Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menagih Keangkuhan Ahok

5 September 2016   19:10 Diperbarui: 5 September 2016   19:36 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fir'aun yang sombong (gambar: petualang-web.blogspot.com)

Maaf beribu maaf tulisan ini sebenarnya bukan tulisan serius, jadi semoga jangan membuat kita semua terbuai dan naik darah lantaran tidak seide dan tidak sepaham. Apalagi sampai menaruh dendam dengan tulisan ini. Apa salahnya sebuah tulisan kalau itu hanya ketikan, tapi salahkan yang menulis kenapa anda mau mengenalnya. 

Beberapa hari ini saya sedikit percaya dan sedikit tidak, eh maksudnya agak-agak percaya dengan berita yang disebar di media sosial. Ada yang lewat berita online terkemuka, ada pula dari sebuah blog yang isinya foto-foto dan argumen dari penulisnya. Tapi tak sedikit pula yang menyebarkan berita lewat facebook, twitter dan aneka medsos lainnya. Saya lihat satu persatu dan saya pilah, apakah berita ini keliru dan salah muat? Ataukah wartawan salah mengeluarkan simpanan rekaman bencananya? Atau memang televisi yang sampai saat ini menyiarkan banjir Jakarta sudah konslet, seperti konsletnya televisi saya karena kemasukan cicak? Ah mudah-mudahan berita itu bukan gosip murahan dan bukan fitnah. Karena fitnah itu lebih kejam dari pencopetan dan pencurian. Jika mencopet cukup sekali ia kehilangan uang dan kartu -kartu yang boleh jadi kosong, tapi kalau memfitnah tentu sakitnya tuh disini di dalam dada ini yang sulit disembuhkan meskipun dukun beranak diminta mengobati.

Saya juga pernah menanyakan berita itu pada bang Roy, tapi jawabannya malah katanya tidak tahu, eh nggak tahunya bang Roy ini penggembala kerbau di kampung. Jadi beliau tidak pernah usil dengan yang namanya berita di media massa. Entah kalau Roy Suryo apakah beliau juga menyanggah berita ini? Ah tau ah gelap.

Kembali pada tungku, mengenai berita banjirnya Ibukota tercinta DKI. Jakarta. Sepertinya berita banjir menjadi berita yang paling menarik di abad ini. khususnya bagi para lawan politik Ahok, karena mereka langsung saja menyebarkan berita itu sambil mempertontonkan korban yang rumahnya terendam, ditambahi dengan opini dan cibiran yang jelas sangat menyakitkan.

Tapi berbeda dengan yang dialami oleh pendukung Ahok, tentu berita seperti banjir tidak akan dibahas, lantaran mereka tahu bahwa berita itu akan menusuk jantung hati seorang pendukung dan Ahok sekaligus. Sebab, sebelum beliau berambisi mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta lagi, beliau sudah mengatakan bahwa Jakarta tidak akan kebajiran lagi. Bahkan seakan-akan beliau menantang Tuhan, sederas apapun hujan, Ibukota tidak akan kebanjiran. Nyatanya sekarang terbukti bahwa kata-kata Ahok tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Semula saya yakin bahwa Ahok seperti dewa penolong bagi warga ibukota, faktanya sampai sekarang kebanjiran masih terjadi. Mereka mengeluh setiap hari, berkali gonta-ganti Gubernur, dan gonta-ganti suku, atau latar belakang golongan, ternyata banjir ini tidak juga bisa dientaskan.

Yang pasti, banjir adalah kiriman dari langit, ketika hujan lebat turun dan daerah resapan air serta saluran pembuangan sudah tidak ada lagi maka otomatis dan sudah dapat ditebak tanpa mengira-ngira banjir akan terjadi lagi. Jadi tidak perlu sombong dan angkuh mengatakan bahwa banjir Jakarta  tidak akan terjadi. Kenapa banyak bicara mengenai Anti Banjir, jika Jakarta sendiri sudah tidak ada lagi kawasan resapan air. Ditambah lagi sungai-sungai tidak lagi menampung debit air yang cukup banyak. Yang membuat sedih lagi adalah ternyata permukaan tanah Jakarta semakin turun atau memang karena pengaruh naiknya air laut karena global warming. Entahlah, saya tidak pernah tahu pasti dengan yang dikatakan oleh para profesor itu. Itu hanya retorika atau fakta yang pasti keinginan masyarakat melihat ibukota semakin cantik adalah keinginan semua warga negara Indonesia. Sebab, kalau Jakarta sudah tidak ada banjir lagi, maka saya tertarik ingin membeli aset properti di kawasan Agung Podomoro. Percaya atau tidak itu hak semua orang. Tapi kalau percaya pastilah kebangetan senewennya.

Begitu pula ketika Ahok mengatakan dengan angkuhnya bahwa Jakarta akan bebas banjir, maka siapa saja yang percaya tentu perlu diperiksa kesehatannya. Kecuali jika ibukota diberikan tanggul yang tinggi dan disiapkan mesin pompa ribuan buah maka air hujan akan segera pergi dari ibukota.

Saya teringat sekali dengan konsep calon Gubernur pada waktu itu, katanya mereka ingin mengentaskan banjir Jakarta sampai ke akar-akarnya, tapi kenyataanya sulit diwujudkan. Maka dari itu, persoalan Jakarta bukan persoalan yang sepele, lantaran mesti diselesaikan dengan modal besar dan otak yang cemerlang. Tapi anehnya, kenapa tidak mencari orang-orang terbaik dari negeri ini untuk urun rembuk supaya persoalan banjir bisa diatasi. Soalnya ada 350  jutaan rakyat Indonesia tidak mungkin salah satunya tidak bisa  memberikan solusi banjir. Tak hanya banjir, persoalan tata ruang sebenarnya bisa diantisipasi dampak negatifnya jika para cerdik pandai saling bekerja sama memikirkan solusinya.

Sekali lagi, Ahok bukan siapa-siapa dan tidak pernah bisa menjadi dewa  penolong bagi pengentasan banjir Jakarta, jika cara mengatasinya masih sama saja. Begitupula calon gubernur lain yang saling berebut mencari simpati warga. Meskipun seluruh warga miskin digusur sampai habis, maka banjir akan tetap terjadi, jika bangunan-bangunan di ibukota sudah mengambil alih daerah resapan air yang semestinya dimiliki wilayah ini.

Ah... tau ah gelap.............

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun