Mohon tunggu...
Mappa Sikra
Mappa Sikra Mohon Tunggu... Jurnalis - One Life, live it

pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menuju Kampung "Freeport" Long Sului, Berau

12 Maret 2020   20:09 Diperbarui: 12 Maret 2020   20:14 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, panjang sungai Kelay, Berau sekitar 254 kilometer. Inilah 'Tol' Sungai yang harus dilalui menuju kampung Long Sului. Belum ada akses jalan darat. Dan, disaat air  (banjir) surut, perjalananan akan berhadapan dengan arus yang kuat.

Saat musim Kemarau, lebih menatang lagi.  Air sungai menjadi dangkal.  Perahu Ketinting yang ditumpangi, harus berhadapan dengan jeram. Yang punya nyali kuat tetap berada di perahu. Yang takut, bisa menepi dan menunggu ditempat  selepas melalui jeram. Salah perhitungan, akan lenyap ditelan arus yang kencang.

Menuju Kampung Long Sului, yang persis di Ulu sungai Kelay, butuh persiapan khusus. Wajib untuk menginap.  Perjalanan butuh waktu  4 jam. kampung yang tenang.  jauh dari kebisingan. 

Penduduknya mampu membeli HP merek apapun. Tapi, untuk apa.  Telepon hanya bisa digunakan pengganti kamera. Tak ada jaringan telepon. Juga tak ada jaringan listrik.

Itu saja keluhan warga. Listrik dan jaringan telepon. Andai itu terpenuhi, masyarakat kampung tidak akan pernah merasa terisolasi. Meskipun nun jauh di ulu sungai.

Sebab, kampung ini mendapat sebutan 'Freeportnya' Berau. Semua warganya bekerja sebagai pendulang emas. Mendulang dengan cara tradisional. Dari penghasilan itu, warga bisa membangun rumahnya yang bagus. Warga masing-masing punya pembangkit listrik sendiri. Agar bisa menyaksikan televisi lewat fasilitas Parabola. Mereka termasuk warga yang makmur.

Soal mencari emas, sudah dilakukan sejak dulu. Ada kawasan sungai yang menjadi lahan mereka mencari emas. Bila beruntung, bisa mendapatkan butiran besar emas, seberat lebih dari 7 ons. Kadar emasnya juga termasuk yang berkualitas baik.

Hasil mencari emas, tidak langsung dibawa ke Tanjung Redeb untuk dijual. Tapi, mereka kumpulkan dalam botol. Kira-kira cukup  untuk dibawa ke salah satu penampung emas, mereka barulah ke kota. Jualan emas. Hebat kan.

Ada investor pernah melirik untuk membuka pertambangan. Pemkab dan masyarakat di Long Sului, sepakat menolak. Hanya satu alasan, sungai bisa tercemar. Dan, bila itu terjadi, masyarakat akan kehilangan pekerjaan yang sudah dilakukan turun-temurun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun