Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

HUT RRI ke-70: RRI di Mata Kaum Muda

10 September 2015   08:17 Diperbarui: 10 September 2015   08:47 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RADIO REPUBLIK INDONESIA DI MATA KAUM MUDA
Oleh: Trimanto B. Ngaderi

Sekali di Udara Tetap di Udara” merupakan slogan abadi Lembaga Penyiaraan Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) yang pada hari ini genap berusia 70 tahun. Ketika saya masih SD, sekitar tahun 80-an, bunyi sirene panjang khas RRI menandakan sebentar lagi akan ada berita yang disiarkan secara sentral dari RRI Pusat di Jakarta, yang kala itu radio siaran swasta wajib menyiarkan warta berita RRI yang mengudara hampir setiap pergantian jam itu. Radio-radio pada zaman itu masih ada di ruang frekuensi AM.

Kini zaman telah berubah. Radio swasta kian menjamur hingga ke kota-kota kabupaten. Hal ini disebabkan semakin mudahnya izin siaran dari pemerintah maupun kemudahan dalam memperoleh peralatan siaran. Radio swasta mulai bersaing dengan RRI yang telah lama ada dengan menyuguhkan berbagai acara yang kreatif dan variatif. Dan kini radio swasta tak lagi diwajibkan untuk menyiarkan berita RRI. Lebih dari itu, radio swasta juga menyiarkan berita tersendiri. Bahkan ada beberapa radio swasta yang secara khusus mencitrakan diri sebagai radio berita, karena memang hampir seluruh siarannya berisi berita-berita yang tak kalah lengkap dan menarik dari RRI.

Melihat realitas di atas, RRI mencoba melakukan inovasi dengan membuat cabang/segmentasi menjadi RRI Pro-1 hingga RRI Pro-6, ditambah gaya atau pola siaran yang fleksibel, tidak kaku dan formal, mengikuti tren radio swasta. Saya menyimak, ruang RRI yang begitu banyak kadang malah membingungkan dan terasa memenuhi tempat (gelombang) yang ada. Sekarang di Surakarta, hanya ada tiga: Pro-1 untuk siaran bersifat lokalitas, Pro-2 untuk kawula muda, dan Pro-3 khusus berita (jaringan berita nasional).

Sekilas Sejarah RRI
RRI resmi berdiri pada 11 September 1945 oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa radio Jepang di 6 kota di Indonesia. Mereka bertemu di rumah Adang Kadarusman di Jl. Menteng Dalam Jakarta, dan memilih dr. Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. (RRI Surakarta juga berlokasi di Jl. Abdulrahman Saleh).

Sebenarnya radio di Indonesia sudah didirikan sejak tahun 1926 oleh Belanda, yang pada waktu itu menjadi corong pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk kepentingan politik dan perdagangan. Setelah itu muncullah radio-radio di berbagai kota, yang pada tahun 1940-an digunakan oleh kaum pergerakan untuk mempropagandakan semangat kemerdekaan dan nasionalisme Indonesia (walaupun tetap di bawah pengawasan pemerintah Belanda maupun Jepang yang datang kemudian). Bahkan, radio merupakan satu-satunya media yang efektif untuk sarana perjuangan dan mencari dukungan internasional.

Setelah Indonesia merdeka dan memasuki masa Orde Baru, RRI tak lebih sebagai “perpanjangan tangan” pemerintah, yang isi siaran (berita)-nya harus tunduk dan sesuai dengan kemauan dan kepentingan pemerintah. Apalagi berita yang ada hanya monopoli tunggal pihak penguasa. Arus komunikasi yang terjadi adalah one way communication/downward communication (searah), dalam arti rakyat hanya sebagai penerima pasif tanpa adanya feedback berupa kritik atau protes.

Setelah reformasi bergulir, RRI mencoba mencitrakan diri sebagai media yang netral, milik publik (makanya menamakan diri Lembaga Penyiaran Publik), walaupun kesan sebagai radio milik pemerintah masih sulit dihilangkan.

RRI Pro-2 (Radionya Kawula Muda)
Inovasi RRI dalam berkompetisi dengan radio swasta terutama dalam membidik kaum mudanya adalah membuat ruang/segmen RRI yang dikhususkan untuk kawula muda, yaitu channel Pro-2. Selain menyiarkan beragam acara menarik untuk kaum muda, juga menayangkan lagu-lagu hits terkini kesukaan pemuda. Untuk RRI Pro-2 Surakarta berada pada frekuensi 105.5Mhz berdampingan dengan Pro-3 nya di 105.8Mhz.

Entah seberapa besar kawula muda yang berminat menyimak siaran Pro-2 atau bahkan menjadi fans setianya, saya sendiri tidak tahu pasti. Yang jelas, saya pribadi lebih memilih radio swasta jika ingin mendengarkan siaran kepemudaan atau lagu terkini. Menurutku, radio swasta lebih kreatif, inovatif, dan atraktif dalam mengemas siaran daripada RRI. Namun, bagi yang tidak suka iklan, mungkin Pro-2 adalah pilihan yang tepat, sebab secara umum RRI tidak memuat iklan (komersial).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun