Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kasus Beras, Momentum untuk Melawan Mafia Pangan

27 Juli 2017   10:46 Diperbarui: 29 Juli 2017   05:19 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://www.aktual.com

Minggu-minggu ini kita disuguhi masalah kasus beras yang menjadi meriah dengan segala pro dan kontranya. Tanggapan positif dan negatif atas tindakan pemerintah inipun berseliweran.

Penulis melihat memang ada positif dan negatif dari kasus ini. Kalau melihat tujuan pemerintah dengan membentuk tim gabungan dalam rangka menstabilkan harga pangan, tentu hal ini harus didukung. Hasilnya pun sudah terasa karena pada lebaran yang lalu harga pangan relatif stabil. Ini suatu kejadian yang sangat langka dan hampir tidak pernah terjadi sebelumnya. 

Sisi negatifnya adalah, karena ini kasus hukum maka tentu saja terjadi perdebatan benar salah atas tindakan penegakan  hukum tersebut sehingga membuat tujuan baik dari pemerintah menjadi kabur. Apalagi kebetulan di belakang perusahaan yang sedang disoroti terdapat tokoh politik sehingga kasus yang seharusnya sederhana ini menjadi lebih rumit dengan segala teori konspirasi dan permainan politik. 

Sebagai konsumen penulis bersyukur kasus ini terjadi karena setidaknya, dapat pencerahan bagaimana permainan perang dagang dan kualitas beras yang selama ini tidak pernah jelas. 

Di sisi lain, kasus ini sebenarnya hanya merupakan puncak gunung es dari masalah pangan yang selama ini mau tidak mau menjadi komoditas politik dan konflik yang terjadi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bahan-bahan pokok pangan adalah komoditi yang selama ini dikuasai oleh para mafia, tengkulak dan pengijon. Merekalah sebenarnya aktor yang bermain dan mendapat keuntungan berlipat dari komoditi ini. Sebut saja kasus-kasus yang pernah terungkap selain kasus beras yang baru terjadi: kasus daging sapi,  garam, ikan, bawang, cabe... dan sederet bahan pangan lainnya. 

Bahkan institusi yang seharusnya menjadi pengendali harga pangan yang dibentuk pemerintah yakni Bulog, merupakan institusi yang terbukti juga bermain di masa lalu. Sudah beberapa pimpinan institusi ini masuk bui karena kasus korupsi.

Perangkap Ijon dan Hutang Tingkat Lapangan

Penulis melihat munculnya kasus beras ini haruslah dijadikan momentum untuk sungguh-sungguh melawan para mafia yang selama ini menguasai komoditi tersebut. Merekalah sebenarnya penguasa yang mengeruk keuntungan dari masalah pangan ini. 

Untuk melawan mereka sangatlah sulit. Pada tingkat paling bawah, perwujudan mafia ini adalah peran para tengkulak, pengijon dan pengumpul. Merekalah yang memaksa dan menjadi perangkap petani untuk tidak bisa menikmati harga dari komoditi mereka. Cara mereka sangatlah rapi dan sudah terasah begitu lama.

Sistem ijon dan hutang adalah senjata ampuh mereka. Dengan cara ini ada dua keuntungan sekaligus yang mereka dapat, pertama mereka dapat harga yang murah dan kedua mendapat kepastian bahan baku. Kombinasi mematikan dengan sistem ijon ini yang mereka beri ke petani adalah hutang. 

Sistem ijon selalu ampuh karena biasanya petani tidak punya modal untuk memulai usaha mereka seperti membeli pupuk dan bibit, bahkan untuk biaya harian sebelum panen. Di sinilah para mafia ini menjadi "dewa penyelamat" dengan memberikan pinjaman dan ijon. Namun sekali masuk perangkap mereka maka akan sangat sulit untuk keluar bahkan hutang bisa lebih menumpuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun