Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Globalisasi ISIS, Ancaman Dunia

19 Juli 2017   08:19 Diperbarui: 19 Juli 2017   08:45 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara definisi, globalisasi diambil dari kata globalize yang mengacu pada kemunculan sistem sosial dan ekonomi berskala internasional. Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih sering lagi sejak pertengahan 1990-an. Pada tahun 2000, IMF mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi, yaitu: perdagangan dan transaksi, pergerakan modal & investasi, migrasi dan perpindahan manusia dan pembebasan ilmu pengetahuan.  

Dalam perkembangannya, isu globalisasi mengalami perkembangan mencakup isu perubahan iklim, polusi air, illegal fishing, HAM, kejahatan terhadap kemanusiaan, agama, ideologi bahkan terorisme. Pesatnya teknologi informasi semakin mempercepat laju globalisasi, dengan konsekuensi ada hal positif atau negatif yang di kandungnya.

Atas dasar itu, ada cluster terkait globalisasi, yakni globalisasi ekonomi, globalisasi politik, globalisasi budaya, globalisasi ideologi, globalisasi teknologi dan globalisasi sosial. Dari sekian banyak cluster globalisasi maka lahir kelompok yang pesimis, bahkan anti terhadap globalisasi. Mengapa?

Hal ini disebabkan mereka meyakini globalisasi sebagai bentuk penjajahan negara Barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar. Anggapan sebagai bentuk penjajahan melahirkan sikap ekstrim dan radikal anti terhadap apa pun yang berbau Barat. Sialnya, sikap ekstrim ini kemudian digunakan sekelompok elit politik negara-negara Barat untuk melahirkan distorsi definisi tentang radikalisme dan terorisme agama.  

Dalam isu terorisme dan radikalisme agama, kelompok penentang menilai globalisasi sebagai pengutamaan kepentingan kaum korporatis. Mereka juga mengklaim bertambahnya jumlah kelompok radikal tidak lepas dari peran entitas perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang  berkelindan dalam kebijakan politik negara. Mereka meyakini globalisasi sebagai ancaman terhadap nilai lokal dan nilai tradisional yang telah lama terhujam dalam kehidupan sosial masyarakat.

Kritik terhadap globalisasi berkaitan erat dengan disintegrasi sosial, kegagalan demokrasi, kerusakan lingkungan yang meluas dan ancaman terorisme. Tidak berlebihan jika pada kenyataannya nilai radikalisme dan ekstrimisme agama membonceng globalisasi akibat adanya pertarungan kepentingan atas nama politik dan agama.

ISIS sebagai entitas yang lahir dari pertarungan politik negara-negara barat menggunakan dalih Islam atas apa yang mereka yakini dan perjuangkan. Dia berubah menjadi ancaman dunia karena berada dalam globalisasi agama dan ideologi yang saat ini melahirkan perang antar negara. Wajah Islam yang ramah hilang karena praktik keagamaan menyimpang. Ironisnya, pesatnya teknologi informasi menopang globalisasi ISIS dalam kancah politik dunia sehingga banyak yang salah memahami.

Kelompok teror ini menggunakan sentimen anti Barat yang pada dasarnya memang selaras dengan kelompok anti globalisasi. Seperti diketahui, isu-isu anti globalisasi senantiasa berbarengan dengan sikap anti Amerika dan sekutunya. Bahkan, sikap ini subur bersemai di sejumlah negara-negara Islam sebelum ISIS itu ada.  

Nilai-nilai Islam seperti toleransi, menghormati orang lain, rela berkorban, siap bekerja sama dengan orang lain, sirna karena gencarnya gerakan ISIS yang dibarengi dengan pengaruh negatif globalisasi dunia. Kelompok ini memainkan peran yang begitu hebat sehingga banyak muslim yang tertipu.

Bela Negara Sebagai Solusi Mengatasi Ancaman Globalisasi ISIS

Indonesia kini menjadi target kelompok ISIS. Tidak pelak, dibutuhkan upaya serius dan radikal untuk menghadapi ancaman ISIS yang kian mengglobal. Kementerian Pertahanan telah melahirkan resep jitu yakni program Bela Negara yang bertujuan memberi vaksin sekaligus obat terhadap warga menghadapi ancaman pemikiran radikal dan ekstrim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun