Mohon tunggu...
Mutaya Saroh
Mutaya Saroh Mohon Tunggu... -

Sedang belajar bahasa dan sastra indonesia di UNY. Senang membaca dan menulis. Bermimpi kelak akan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antropologi Sastra

5 Juni 2013   00:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:31 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Antropologi sastra belum mendapatkan perhatian yang bagus, hal itu menyebabkan perkembangannya pun tidak sesignifikan psikologi sastra yang telah bergerak sejak lama di indonesia. Kemungkinan hal itu terjadi karena belum ada yang mau memperhatikan antopologi sastra sebagai salah satu kajian yang penting untuk perkembangan karya sastra Indonesia, dalam kaitannya dengan hubungan sastra dan budaya masyarakat.

Sepanjang yang diketahui, mengutip dari buku karya Kutha Ratna, isu mengenai hubungan antara sastra dan antropologi pertama kali muncul dalam kongres ‘Folklore and Literary Anthropology’ (Poyatos, 1988: xi-xv) yang berlangsung di Calcutta (1987) diprakarsai oleh Universitas Kahyani dan Museum India. Oleh karena itu, tidak secara kebetulan buku yang diterbitkan pertama kali diberikan subjudul ‘A new Interdisiplinary Approach to People, Signs, and Literature.’ Meskipun demikian Payatos, mengakui bahwa sebagai istilah baik sebagai antropologi sastra maupun sastra antropologi pertama kali dikemukakan dalam sebuah tulisannya yang dimuat dalam semiotica (21:3/4 tahun 1977) berjudul “Form and Function of Nonverbal Communication in the Novel: A New Perspective of the Author-Character-Reader Relationship.” Dalam hubungan ini perlu disebutkan sebuah tulisan singkat berjudul “Toward an Anthropology of Literature” (Rippere, 1970) di dalamnya di jelaskan peranan bahasa dalam karya sastra, yaitu bahasa yang lebih banyak berkaitan dengan konteksnya terhadap realitas, sehingga makna bahasa jauh lebih luas dibandingkan dengan apa yang diucapkan.

Ada dua istilah yang muncul yakni antropologi sastra (Antropology of literature) dan sastra antropologi (Literary Antropology). Lagi-lagi mengutip kata-kata Kutha Ratna, dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dan demikian isi yang terkandung di dalamnya, yang dibicarakan dalam antropologi sastra adalah analaisis karya sastra dalam kaitannya dengan unsure-unsur antropologi. Sebaliknya, sastra antropologi adalah analisis antropologi melalui karya sastra, atau analisis antropologi dalam kaitannya dengan unsure-unsur sastra. Dalam antropologi sastra, antropologi merupakan gejala sekunder, sebagai instrument, sebaliknya sastra antropologi yang menjadi gejala sekunder sekaligus instrument adalah karya sastra itu sendiri. jadi, antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Dalam perkembangannya juga mengikuti perkembangan sosiologi sastra yang semula hanya berkaitan dengan masyarakat yang ada dalam karya sastra kemudian meluas pada masyarakat sebagai latar belakang penciptaan sekaligus penerimaan.

Karya sastra yang di dalamnya mencakup masyarakat menjadi bagian, bahkan menjadi latar belakang dan sekaligus penerima ciptaan itu sendiri berarti karya sastra tersebut sudah bukan lagi sebagai refleksi sederhana, bukan semata-mata memantulkan sebagai cerminan masyarakat saja, seperti kata Sapardi Djoko Damono, melainkan merefraksikan, membelokkan sehingga berhasil mengevokaso keberagaman budaya secara lebih bermakna, kata Kutha Ratna.

Ilmu antropologi sastra, memerlukan pemahaman yang terbaik di kalangan para akademis, baik mahasiswa ataupun dosen agar mengalami perkembangan yang bagus. Gunanya untuk kepentingan perkembangan ilmu sastra bagi kehidupan manusia seperti halnya psikologi sastra dan sosiologi sastra. Kutha Ratna menyarankan agar antropologi sastra dimasukkan ke dalam matakuliah.

Yogyakarta, 29 Mei 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun