Mohon tunggu...
mahfud effendi
mahfud effendi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mr. President, Belajarlah pada SBY

22 November 2016   13:38 Diperbarui: 22 November 2016   17:48 5742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: mimbarpolitik.com

Mantan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono akhir-akhir ini menjadi objek perbincangan hangat banyak media, baik media sosial, media cetak, maupun online. Hal tersebut terjadi, karena SBY diduga, dituding, dan dicurigai sebagai dalang di balik aksi damai bela Islam jilid II yang berlangsung pada 4 November kemarin.

Menanggapi tudingan, tuduhan, dan kecurigaan publik tersebut, akhirnya SBY menggelar konferensi pers di kediamannya di Cikeas, Bogor. Dalam konferensi pers tersebut, SBY menyatakan dengan tegas, bahwa tudingan yang mengarah kepada dirinya itu tidak benar adanya.

Ada satu hal yang membuat publik geger saat SBY menggelar konferensi pers di kediamannya. Dengan raut wajah sedih dan mata berkaca-kaca, SBY melontarkan sebuah pernyataan kontroversial dan penuh tanda tanya. “Barangkali karena merasa yang diprotes itu, dan tuntutannya tidak didengar. Nah, kalau sama sekali tidak didengar, diabaikan, sampai LEBARAN KUDA mesti akan ada unjuk rasa itu, ini pengalaman saya.” Kata SBY, Rabu (2/11/2016). Akibat dari pernyataan SBY inilah, kecurigaan publik semakin menjadi-jadi.

Selain menggelar konferensi pers, para politikus, termasuk politikus Partai Demokrat juga banyak yang menyayangkan tudingan yang mengarah kepada SBY dan Partai Demokrat tersebut. Mereka juga meminta kepada pemerintah yang selama ini selalu berkoar-koar ada oknum dan kepentingan politis di balik aksi damai 411 kemarin, untuk mengungkap siapa aktor-aktor politik yang dimaksud.

Anehnya, tindakan SBY dan para politikus Partai Demokrat lainnya, yang selalu mengomentari dan mengklarifikasi tudingan tak berdasar yang sudah merebak di tengah masyarakat, kembali dituduh sebagai politikus yang sensitif dan baperan.

Merupakan tindakan yang sangat wajar jika mereka mengklarifikasi semua tudingan yang telah mengakar di telinga masyarakat. Apalagi SBY sebagai mantan Presiden, jelas ia tidak mau namanya tercoreng hanya gara-gara tudingan tak berdasar itu. Tindakan SBY yang menggelar konferensi pers, justru sebagai bukti kejantanan seorang SBY dan Partai Demokrat. SBY dengan tegas dan berani mejawab semua tudingan yang ada, bahwa bukan dia dan Demokratlah aktor politik di balik aksi damai bela Islam jilid II kemarin, sebagaimana dimaksud pemerintah yang selama ini selalu diteriakkan dan dikoar-koarkan.

Bagi saya, justru pemerintahlah yang sensitif dan baperan. Pemerintah hanya berani berkoar dan berteriak di depan publik “ada oknum,” “ada kepentingan politis,” “ada aktor politik,” “ada pemecah belah NKRI,” “ada kelompok ISIS, Taliban,” “ada gerakan anti pancasila,” dan ada oknum-oknum lainnya. Semua pernyataan itu diumbar ke publik atas nama intelegen negara. Nyatanya, semua pernyataan pemerintah itu sampai saat ini (hampir lebaran kuda), belum juga dibuka, diungkap, dan diumbar ke publik, sehingga membuat masyarakat bertanya-tanya, siapakah oknum yang dimaksud pemerintah tersebut.

Aksi Bela Islam Jilid III (212)

Dalam beberapa hari terakhir, publik kembali digemparkan dengan merebaknya kabar akan adanya aksi damai umat Islam lanjutan. Aksi damai tersebut rencananya akan digelar pada tanggal 2 Desember mendatang. Lagi-lagi pemerintah Baper dan sensitif menanggapi rencana aksi jilid III yang dikenal dengan sebutan demo bela Islam 212 itu.

Belum juga apa-apa, yang terhormat Jenderal Tito Karnavian sudah membuat pernyataan menghebohkan. Ia menuding bahwa rencana aksi 212 berpotensi makar. Selain tuduhan makar, pimpinan tertinggi Polri itu juga menuding bahwa aksi 212 bukan bertujuan membela Islam, tapi untuk menjatuhkan rezim Jokowi. “Kalau bermaksud menguasai itu jelas melanggar hukum, dan kalau itu bermaksud untuk menjatuhkan atau menggulingkan pemerintah, termasuk makar.” Katanya di Gedung utama Mabes Polri, Senin (21/11/2016) .

Padahal, sudah jelas tujuan aksi damai umat Islam jilid III itu, untuk mengawal proses hukum Ahok yang sampai saat ini hanya mandek di status “Tersangka,” tidak ada maksud lain, apalagi untuk mengkudeta Presiden Jokowi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun