Mohon tunggu...
Khumaida
Khumaida Mohon Tunggu... -

Saat orang lain mencibir, di sana ada kesempatan besar untukmu untuk menjadi lebih besar dari sekedar cibiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ngintip "Taare Zameen Par"

17 Mei 2013   22:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:25 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pengantar

Film dengan judul “Taare Zameen Par” yang disutradarai oleh Amir Khan merupakan film yang sangat inspiratif. Cerita dalam film ini benar-benar sangat menyentuh, dan secara eksplisit menggambarkan tentang realita pendidikan yang terjadi pada anak, baik dalam sektor keluarga (orang tua) maupun sekolah (guru).

Setiap anak lahir dengan membawa berbagai keunikan tersendiri, mereka memiliki impian dan ketertarikan yang berbeda, dan tentu tidak sama dengan orang lain termasuk orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Entah karena lupa, tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, atau bahkan karena sikap egois yang ada pada orang tua,sehingga mereka sering tidak mau tahu dengan apa yang dirasakan oleh anak-anaknya. Oleh karenanya, masih banyak orang tua yang meminta dan menuntut anak-anak mereka bisa mencapai dan menjadi apa yang dapat diraih oleh orang lain secara umum.

Praktik pendidikan yang terjadi di sekolah formalpun tak jauh berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, banyak dari mereka yang kurang bisa mendengarkan pendapat yang datang dari para siswa. Gambaran ini seolah ingin menegaskan bahwa guru adalahpihak yang paling tahu dalam proses pembelajaran. Zaman telah berubah, sumber informasi ada di mana-mana dan dapat dijangkau dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, anggapan yang demikian sangatlah tidak tepat. Proses belajar bisa terjadi dengan pola interaksi yang terjadi secara timbal balik dari guru-siswa, maupun siswa-guru. Pertukaran informasi itulah, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan siswa. Kemampuan mengelola proses pembelajaran juga harus disertai dengan kemampuan guru dalam memahami karakteristik setiap siswa. Pemahaman terhadap karakter setiap siswa dapat membantu guru dalam menentukan metode dan strategi belajar yang tepat. Setiap anak itu unik, mereka memiliki cognitive style yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tidak sepatutnya jika guru menerapkan metode yang selalu sama dalam proses pembelajaran. Jika keadaan ini terus dilakukan, maka penyampaian informasi dalam dunia pendidikan tidak akan merata, sebagian pihak diuntungkan dengan metode itu, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lancar. Sedangkan siswa yang lain akan nampak sebagai siswa yang tidak mampu, terbelakang, malas dan berbagai labeling negatif lainnya, yang belum tentu tepat dengan keadaan mereka.

Sekilas tentang Film

Film ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Ishan Nandkishore Awasthi, yang lahir sebagai anak terakhir dari dua orang bersaudara. Ayahnya bernama Nandkishore Awasthi sedangkan Ibunya bernama Maya Awashi. Ishan berusia 8 tahun, menunjukkan sikap yang kurang suka dengan kegiatan belajar dan sekolah. Setiap pelajaran yang diberikan dirasakan sebagai sesuatu yang sulit baginya, sehingga Iapun harus gagal dakam ujian dan tidak naik kelas. Akibat dari itu, Ishan selalu mendapatkan ejekan dari teman-temannya, semua guru pun tidak suka dengannya dan memberikan lebel-lebel negatif: nakal, tidak memperhatikan, tidak tahu malu, bodoh serta membandingkan kemampuan Ishan dengan Yohan kakaknya yang berkemampuan baik.

Serupa dengan keadaan itu, Maya pun sering sekali merasa kebingungan dalam mengajari Ishan ketika di rumah. Ishan selalu melakukan kesalahan yang serupa baik dalam menulis maupun berhitung. Ibunya sering merasa sedih dengan keadaan ini, karena anak-anak seusianya dapat melakukan hal-hal itu dengan sangat mudah, sedangkan Ishan sangat sulit untuk melakukannya. Di samping itu, Ishan sering sekali menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah serta tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Setiap perilaku negatif yang dilakukan oleh Ishan dan itu diketahui oleh Ayahnya, maka Ishan dipastikan memperoleh “punishment” dari sang Ayah. Jika ini sudah terjadi baik Ibu maupun Yohan kakaknya tidak dapat melakukan apa-apa untuk membantu anak dan adik yang disayanginya.

Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh Ishan itulah, sehingga ayahnya berkeinginan mengirimkan Ishan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari rumah. Ketika mengetahui niat itu, Ishan menunjukkan sikap berontak kepada ayahnya. Dia juga meminta tolong kepada ibunya, agar ayahnya mengurungkan niatnya itu. Usaha yang dilakukan oleh Ishan tidak membuat niat ayahnya berubah, Iapun tetap dibawa ke asrama dan berpisah dengan keluarganya. Ishan menganggap bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut. Anggapan itu kemudian diperkuat dengan sikap dan gaya mengajar guru di sekolah yang cenderung keras dengan alasan demi menegakkan kedisiplinan siswa.

Suasana kelas dan kegiatan asrama sama sekali tidak dapat dinikmati oleh Ishan, dan semua guru tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh, berbagai hukumanpun diterima sebagai bentuk konsekuensinya. Ishan diselimuti oleh ketakutan dan kesedihan yang dalam, sehingga membuat dia tidak bersemangat dan tidak mau melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi aktivitas yang Ia gemari. Keadaan itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).

Gaya mengajar yang berbeda dengan guru-guru pada umumnya membuat Nikumbh digemari oleh semua siswa, tapi tidak bagi Ishan. Sebab itulah, Nikumbh mencoba mengamati dan mencari tahu masalah yang dihadapi oleh Ishan termasuk juga tanggapan orang tua tentang keaadaanya, akhirnya dia mengetahui bahwa Ishan adalah anak yang mengalami Disleksia. Oleh sebab itu, Dia membuat orang tua dan guru lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan Nikumbh berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang, serta mau kembali aktif dalam menuangkan imajiansinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya.


  • Bahas Yuk !


Sebuah keluarga dapat dinilai sebagai suatu sistem yang didalamnya memiliki serangkaian aturan, dengan berbagai batasan untuk masing-masing subsistem yang ada didalamnya. Subsistem merupakan unit yang ada dalam sebuah sistem yang secara keseluruhan memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda. Menurut Irene & Herbert, hal yang perlu ditekankan adalah kejelasan atas batasan dari masing-masing subsistem guna menciptakan keluarga yang berfungsi secara efektif dan dapat bertumbuh bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun