi dan misi dalam hidup untuk meraih masa depan. Namun jumlah orang yang begini tidak banyak. Untuk membuat populasi remaja yang punya visi dalam hidup bias berlipat ganda, maka mereka perlu membuka diri dan harus dimotivasi dan diberi pasokan motivasi atau energy positive.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun