Mohon tunggu...
Mahansa Sinulingga
Mahansa Sinulingga Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta.

Ikuti saya di blog mahansa.wordpress.com dan Twitter @mahansa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Budaya Buang Sampah di Jepang

20 Agustus 2015   07:32 Diperbarui: 20 Agustus 2015   08:09 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru ngeh, setelah melihat catatan-catatan di Evernote ini (tulisan ini dibuat pada tanggal 15/8 kemarin), ternyata hampir--cuma kurang dua hari--setahun yang lalu kami mengunjungi temannya Icha di Bandung. Dia kebetulan berlibur ke Indonesia untuk berlebaran. Kami bela-belain ke Bandung selain karena diundang dalam rangka sunatan anaknya, kami juga bermaksud untuk ngobrol tentang rencana kami untuk berkunjung ke Jepang.

Rencana itu sudah terlaksana awal Juli kemarin. Kami bukan cuma mampir di rumah temannya Icha itu di Toyonaka, Osaka, tetapi bahkan menginap semalam. Dia dan keluarganya menerima kami dengan sangat baik. Kami tersanjung. Kunjungan ke Jepang ini sangat berkesan karena kami merasa bukan sekadar seperti turis biasa, tetapi sempat melihat dan merasakan kehidupan rumah tangga sesungguhnya di Jepang.

Jepang memang masih negara Asia, jadi masih banyak persamaan dengan kita di Indonesia. Barangkali, kalau dibandingkan dengan mereka yang berasal dari Barat, budayanya akan lebih kontras sehingga lebih mudah menemukan perbedaan. Begitupun, dibandingkan Indonesia, masih ada sejumlah hal yang sangat khas Jepang, atau berbeda jauh dengan kebiasaan di sini. Misalnya saja dalam hal kebersihan dan membuang sampah.

Wah, kalau sudah ngomong yang satu ini, Indonesia yang katanya indah permai tak tepermanai ini akan terasa memalukan. Ini benar-benar "negara sampah". Sori, bukan sarkastis, tapi ini dalam makna sebenarnya. Praktis semua tempat adalah tempat sampah. Aku suka prihatin kalau berkunjung ke tempat-tempat wisata, sampah betebaran di mana-mana. Atau, melihat orang naik kendaraan bagus membuang sampah seenaknya keluar jendela. Ahh... sepitles lah.

[caption caption="Suasana di Osaka Castle, salah satu tempat wisata utama di Osaka. Begitu bersih, tidak ada sampah betebaran."][/caption]

Sangat berbeda dengan Jepang. Paling tidak sepanjang perjalanan kami selama empat hari, nyaris tidak terlihat sampah berceceran. Justru, ada dua kesempatan aku melihat di mana kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan sudah mendarah daging. Pertama, di kereta. Kebetulan dua orang di seberang tempat duduk, kelihatannya ibu dan anak, mau turun. Begitu bangkit, ternyata ada secuil sisa bungkus permen tertinggal di tempat duduk. Si ibu langsung menegur anaknya. Si anak, tanpa banyak cakap, langsung memungut sisa bungkus permen itu dan memasukkannya ke dalam saku.

Peristiwa yang lain waktu lagi duduk mengaso di Disneyland. Di bangku di sebelah kami ada satu keluarga muda--suami, isteri, dan anaknya yang masih balita--lagi sibuk menaruh anaknya di stroller. Namanya punya anak kecil, mereka membawa banyak perlengkapan yang sebagian dimasukkan dalam kantong-kantong plastik. Kebetulan ada satu kantong plastik yang sudah kosong karena isinya dipindahkan ke stroller. Saat mau beranjak, si suami baru sadar akan sampah plastik itu. Ia langsung menyuruh isterinya untuk mengambilnya dan memastikan tidak ada sampah yang tercecer.

Walah... kalau ini kejadiannya di Indonesia, pasti sudah dibiarin aja itu sampah. Apalagi kalau  bungkus permen yang cuma secuil. Tapi, tampaknya bagi orang Jepang, aturan adalah aturan. Kalau dibilang dilarang buang sampah, ya mereka benar-benar tidak akan melakukannya--walaupun tidak ada yang mengawasi.

[caption caption="Buang sampah di Stasiun Tokyo."]

[/caption]

Hal menarik lainnya, di Jepang tidak banyak dijumpai tong sampah. Di sejumlah tempat wisata, tong sampah biasanya terdapat dekat deretan mesin penjaja (vending machine). Sudah gitu, kita juga harus lihat-lihat kalau mau buang sampah, itu sampah termasuk plastik, kaleng, atau sampah yang bisa dibakar. Tempatnya beda-beda.

Bagaimana kalau tidak menemukan tempat sampah? Ya dibawa dulu sampai ketemu tempat sampah. Atau, bawa pulang ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun