Mohon tunggu...
Melly Feyadin
Melly Feyadin Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

Blogger. https://www.melfeyadin.web.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Capres Prabowo Dengan Logika

29 Juni 2014   21:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa, ya? Pemilu tahun ini seperti sebuah bom waktu. Pernah ngerasa nggak, pemberitaan politik yang membabi buta, serang sana serang sini, black campaign, negatif campaign dan isu-isu yang bikin kita mikir, benar nggak, ya? Masa sih begini, masa begitu. Apa bener beritanya seperti ini?

Dari pertanyaan-pertanyaan itu, tadinya saya juga mikir, tentang berita-berita yang muncul, terutama soal isu pelanggaran ham yang dilakukan oleh salah satu capres, Prabowo.  Saya  bertanya-tanya, kalau memang beritanya seperti itu, kok Pak Prabowo berani, ya? Mencalonkan diri jadi presiden, emang nggak takut sama protes orang yang menjunjung tinggi hak asasi manusia?

Seperti yang saya ceritakan dipostingan sebelumnya, saya awalnya juga nggak suka sama Pak Prabowo, dengan berita-berita yang menyebar. Tapi, saya nyoba berpikir pakai logika saja.

Memilih capres itu pakai hati nurani, Mel, bukan pakai logika! Oh, tunggu.. setelah menggunakan logika hatipun akan ikut serta mengikuti  logika, menurut saya, dan hasilnya kita serahkan saja sama Tuhan, mana yang terbaik untuk Indonesia.

Kita mulai saja, logikanya dipihak kubu lawan (capres Jokowi dan pendukungnya) mengatakan, Indonesia itu adil, capres dari rakyatpun berhak menjadi calon presiden (dari rakyat untuk rakyat). Lalu, sayapun mikir, emang Pak Prabowo bukan rakyat? Beliau itu juga rakyat seperti kita, hanya saja disaat dia masih muda, dia memutuskan menjadi rakyat yang membela negara dengan menjadi pelindung rakyat, yang kebetulan, keluarganya keturunan bangsawan. Tapi, kan, mereka berdua sama-sama rakyat Indonesia yang berjiwa nasional untuk mengembangkan Indonesia kearah yang lebih baik.

Kedua, dari berita yang tersebar soal pelanggar ham, logikanya, kalau emang beliau diperdebatkan, kenapa saat pemilu pilpres tahun 2009 lalu yang notabene Pak Prabowo jadi cawapres Megawati (dari PDIP), isu ini nggak ramai seperti sekarang? Logikanya, Pak Jokowi itu dari PDIP juga, kan? Well, mungkin bukan karena partai, ya, tapi yang dinilai adalah sosok, pribadi dan latar belakang capres. Mungkin juga sosial media ditahun 2009 belum begitu populer dan mewabah seperti sekarang. Tapi tetap saja, semua orang berhak untuk menjadi baik.

Ok, saya terima saja alasan itu. Karena berdebat apakah Pak Prabowo bersalah atau tidak, itu bukan wewenang saya. Karena orang baik jika bersentuhan dengan politik bisa menjadi jahat, begitu juga sebaliknya.

Ketiga, masih banyak logika yang terpikirkan oleh saya, tapi nggak mau saya tulis, terutama soal isu-isu yang sensitif yang dianggap black campaign terhadap salah salah capres. Tapi soal ini saya nggak cuma memakai logika, tapi mencoba menelusuri berita-berita yang muncul, menggabungkannya dengan berita lain, opini publik, situasi yang ada sekarang dan sejarah yang ada di Indonesia.

Berbicara soal politik, saya nggak mau neko-neko menilai presiden dengan janji-janji politiknya, tapi kalau itu untuk kemajuan Indonesia, perbaikan Indonesia, kesejahteraan rakyat Indonesia, saya akan mendukungnya dengan sepenuh hati. Dari situ saya mendapat kesimpulan, saya harus memilih siapa. Dan saya sudah menetapkan dari kemarin-kemarin pilihan saya adalah Prabowo-Hatta.

Ada yang bilang, orang-orang yang memilih Prabowo-Hatta dipilpres nanti adalah orang yang nggak waras, nggak punya hati nurani karena setuju dengan pelanggaran ham, dll. Hei..yang nggak waras itu kalian yang menuduh orang sembarangan tanpa melihat alasan dan kenapa kita memilih mereka, yang nggak waras itu kalian yang nggak menghargai hak orang lain dengan pilihan yang berbeda dari kalian. Ihh, kok saya jadi marah-marah ya :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun