Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ilham Aidit: Setiap September Jantung Kami Berdetak Lebih Kencang

20 September 2017   04:11 Diperbarui: 20 September 2017   04:26 14553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ilham Aidit adalah putra bungsu Dipa Nusantara Aidit ,Ketua Comitte Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI). Ketika G 30 S /PKI meletus tahun 1965 putra Aidit dengan dr Sutanti itu baru berusia sekitar enam setengah tahun. Pada malam 1 Oktober 1965 itu, menurut Ilham ,ia tidak bisa tidur karenanya ia bermain mobil mobilan yang terbuat dari kayu.

Ilham kecil bermain mobil mobilan sampai ke ruang tamu dan ketika itu ayahnya sedang menerima tiga orang tamu,satu orang tokoh Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia ( CGMI) ,organisasi mahasiswa nya  PKI dan dua tokoh Sobsi,organisasi buruh mantel organisasi PKI.
Ilham ingat betul waktu itu pukul 11 malam karena ia punya kebiasaan menghitung suara dentang jam.

Sesudah tiga orang tamu itu pulang,Aidit bertanya kepadanya kenapa belum tidur. Tidak lama kemudian datang sebuah mobil dan dua orang berpakaian TNI Angkatan Udara mengetuk pintu rumah mereka dan mengajak Aidit pergi.

Aidit terlihat terburu buru dan ketika istrinya menanyakan hendak kemana,Aidit menjawab dipanggil Paduka Yang Mulia.Aidit kemudian pergi bersama dua tentara yang menjemputnya dan ternyata itulah terakhir kalinya Ilham melihat ayahnya. Karenanyalah menurut Ilham ,setiap bulan September jantungnya dan juga jantung orang lain para korban kekerasan paska G 30 S PKI akan berdegup lebih keras karena terbayang trauma September 1965 yang lalu.

Hal ini diutarakan oleh Ilham Aidit pada acara ILC Tv One yang diselenggarakan pada Selasa,19 September 2017. Pada acara yang dipandu Karya Ilyas yang bertajuk "PKI,Hantu atau Nyata? ", tersebut Ilham juga mengatakan bagi mereka para korban paska G 30 S , tahun-tahun yang dilalui adalah tahun tahun yang tak pernah berakhir. Ilham bertutur pada sekitar tahun 2002 ,ia pernah bertemu Gus Dur di Karangasem ,Bali.

Mereka berbicara berdua sekitar satu jam dua puluh menit.Ilham menanyakan kepada Gus Dur apa yang harus mereka perbuat.Lalu mantan Presiden ke -4 itu menjawab ,kalian harus terus bicara dan menulis.Sejarah memang milik para pemenang tetapi mereka yang kalah pun boleh menulis sejarah.
Sepenggal kisah diatas adalah ungkapan perasaan dan suasana batin yang tidak hanya yang dirasakan Ilham Aidit tetapi juga dirasakan jutaan hati lainnya yaitu mereka yang merupakan turunan anak anak PKI beserta mantel organisasinya.

Tetapi tidak hanya Ilham dan anak anak PKI lainnya yang luka tetapi perasaan yang sama juga dirasakan oleh Letjend (Purn) Agus Wijoyo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Lemhanas.

Agus Wijoyo adalah putra Mayjend TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo ,seorang jenderal yang gugur pada peristiwa G 30 S PKI.
Pada acara ILC tersebut,Agus Wijoyo mengatakan dialah orang yang paling sakit hati berkaitan dengan G 30 S PKI karena ayahnya diculik dan dibunuh di Lubang Buaya.

Ilham dan Agus adalah potret dari dua sosok yang sama sama menderita ,pada posisi yang berbeda  akibat terjadinya tragedi G 30 S PKI. Karenanya sangat menyentuh ketika di acara ILC itu mereka berbicara tentang rekonsiliasi. Ilham menyatakan banyak tingkatan rekonsiliasi mulai dari yang rumit sampai pada yang paling rendah yaitu saling jabat tangan dan kemudian saling memaafkan.

Sementara Agus menyebut, rekonsiliasi hanya bisa diawali pada mereka yang sudah punya pendidikan dan kalau rekonsiliasi diadakan pada tingkat menengah atau pada tatanan akar rumput justru bisa menumbuhkan konflik. Agus menyatakan rekonsiliasi hanya bisa dilakujan apabila masing masing pihak mampu melepaskan ego nya dan bisa memandang peristiwa G 30 S PKI itu dari kacamata objektif dan melepaskan kepentingan subjektifnya.

Selanjutnya Agus mengatakan bangsa ini akan terus capek apabila selalu dibebani sejarah masa lalunya.
Seperti yang kita saksikan sejak era reformasi maka pada setiap bulan september kita selalu akan berbicara tentang para korban G 30 S PKJ.
Pada bulan seperti ini selalu muncul perbincangan bagaimana sebenarnya format ideal rekonsiliasi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun