Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

15 Februari, Memeringati Berdirinya PRRI yang Menentang Pemerintahan Soekarno

15 Februari 2018   03:55 Diperbarui: 15 Februari 2018   19:56 2728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi Aksi Massa Mahasiswa menyampaikan nota anti PRRI dan intervensi asing kepada Duta Besar Amerika H. Jones pada 25 Maret 1958. Pemerintah pusat kemudian menumpas gerakan PRRI lewat Operasi 17 Agustus yang dipimpin Letnan Kolonel Ahmad Yani. Setelah peristiwa tersebut, orang-orang Sumatera Barat seolah takut membuka diri sebagai orang Minang karena khawatir dikait-kaitkan dengan PRRI. (IPPHOS)

Untuk orang yang seusia saya dan yang tinggal di wilayah Keresidenan Tapanuli Sumatera Utara pada rentang waktu 1958-1961 tentu masih ingat dengan peristiwa PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia.

Untuk orang yang seusia saya yang tinggal di Sumatera Barat pada masa itu, tentu juga akan mengingat peristiwa itu. Sebagai anak yang masih duduk pada Kelas 3 SD pada masa itu sudah dapat merasakan dan melihat apa yang terjadi saat itu. Kami, yaitu ayah, ibu, saya, dan saudara-saudara saya masa itu tinggal di Kota Padangsidimpuan, Karesidenan Tapanuli, Provinsi Sumatera Utara.

Sebagai anak yang masih duduk di Kelas 3 SD tentu saya tidak tahu persis apa yang terjadi. Awalnya saya melihat banyak sekali kakak-kakak yang sekolah di SMA berpakaian tentara dan sepucuk pistol menyelip di pinggangnya. Kami diberitahu, mereka adalah Tentara Pelajar (TP) yang siap berperang.

Pada masa itu mereka disebut bagian dari PRRI. Saya dapat cerita dari ayah bahwa daerah tempat kami tinggal dikuasai oleh PRRI yang menentang pemerintahan Soekarno. Saya juga masih ingat pernah suatu ketika rakyat berbondong-bondong menyambut kedatangan Kolonel Simbolon dari Medan. Ayah bercerita bahwa Simbolon adalah Panglima Tentara yang tinggal di Medan.

Ayah adalah seorang pegawai negeri dan tidak setuju dengan PRRI yang menentang pemerintah pusat yang dipimpin oleh Soekarno. Keadaan politik di Kota Padangsidimpuan kian lama kian panas. Karena keadaan yang demikian keadaan keselamatan nyawa ayah kian terancam karena ia dikenal sebagai tokoh yang anti-PRRI.

Maka pada suatu hari ayah meninggalkan kami dan berangkat ke Medan. Oleh ayah dan sebagian masyarakat meneyebut PRRI adalah pemberontak.
Tentulah kami sekeluarga cemas karena ayah pergi ke Medan. Sementara kami melihat PRRI semakin kuat yang ditandai dengan semakin banyaknya orang berseragam tentara yang memanggul senjata. Mereka lah tentaranya PRRI.

Kecemasan kami mulai berkurang ketika suatu pagi, seingat saya pada bulan Ramadhan kami mendengar pengumuman melalui pengeras suara yang menyatakan Padangsidimpuan sudah dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia. Kami mengintip dari jendela rumah dan terlihatlah di jalan raya ada dua jip yang beriringan dan di atasnya berdiri gagah tentara yang memakai pakaian loreng dengan senjata lengkap. Kemudian kami diberi tahu bahwa tentara yang di atas jip itu adalah anggota RPKAD yang sekarang disebut Kopassus.

Ibu bercerita, tentara pusat telah masuk dan nanti ayah akan pulang dari Medan. Sekitar satu minggu kemudian ayah tiba kembali di Padangsidimpuan dan tentunya kami merasa sangat senang. Walaupun tentara pusat telah datang, tetapi Kota Padangsidimpuan belum lah disebut aman.

Tiap malam kami mendengar suara tembakan dan kadangkala suaranya menggelegar. Rupanya suara tembakan itu berasal dari meriam yang ditembakkan dari Padangsidimpuan dengan sasaran basis-basis tentara PRRI yang berada di sekitar Padangsidimpuan. Di kota kecil Padangsidimpuan juga diberlakukan jam malam mulai pukul 18.00 hingga pukul 6.00.

Pada masa jam malam itu tidak ada orang yang berani keluar rumah. Masa itu sebuah suasana yang sering mencekam. Sesudah dewasa maka saya ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi pada masa itu.

Dengan bersumber pada pengalaman pribadi, membaca informasi di Wikipedia, dan juga membaca buku "Memenuhi Panggilan Tugas" yang ditulis Jenderal AH Nasution serta membaca buku "PRRI Permesta, Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis" karya R.Z Leirissa, saya tulis lah hal-hal berikut yang berkaitan dengan PRRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun