Mohon tunggu...
Melda Imanuela
Melda Imanuela Mohon Tunggu... Penulis - Founder Kaukus Perempuan Merdeka (KPM)

Trainer, Education, Gender and Financial Advisor

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menjamurnya Budaya Nyinyir

17 Agustus 2017   13:17 Diperbarui: 21 Agustus 2017   16:24 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.aliexpress.com/


Peribahasa ''Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak,'' mengandung arti bahwa kesalahan diri sendiri tidak terlihat, kesalahan orang lain terlihat. Terkadang orang hanya suka mengkritik, mencemooh dan menjelek-jelekkan orang lain tanpa berkaca kepada dirinya sendiri, seolah olah dirinyalah yang sempurna, suci dan merasa tidak pernah punya salah.

Budaya nyinyir mulai menjamur dibangsa kita. Hal ini menjadi keprihatinan dikalangan masyarakat dari tingkat anak-anak di sekolah dan teman bermainnya, sesama teman di kantor atau kampus, rekan kerja, lingkungan sekitar, dirumah bahkan di kalangan pemerintah. Pejabat negara melakukan pernyataannya di media massa cetak maupun online sampai di akun media sosial seperti Twiiter, Facebook, Instagram, dll  yang sarat dengan nyinyir. Nyinyir awalnya dimulai dari bercanda kemudian kebiasaan bahkan sampai tendensius politis yang sarat dengan politik devide et impera. 

Tahukah siapa saja pelopor budaya nyinyir di Indonesia?

Mereka adalah Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Keduanya orang ini  pantas mendapat gelar pelopor budaya nyinyir di Indonesia. Keduanya sangat hobi sekali nyinyir kepada Jokowi baik di dunia nyata maupun di media sosial. Karena mereka lah, masyarakat ikut-ikutan untuk nyinyir kepada Jokowi. Karena merekalah, masyarakat tidak memiliki rasa hormat kepada Jokowi.

Mereka beruntung menjadi anggota DPR di saat presidennya Jokowi. Keduanya bisa melampiaskan nafsu nyinyirnya dengan puas. Jokowi tak pernah sekalipun mempermasalahkan nyinyiran mereka karena memang tidak level. Waktu Jokowi lebih berharga dari pada sekedar mengomentari nyinyiran keduanya. Namun tidak bisa dipungkiri, hobi nyinyir mereka telah menyebar bagai virus ke tengah-tengah masyarakat.

Hanya d di era Jokowi, anggota DPR berani kurang ajar terhadap presiden. Apalagi Jokowi hanya membiarkan hobi nyinyir para DPR dan bullying yang ditujukan padanya. Seandainya Jokowi seperti Suharto hampir bisa dipastikan takkan ada anggota DPR bahkan masyarakat yang berani nyinyir. 

Pada Sidang Tahunan MPR RI 2017, Rabu tanggal 16 Agustus 2017, Jokowi mendapat serangan yang tidak elok  seperti itu dari politikus bernama Tifatul Sembiring. Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR RI ini berupaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif Presiden Jokowi (argumentum ad hominem), tampak brutal dan picik sehingga terkesan tidak pantas. 

"Ya allah, ya mutakabbir. Beri petunjuk Presiden RI bapak Joko Widodo. Gemukkanlah badan beliau karena kini terlihat semakin kurus. Padahal tekad beliau dalam membangun bangsa dan negara ini tetap membaja untuk maju terus agar menjadi bangsa yang adil, makmur, sejahtera" (penggalan doa Tifatul Sembiring).

Ironis bangsa ini yang menganut demokrasi tapi salah kaprah apalagi pasca reformasi jamannya era Jokowi mulai dari pejabat publik hingga masyarakat dan kalangan kaum muda berani yang cenderung kebablasan dan hobi nyinyir, kita hampir melupakan tata kesopanan dalam memperlakukan sesama kita. Pentingnya menjaga mulut kita karena kata-kata menunjukkan kualitas diri seseorang. Jangan mengkritik karya orang sehingga membuat dirimu sendiri lupa berkarya. 

#StopBudayaNyinyir

#NyinyirGakJaman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun