Mohon tunggu...
Maria Febri Kristina
Maria Febri Kristina Mohon Tunggu... Penulis - Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Seorang mahasiswi yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Awal Bulan Desember

10 Desember 2016   04:30 Diperbarui: 10 Desember 2016   04:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan  Awal Bulan Desember

Maria Ria F Kristina

Awal bulan Desember ini, ah tak kusangka bulan itu akhirnya datang juga. Bulan dimana akhir semester pun tiba. Dimana aku sendiri tak sabar untuk pulang ke kampungku. Kampung dimana aku dibesarkan. Hingga akhirnya aku harus di kota ini, untuk mencari seberkas ilmu. Demi meraih masa depan yang penuh dengan harapan.

Aku tahu, walaupun saat ini ragaku ini, belum sampai berada di sana. Tapi, ah entah mengapa alam pikir ku ini membawa ku jauh menuju dunia khayalanku.  Aku sendiri tak paham. Mengapa hal ini terjadi. Ah sudahlah.

Sambil berbaring di kamar. Ditemani suara rintik hujan yang tak kunjung  henti sejak pagi tadi. Entah apa yang membuatnya awet untuk tak kunjung henti unuk menurunkan air hujan ke bumi ini. Ah mungkin ia ingin sang katak bernyanyi riang di tengah sejuknya udara saat hujan turun. Maklum saja 4 bulan terakhir, sang hujan ditunggu. Mungkin ia ingin agar sang katak sabar menunggu kedatanganya. Laksana seorang gadis yang dengan sabar menanti kedatangan kekasih hatinya dari tanah rantau. “ah sang katak, betapa setianya engkau menantikan kehadiran kesejukan darri kekasihmu, sang hujan. “ ujarku dalam dunia khayalku.

Aku pun kemudian bangkit dari tempat tidurku. “Ah ternyata hujan tadi sangat terasa. Aku melihat embun yang masih basah dan terlihat jelas membekasnya.”kataku sambil menarik nafas dalam-dalam.

Sambil ditemani secangkir coklat panas kesukaan berharap mengusir hawa dingin menusuk kulit. Aku pun duduk di samping jendela sambil melihat jalanan luar yang masih basah dan masih kental aroma air hujan.  Ternyata alam khayalanku kembali muncul menghampiri. Kali ini terlintas di dalamnya. Mimpi sederhana yang terlintas muncul.

Biasanya di kala Desember tiba, kami memasang pohon natal sederhana yang biasa di pasang di sudut ruang tamu. Yang disana dihiasi kerlap-kerlip lampu beraneka warna. Tak lupa di  bawahnya ada patung kecil dimana ada bayi Yesus lahir bersama kedua orang tuanya Yusuf dan Maria. Tak ketinggalan juga patung para gembala. Tak jauh dari situ ada juga beberapa bingkisan natal yang menjadi tradisi saat datangnya natal. Ah natal tak sabar rasanya ku  menanti dan menyambutmu. Tak ketinggalan pula makanan sederhana yang biasa menemani kami saat natal tiba lontong opor dan ditemani sambal goreng pete sebagai pelengkapnya. Ah bagiku itu semua sudah lebih dari cukup untuk merayakan natal sderhana sambil berkumpul bersama  keluarga.

Ah rasanya sudah cukup rasanya dunia khayalan ini menguasai alam pikirku.  Membuatku tak sabar menantikan natal yang sederhana bersama anggota keluargaku.

Terima kasih Tuhan

Terima kasih alam khayalanku, kau sudah membawaku pada kenangan saat itu.. Sungguh Indah dan menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun