Mohon tunggu...
Flora Hendra
Flora Hendra Mohon Tunggu... -

Doyan kue cubit ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Remember Me, I Love You

11 November 2015   07:23 Diperbarui: 11 November 2015   07:36 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cinta bisa kehilangan gairahnya.

Sam adalah pria yang kucintai, seorang pria yang dingin, lembut dan memiliki seorang isteri dan seorang anak kecil berponi bernama Diandra.

Tentu saja, tidak pernah terbersit olehku untuk mencintai seorang pria yang telah berkeluarga, hidup kadang begitu penuh misteri, cinta mengalir begitu saja, aku mencintainya hanya untuk alasan sederhana.

Aku bertemu dengan Sam dalam sebuah pesta pernikahan seorang sahabat. Ketika itu Sam datang sendirian, mengenakan jas berwarna abu-abu, dia dingin dan tampan, kurasa aku telah jatuh hati padanya sejak pertama melihatnya. Sam pernah mengatakan padaku bahwa ia merasakan hal yang sama. Ketika itu aku mengenakan dress mini berwarna hitam dan anting mutiara. Kami terlibat perbincangan singkat, dan saling mengagumi satu sama lain, dan Sam begitu pandai menutupi perasaannya, o yaa aku jatuh cinta padanya.

Dan pertemuan singkat itu berbulir menjadi telfon basa-basi sekadar bertanya kabar, lalu makan siang, makan malam, menonton film terbaru, dan begitulah percikan api cinta tidak tertahankan, meluap bagai anggur dicawan, dan aku berusaha mengalahkan segala akal sehatku, menempatkannya disudut paling dalam, yang aku tahu bahwa aku mencintai Sam, gila bukan ?

Sam meyakinkanku, hari itu ditengah gerimis yang turun kecil-kecil, dalam lambaian lemah dedaunan yang ditiup angin dingin, bahwa kami akan bersatu, dan hatiku kegirangan seperti rerumputan yang menari kencang tak tentu arah karena hembusan angin. Well, hati kecilku berkata bahwa aku menginginkan agar Sam meninggalkan isterinya.

Dan seperti hidup yang penuh misteri, kesenangan itu harus berlalu begitu cepat.

Dalam balutan syal berwarna putih, aku mengikuti langkah Sam dengan langkah kecil-kecil namun cepat. Kami memasuki sebuah rumah sakit. Aku tidak suka rumah sakit, baunya membuat kepalaku pusing. Sam tidak menginginkan aku untuk bertanya meskipun besar keingintahuanku siapa gerangan yang kami datangi, siapa yang sakit, tapi Sam diam saja, tenggelam dalam dingin wajahnya.

Perempuan itu tertunduk dalam, berlatar belakang dinding putih, perempuan itu menatapi lantai bisu dengan rambutnya yang berantakan dan menutupi wajahnya. Aku berdiri tegang bersandar didinding yang dingin, wajahku sekaku dan sedingin dinding yang ada dibelakangku. Aku memperhatikan perempuan itu memperhatikan Sam mengusap kepala perempuan itu, merapihkan rambutnya agar tidak menutupi wajahnya, Sam tiba-tiba menangis demi menyaksikan perempuan yang duduk lunglai dihadapannya, seribu ungkapan yang ingin disampaikan Sam pada perempuan itu, tapi reaksi perempuan itu seolah mengunci rapat bibir Sam, perempuan itu melolong dan hanya berteriak mengungkapkan cintanya yang hilang, kesakitannya yang dalam, kesesakannya selama berbulan-bulan, dan air mataku mulai berhamburan demi mendengar lolongan petempuan itu, bahwa ia telah lebih dulu kehilangan Sam daripada aku,saat itu juga aku tahu bahwa aku harus pergi.

Sam hanya memeluk perempuan malang itu dan menangisinya.

Kutinggalkan ruangan dingin berbau karbol itu dengan hati yang hancur, lolongan perempuan itu terus menggema ditelingaku, membuatku sesak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun