Mohon tunggu...
Melda Imanuela
Melda Imanuela Mohon Tunggu... Penulis - Founder Kaukus Perempuan Merdeka (KPM)

Trainer, Education, Gender and Financial Advisor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jomblo, "Why Not"

15 Agustus 2017   18:13 Diperbarui: 21 Agustus 2017   19:25 15564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah anda bahwa Jomblo asal kata dari  JOMLO , bahasa Sunda yang sudah dibakukan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan memiliki arti negatif dari gadis tua. Kata ini digunakan untuk menyebut perempuan yang sudah tua namun belum menikah atau memiliki pasangan. Namun berangsur seiring perkembangan jaman, semakin kesini artinya jadi agak berubah, maknanya jadi tidak hanya diperuntukkan bagi perempuan saja, tapi laki-laki juga

Jomblo adalah label yang dilekatkan pada setiap orang yang masih sendirian dan belum punya pasangan. Kalau di KTP biasanya Belum Kawin. Jomblo kadang dimaknai dua hal tergantung dimaknai 2 (dua) hal yaitu : jomblo berkelas dan happy , dan  jomblo  label negatif biasanya status kelajangan yang menyedihkan/ngenes, kuper (kurang pergaulan), bicara fisik yang menampilkan cupu/ndeso/tidak menarik, dan cenderung jadi bahan bullying teman-teman, keluarga, dan masyarakat sekitar. 

Jomblo menjadi bahan gunjingan bahkan jadi persoalan publik sampai-sampai dalil agama yang sempit menggunakannya sebagai pelegalan untuk ajang promosi dengan "taaruf",nikah massal dan"poligami".Jadi ajang jual beli dengan tips "taaruf" dan mendapat isteri plus yang bisa dipoligami. Tidak hanya itu saja dijadikan alat kampanye politik misalnya "kartu jomblo".  Semua orang bebas memilih dengan caranya demikian halnya dengan "taaruf" tapi harus jelas dan paham betul konsep dan substansinya, paling penting jangan karena ikut-ikutan dan termakan ceramah keagaaman yang sepenggal-penggal terus ditelan mentah-mentah. 

Pentingnya banyak berdiskusi dengan tokoh atau alim ulama/pemuka agama dan buku-buku agama untuk bisa menterjemah makna dari  hadist dan Al-Qur'an atau kitab suci agama yang kita yakini dan anut sehingga tidak menyesatkan apalagi terjebak dalam kegamangan alur pikir. Modus peduli sama kehidupan kita meskipun kita hidup sosial, tapi yang tahu tujuan dan baiknya kehidupan kita adalah diri kita sendiri, karena tubuh kita adalah milik kita seutuhnya. 

Stigma negatif yang dilekatkan pada para jombloers tidak hanya keluarga yang merupakan orang terdekat terlebih orang tua dan sanak saudara, kemudian belum lagi masyarakat. Biasanya mereka menuntut untuk buru-buru nikah hanya risih/gerah digosipkan keluaraga besar dan lingkungan sekitar apalagi usia sudah 25 tahun ke atas apalagi kepala 30-an keatas. Biasanya yang dimaklumi masyarakat adalah laki-laki tapi bagi perempuan lebih cenderung tidak ada pemakluman sehingga perlu ekstra sabar dan tebal muka alias cuek/ masa bodoh. 

Padahal jomblo itu adalah pilihan hidup setiap manusia. Perlu disadari banyak pertimbangan manusia memlilih jomblo misalnya mau fokus sama cita-cita, sendiri itu bahagia dan enggak ribet, kesiapan mental dan dana dalam menikah plus menjalani rumah tangga. Selain itu hidup didunia ini bukan melulu soal cinta, dalam hal ini hubungan pacaran. Masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menyatakan cinta kasih kita sebagai manusia kepada sesama. Tepatnya bermanfaat bagi lingkungan sekitar dan bangsa. 

Setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan, ini semua hanya masalah waktu. Ada yang cepat ada yang butuh waktu lama. Itu semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pembuat Kehidupan. Jadi jangan melawan arus atau waktu hanya karena paksaan, panik teman-teman pada sudah nikah punya anak bahkan cucu apalagi stres karena sering dibully.  

Jalani saja waktu yang diberikan plus menikmati dengan jangan lupa bahagia dan berkarya lebih baik.  Biarin orang-orang pada kepo alias usil. Hidup kita ditentukan oleh diri kita sendiri bukan orang lain. Mereka hanya memberikan masukan dan semua orang bebas menilai. Jadilah jomblo yang berkelas yang sebenarnya bisa memiliki pacar tapi memilih sendiri, memiliki visi dan misi yang jelas untuk hidupnya, tidak cengeng, membuka pergaulan seluas-luasnya dan memiliki idealismenya sendiri. 

Jadi jomblo why not?

 Jomblo anti ngenes karena jomblo happy dan berkelas.

 Hidupku adalah otoritasku.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun