Mohon tunggu...
Ricki Maldini
Ricki Maldini Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Sejarah -

" Keyakinanmu itu tak perlu membeku dalam dadamu saudaraku, cair merupakan pilihan agar KEHORMATAN aku, kau dan mereka menjadikan nya ADA " { Betawi Meng-Indonesia }

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog dengan Seorang Rantau

24 Mei 2018   09:17 Diperbarui: 24 Mei 2018   23:53 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Sederhana, namun izinkan aku bercerita "

Dini hari ini hujan menghujam renda-renda pernikahan kawanku, membawa angin yang kini berkawan dengan seorang lajang.

Seseorang tanpa ku kenal datang menghampiri kami yang sedang bercanda gurau melucukan segala persoalan hidup, bukan cercaan tetapi sekedar menghibur pelipur lara sekawan yang tergoncang atau barangkali hanya sekedar menghidupkan suasana yang diliputi kegembiraan. Ya...pernikahan dua anak manusia, manusia yang harus meneruskan tugas suci atau kutukan Tuhanya itu, tergantung dalam kepala siapa pemikiran bersemayam tentunya bagiku itu termasuk sesuatu yang suci.

Seorang rantau !

Aku bahkan tak sempat bertanya, hanya menyimak di setiap kalimat-kalimat sabda nya. Ku anggap begitu, bagaikan dosen yang sedang menerangkan teori-teori di dalam perkuliahan ini masih bisa ku sangkal. Maka ku sebut ia semacam memuntahkan mantra-mantra nya untuk segerombol pemuda, yang mungkin dianggapnya perlu untuk tahu.

Datang dan berbicara tentang sebuah kehidupan. Aku seperti ditelanjangi senjata kata nya, walaupun mungkin ia merasa seorang dewasa yang bercerita kepada anak-anaknya.

Tetapi aku bukan anaknya, juga kawanku. Perlawanan di dalam kepala itu ada, tetapi kalimatnya semakin menarik hingga ku putuskan mengosongkan isi kepala, hanya untuk menyimak sabda sang rantau ini. Ya...sesekali aku bertanya karena penasaran juga.

Ada 2 inti gagasan yang aku terima aku simpan dalam fikiran dari sabdanya itu :
1. Prinsip rezeki
2. Prinsip pasangan
3. Prinsip Tahta/Kekuasaan ? Aku kira ia tak pernah menyentuh wilayah ini.
Jadi hanya 2.

"Kau hanya perlu dengarkan, ambil yang berguna buang yang tidak dikeranjang sampah" tuturnya.

Bibirnya, terus menghisap rokok putih mengepulkan asap-asap kebebasanya, ya...kebebasan bercerita tanpa kaidah-kaidah ilmiah selama apa yang ku yakini dalam dunia intelektual. Ia hanya menggunakan pengalaman. Dimana dirinya membelah keras nya alam Jakarta, katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun