Mohon tunggu...
Mang Agung
Mang Agung Mohon Tunggu... petani -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran Universal, Islam dan Pancasila untuk Keutuhan Bangsa (Bagian Dua)

4 Juli 2017   07:06 Diperbarui: 4 Juli 2017   08:29 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tahu bangsa Indonesia ini terbangun dari bermacam suku bangsa,  setiap suku bangsa berbeda adat istiadat, bahasa dan agamanya, semuanya mempunyai hak untuk menjadi pemangku kekuasaan pemerintahan di negara kesatuan republik Indonesia, asal sanggup berkomitmen dalam kepemimpinannya tidak akan keluar (tidak kafir) dari  azas-azas Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, apabila menyimpang keluar dari azas-azas tersebut dalam penjalankan kekuasaan pemerintahannya berarti menginjak-injak nilai-nilai luhur dasar negara bahkan bisa disebut menginjak-injak nilai-nilai luhur agamanya.

Berarti penanaman benih kesadaran penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur falsafah bangsa sebagai dasar negara,  yaitu Pancasila harus disemai sejak dini, jangan sampai ada pemahaman yang bertentangan dengan falsafah bangsa yang telah disepakati menjadi dasar NKRI ini. Apabila ada pemahaman suku kami paling hebat, suku kami yang paling berhak memimpin maka itu bertentangan dengan azas Persatuan Indonesia, dimana akan timbul perpecahan, apabila timbul perpecahan akan sulit mencapai cita-cita kehidupan bangsa yang ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar negara itulah yang disepakati mampu meredam timbulnya perpecahan. Jadi, para generasi calon pemimpin bangsa Indonesia harus sanggup mengesampingkan ego kesukuan, ras dan agama, tetapi harus sanggup berkomitmen teguh menjalankan tugas dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia ini yang termaktub didalam pembukaan UUD 1945.  

Semua itu tentunya harus didukung oleh campur tangan pelaksana kekuasaan pemerintah di bidang pendidikan, yang mana pelaksananya harus jujur terlebih dahulu, akan bekerja murni, sanggup tidak menerima suap untuk menciptakan generasi calon pemimpin yang mumpuni. Tuhan tidak pernah menzhalimi manusia,  tapi manusia itu sendirilah yang menzhalimi dirinya sendiri.

Sering diberitakan di media televisi perilaku korup para oknum kepala daerah, para oknum anggota dewan baik di pusat maupun daerah, bahkan sampai oknum aparat penegak hukum di kepolisian, kejaksaan dan kehakiman, bahkan juga di kemiliteran, ada yang diberitakan tertangkap tangan oleh aparat pemberantasan korupsi. Apakah para manusia yang dipanggil dengan sopan sebagai oknum pelaku korup tersebut tidak beriman kepada sang pencipta, padahal sudah tahu kosekuensinya melakukan hal-hal curang tersebut akan terkena kepada dirinya sendiri, sesuai hukum sang pencipta yang sudah menetapkan bahwa "segala usaha yang dilakukan manusia, baik atau buruk akan kembali kepada dirinya sendiri. Kalau baik akan mengharumkan namanya, keluarganya, bangsanya, dan pemikirannya, tapi sebaliknya apabila buruk akan mempermalukan dirinya, keluarganya, bangsanya dan pemikirannya yaitu pemikiran manusia jahiliyah (manusia bodoh).

Atau mungkin ada pemahaman dari segelintir para pemegang tampuk kekuasaan pemerintahan bangsa  ini bahwa bangsa Indonesia ini yang diikat dalam sebuah bangunan negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang sekuler yang tidak berdasar hukum Tuhan, sehingga sah-sah saja apabila mau digrogoti, dirampok, dicuri, atau  dijadikan alat manipulasi karena negara kesatuan Republik Indonesia ini adalah negara musuh Tuhan. Semoga saja tidak ada pemangku kekuasaan pemerintahan di bangsa Indonesia ini yang berpemahaman seperti itu, kalau ada pastinya dia akan menghalalkan korupsi, kolusi dan nepotisme, dia tidak sadar bahwa dasar negara ini memiliki nilai-nilai kebenaran universal yang diajarkan sang pencipta melalui kitab suci-Nya, karena kebutaannya dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu menzhalimi dirinya sendiri dan mahluk manusia lainnya di bangsa Indonesia ini.

Perlu diingatkan kembali bahwa  bangsa Indonesia ini merumuskan dan mencantumkan pernyataan kemerdekannya didalam pembukaan UUD 1945,  disebut atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa adalah hasil pemikiran para pahlawan pejuang pendiri bangsa Indonesia ini yang diantaranya termasuk para pemuka agama, para ulama, jadi keberadaan Negara Republik Indonesia yang sekarang disepakati penyebutannya menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dibangun atas berkat rahmat Allah.

Apakah Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, murka dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ini, yang dijadikan dasar negara bangsanya ini? Atau hanya perebutan tampuk kekuasaan yang menjadi permasalahan,  merasa hanya dirinya yang berhak menjalankan kekuasaan pemerintahan, sehingga membutakan pandangan pemahaman kebenaran universal didalam dirinya.

Dalam berpolitikpun bangsa ini seharusnya tidak perlu ricuh, karena sudah seharusnya perpolitikan di bangsa ini harus sejalan dengan falsafah bangsa yang telah dijadikan dasar negara yaitu Pancasila yang merupakan pandangan kebenaran universal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran universal agama manapun, jadi tidak semestinya memisahkan cara berpolitik di bangsa ini dengan nilai-nilai kebenaran universal agama yang telah dituangkan ke dalam dasar negara kita. Jangan sampai ada  politik yang memecah belah, politik suap, politik curang, karena bertentangan dengan nilai-nilai luhur dasar negara kita yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-Kemanusian yang adil dan beradab, dan ber-Persatuan Indonesia.

Penulis mengajak para pembaca untuk memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa, "Yaa Allah, pengatur dan pemelihara semesta, tunjukilah kami bangsa Indonesia cara hidup yang benar, yaitu cara hidup orang-orang yang telah Engkau beri nikmat yang telah mampu hidup dengan cara yang benar menurutMu sehingga tercapai kehidupan yang damai, adil, makmur dan sejahtera, bukan cara hidup yang sesat dan yang Engkau murkai.  

Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia bangsa Indonesia yang dilimpahkan sang pencipta begitu luarbiasanya. Kebersambungan kepemimpinan dari pusat hingga daerah harus  tidak terputus, dalam rangka berjuang mencapai cita-cita kemerdekaan yang damai, adil, makmur dan sejahtera di semua bidang. Jangan ada lagi tujuan lain untuk para pemimpin dan para calon pemimpin selain untuk mengabdikan dirinya bekerja maksimal untuk bangsa dan negara, berpegang teguh melaksanakan nilai-nilai luhur dasar negara, tentunya tidak perlu dijelaskan bahwa semua perbuatan tercela sudah pasti perbuatan yang keluar dari batasan-batasan nilai-nilai luhur dasar negara kita yang dirumuskan dari nilai-nilai kebenaran universal semua agama, yang akibat dari pelanggaran tersebut adalah kerugian bagi kita.  

Memang masih banyak yang harus kita benahi perbaiki untuk menata mengelola Negara Kesatuan Republik Indonesia bangunan bangsa Indonesia yang kita cintai sehingga terjaga keutuhan dan keberadaannya di muka bumi ini, dengan adil, makmur dan sejahtera di semua bidang atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun