Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Keinginan Jokowi Agar Ada Film G 30 S Versi Kekinian

19 September 2017   16:35 Diperbarui: 19 September 2017   18:53 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peristiwa kelam 1 Oktober itu telah berlalu 52 tahun.Fakta menunjukkan sebuah gerakan yang disebut G-30-S/PKI telah menculik 7 orang jenderal dan kemudian membunuh 6 orang diantaranya  yaitu :1).Jenderal Ahmad Yani ,Menteri Panglima Angkatan Darat, 2).Mayor Jenderal DI Panjaitan,Asisten IV Menteri Panglima Angkatan Darat,3).Letnan Jenderal Anumerta M.T .Haryono,Deputy III Menteri Panglima Angkatan Darat,4).Letnan Jenderal Anumerta S.Parman,Asisten I Menteri Panglima Angkatan Darat,5).Letnan Jenderal Anumerta Suprapto,Deputy II Menteri Panglima Angkatan Darat,6).Mayor Jenderal Anumerta Sutoyo Siswimiharjo,dan 7). Seorang perwira pertama  ,ajudan Jenderal Nasution,Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean.

Yang selamat dari target penculikan dan pembunuhan tersebut adalah Jenderal Abdul Haris Nasution,Menko Hankam seorang jenderal yang dikenal sangat anti komunis.
Sesudah tewasnya 6 orang jenderal tersebut maka Mayor Jenderal Suharto ,Pangkostrad mulai mengambil alih peran pimpinan TNI Angkatan Darat. Secara perlahan Suharto mulai mengkonsolidasi kekuatannya dalam lingkungan Angkatan Darat/ABRI dan disisi lain masyarakat anti komunis juga menunjukkan sikap perlawanan kepada PKI.

Di Jakarta pada 5 Oktober 1965 diadakan appel mengutuk G-30-S/PKIdan mulai mengemuka tuntutan agar PKI dibubarkan. Apel 5 Oktober 1965 di Jakarta itu di pimpin oleh Subchan ZE,seorang tokoh muda NU dan massa anti komunis itu terorganisir dalam Kesatuan Aksi Pengganyang G-30-S/PKI.Proses penculikan dan kemudian pembunuhan para jenderal dan seorang perwira pertama Angkatan Darat tersebut pada tahun 1984 diangkat dalam film yang diberi judul " Penghianatan G 30 S PKI. 

Film ini di sutradarai oleh Arifin C Noer dengan pemain utama antara lain ,Amoro Katamsi sebagai Mayor Jenderal Suharto,Syu'bah Asa sebagai DN Aidit,Ade Irawan,WD Mochtar dan beberapa bintang film lainnya. Sesudah menonton film tersebut sekurang kurangnya ada 4 kesan yang ingin disampaikan film tersebut,1).telah terjadi penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal yang dilakukan oleh satuan bersenjata dari kesatuan Tjakrabirawa yang merupakan pasukan pengawal Presiden Sukarno,2).perintah penculikan dan pembunuhan datang dari DN Aidit ,Ketua Comitte Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI),3).perintah DN Aidit tersebut berkaitan dengan rencana PKI untuk mengambil alih kekuasaan atau kudeta dan 4).rencana jahat PKI itu berhasil dipatahkan oleh Mayor Jenderal Suharto,Panglima Kostrad.

Mengingat bahwa peristiwa itu telah berusia 52 tahun dan  film Pengkhianatan G 30 S PKI dimaksud dibuat 33 tahun yang lalu maka muncul pertanyaan ,faham kah generasi muda sekarang ini tentang peristiwa kelam itu. Pertanyaan lanjutannya ,tahukah generasi muda sekarang apakah PKI itu ,dan kenapa PKI dan paham komunis harus dilarang di negeri ini. Kemungkinan besar generasi muda sekarang ini tidak lagi faham tentang hal hal yang disebutkan tadi.

Dalam konteks yang demikian menjadi menarik untuk membaca ide Jokowi berkaitan dengan pembuatan film G 30 S dalam versi lain. Berkaitan dengan adanya ajakan nonton bareng pemutaran film Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia ( G 30 S PKI) yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat ,Jokowi mengatakan menonton film apalagi mengenai sejarah itu penting.

Selanjutnya Jokowi mengatakan ,tetapi untuk anak anak milenial yang  sekarang seharusnya dibuatkan lagi film disesuaikan dengan gaya mereka.Dengan begitu ,para anak muda ini akan dengan mudah memahami bahayanya komunisme." Akan lebih baik kalau ada versi yang paling baru,agar lebih kekinian ,bisa masuk ke generasi-generasi milenial ,kata Presiden Jokowi usai meresmikan Jembatan Gantung Mangunsuko,di Kecamatan Dukun,Kabupaten Magelang,Jawa Tengah,Senin ,Senin 18 September 2017(Kompas.com,18/9/2017).

Ada beberapa catatan yang kita tangkap dari pernyataan Jokowi ini,1).ada nya bahaya komunis,2).dibuat film yang sesuai dengan gaya anak anak milenial,3) .sehingga anak anak milenial memahami bahayanya komunis. Pernyataan Jokowi bahwa adanya bahaya komunis penting .Dengan pernyataan yang demikian maka tidak  ada orang atau kelompok yang mengatakan saran Jokowi agar dibuat film versi baru tentang G 30 S justru bermaksud untuk mendegradasi peran PKI dalam peristiwa kelam tersebut.

Sebagaimana kita ketahui ada kelompok yang sengaja menyebarkan issu bahwa Jokowi berasal dari turunan yang berbau kiri.
Dalam pandangan penulis film versi baru tersebut dikemas dengan meggunakan idiom idiom yang sejalan dengan gaya anak anak milenial.Jadi film tersebut tidak menggunakan " bahasa "tahun 80 an.

Mungkin sangat tepat ditampilkan dialog dialog ringan dengan " bahasa" dan gaya anak milenial.Substansi dialog itu menyangkut kenapa komunisme itu berbahaya.Kenapa kita menentang komunisme.Hal hal apa yang diajarkan komunis yang bertentangan  dengan Pancasila.

Penulis bukanlah seorang ahli perfiliman tapi penulis mencoba membaca hal hal yang demikianlah barangkali yang dimaksudkan Jokowi dengan film versi kekinian itu.

Salam Persatuan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun