Mohon tunggu...
Adi Prima
Adi Prima Mohon Tunggu... Administrasi - Photojournalist

Saya adalah seorang freelance photojournalist di Sumatera Barat, memotret satwa-satwa dilindungi, benda bersejarah, tokoh- tokoh besar dan keindahan bentangan alam, adalah kegemaran saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sadar Bencana Lewat Radio

22 Juni 2017   15:16 Diperbarui: 22 Juni 2017   15:38 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat adat Mentawai menggunakan Radio RIG ( Foto : Adi Prima)

MENTAWAI. Tepat rasanya jika Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melibatkan radio untuk kegiatan sadarbencana. Radio dan bencana merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tidak hanya sebelum bencana, saat bencana ketika alat-alat komunikasi tidak berfungsi, radio menjadi andalan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi.

Melakukuan program sadar bencana di Indonesia memang penuh tantangan. Salah satunya karena belum semua daerah terhubung dan memiliki akses untuk berkomunikasi. Di Kepulauan Mentawai, jika berbagi informasi, radio menjadi satu-satunya media informasi yang bisa menjangkau seluruh masyarakat.

Contohnya pada masyarakat Desa Saggulubbeg, Siberut Barat Daya, untuk terhubung dan berkomunikasi dengan desa lainnya, masyarakat mengandakan Radio Rig. Begitu juga dengan informasi kebencanaan, radio RIG mengambil peran yang sangat penting sebagai sumber informasi masyarakat.

Pengalaman selama berkegiatan pengurangan risiko bencana (PRB) gempa dan tsunami di Mentawai, saya harus terbiasa menggunakan radio RIG dan handy talkie (HT), untuk berbagi informasi dan mengumpulkan masyarakat. Di Mentawai memang belum semua desa ada akses komunikasi. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, terkait pengurangan risiko bencana, lembaga tempat saya bekerja, ASB, yang juga bekerjasama dengan BPBD Mentawai, memberikan pelatihan penggunaan alat komunikasi bagi masyarakat adat dan lokal.

Pelatihan penggunaan Radio RIG bagi warga lokal dan warga adat Mentawai (foto : Adi Prima)
Pelatihan penggunaan Radio RIG bagi warga lokal dan warga adat Mentawai (foto : Adi Prima)
Pelatihan yang kami berikan tidak sia-sia. Beberapa waktu yang lalu, speed boat kayu yang membawa beberapa guru sekolah dasar menuju Desa Sagulubbeg, hilang kontak. Hampir tiga hari, sebelum boat dan penumpang yang ditemukan dalam kondisi selamat, Radio RIG menjadi andalan Tim relawan pencari korban untuk berkoordinasi dengan desa ini.

Sadarbencana atau kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana gelombang besar, gempa yang berpotensi tsunami, bagi masyarakat Mentawai yang berada di Pantai Barat memang sedikit lebih exstra jika dibandingkan daerah lainnya.

Di ibukota Kabupaten Mentawai, salah satu radio lokal, NESTS FM, yang beralamat di JL. Raya Tuapeijat KM 4, juga menggandeng Lembaga ASB untuk mengadakan Talkshow ‘Disabilitas dan Kebencanaan.’ Pada talkshow, selain mengkampanyekan disabilitas, kita juga menginfokan kepada masyarakat langkah-langkah aman dan sederhana untuk pengurangan risiko bencana. Talkshow atau acara sosialisasi sadarbencana lewat radio, seharusnya menjadi acara harian rutin bagi daerah yang memang rawan terpapar bencana, bukan acara mingguan atau bulanan.

Manajemen Radio NESTS FM sendiri, menyatakan komitmen dan siap bekerjasama dengan Lembaga-lembaga dan SKPD terkait. Khususnya pada pemberian informasi kebencanaan, ucap Daniel Rohel selaku Manajemen.

Talkshow disabilitas dan kebencanaan di Mentawai ( foto : Adi Prima)
Talkshow disabilitas dan kebencanaan di Mentawai ( foto : Adi Prima)
Langkah-langkah dan metode terbaik untuk mensosialisasikan sadar bencana bagi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana, tetap harus terus diprioritaskan. Kerjasama antar sektor terkait bisa juga menjadi solusi tambahan.

Perubahan sikap dan sudut pandang masyarakat terhadap bencana memang sudah harus dirobah. Sekarang, bicara bencana tidak lagi berbicara tentang rasa takut, tapi sudah berbicara persiapan, pengetahuan dan sadarbencana. Jika masyarakat dibekali dengan pengetahuan dan kapasitas, kedepannya diharapkan risiko-risiko yang ditimbulkan oleh bencana dapat diminimalisir. Kita tentu sepakat supaya tidak ada lagi air mata duka di bumi pertiwi ini. Salam Tangguh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun