Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencopot Ryamizard, Jokowi Harakiri

18 Januari 2017   09:37 Diperbarui: 18 Januari 2017   09:43 3900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu di media yang menyebutkan pencopotan Menhan Ryamizard Ryacudu, jika ini benar, maka bisa sebagai langkah kontraproduktif Presiden Jokowi. Jika tidak ingin dibilang Jokowi harakiri (bunuh diri). Mengapa? berikut sejumlah argumentasinya.

Pertama, Ryamizard Ryacudu adalah patriot sejati dan memiliki hubungan sangat dekat dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. PDI Perjuangan yang saat ini masih "bermusuhan" dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, akan membuat simpul permusuhan tersebut semakin kuat. Sejarah mencatat Presiden Yudhoyono pernah "meremehkan" tawaran Megawati terkait penyodoran Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu sebagai Panglima TNI. Kala itu, SBY memilih Kepala Staf Angkata Udara, Marsekal Madya Djoko Suyanto sebagai pengganti Jenderal Endriartono Sutarto. Bisa dipastikan, kejengkelan Megawati terhadap SBY bertambah lagi karena kasus pergantian Panglima TNI.

Jika Jokowi mencopot Ryamizard dari posisi Menhan, maka akan menambah "daftar oposisi" yang saat ini digawangi Ketum Partai Demoktar Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, Jokowi dinilai akan mengulang kesalahan Megawati saat dinilai lamban dalam mengambil keputusan sebagai Ketum PDIP ketika SBY menjadi Presiden. Andaikata sejak awal dia menyetujui permintaan mundur Jenderal Sutarto, penetapan Jenderal Ryamizard sebagai Panglima TNI hampir dipastikan akan berjala mulus, sebab; (a) Sutarto mendukung Rymizard Ryacudu dan (b) PDIP masih mendominasi kursi DPR RI. Bukan hanya itu, peta politik Indonesia pun mungkin akan berbeda. Mau tidak mau, Presiden Yudhoyono harus menerima Ryamizard sebagai Panglima TNI.

Kedua, konsep Bela Negara yang digagas Ryamizard Ryacudu adalah konsep mengembalikan kecintaan tanah air yang saat ini bisa dibilang mulai pudar akibat banyak hal, salah satunya akibat globalisasi. Sosok Ryamizard mendapat tempat terhormat, baik dari kalangan sipil maupun militer. Kader Bela Negara yang sudah mendekati dua juta orang, bisa menjadi blunder bagi jokowi, jika Ryamizard dicopot dari posisinya sekarang sebagai Menteri Pertahanan.

Publik akan melihat adanya "kezaliman" yang dilakukan penguasa. Di tengah citra Jokowi yang kian pudar, akibat kebijakan "I don't read what I sign", akan menambah beban jika Ryamizard dikorbankan. "Playing Victim" Ryamizard akan menguat dan mengakibatkan kerugian secara  social cost bagi Kepala Negara.

Selain itu, konsep Bela Negara semakin diminati oleh masyarakat luas. Pelaksanaannya kian menggurita masuk ke seluruh lini kehidupan masyarakat. Bisa dibilang, Bela Negara adalah prestasi sekaligus amunisi yang kuat untuk Ryamizard Ryacudu. Menhan akan diback up oleh kader-kader Bela Negara yang tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

Ketiga, Ryamizard adalah sosok patriot sejati yang baginya "NKRI Harga Mati" sudah final. Selain, Jenderal Angkatan Darat ini menjadi sosok yang sangat tegas terhadap siapa pun yang akan mengacak-acak keutuhan dan kedaulatan NKRI. Ryamizard pernah menegaskan adanya 60 ribu spionase asing yang beroperasi di negeri ini. Dia adalah sosok jenderal yang tidak suka didikte asing, karena sikapnya yang tegas menolak segala bentuk intervensi asing.

Bagi Ryamizard, agen asing adalah mereka yang bekerja untuk kepentingan asing. Mereka bisa saja orang Indonesia, berwajah khas Indonesia, namun menggadaikan harga dirinya demi uang dan ambisi politiknya dengan menjadi kaki tangan asing.  Jika Jokowi mencopot Ryamizard, maka publik akan menilai posisi Presiden ada di pihak asing. Ini adalah bentuk "kezaliman" terhada putra bangsa yang memiliki komitmen terhadap kedaulatan dan keutuhan NKRI. Sebagai aset bangsa, Ryamizard akan tampil sebagai pahlawan dan tokoh nasional yang berada di belakang rakyat Indonesia.

Keempat, Ryamizard pernah mengeluarkan statemen tegasnya tentang Proxy War dan Asymetric Warfare. Kala itu, statemen tegas itu berkaitan dengan maraknya gelombang protes terhadap gerakan LGBT yang menginginkan pengakuan negara. Lagi-lagi, jika Presiden mencopot Ryamizard, maka hal itu akan menimbulkan kemarahan publik karena dianggap sebagai perbuatan yang pro terhadap kelompok LGBT.

Nah, kira-kira demikian empat alasan yang bisa dikemukakan. semoga Jokowi bisa lebih bijak melihat sosok Ryamizard sebagai pembantu yang loyal dan setia. Jangan sampai Jokowi semakin terpuruk dengan mengambil keputusan yang salah. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun