Pahlawan itu kamu, ketika yang lain hanya membawa sekarung pupuk kimia, justru rela menurunkan satu truk pupuk kompos. Ketika sawah sebelah tumbuhnya bagus, justru sawah sendiri harapannya seperti pupus. Ketika sawah tetangga bulir padinya tampak mulus, justru sawah sendiri sempat dimangsa tikus.
Pahlawan itu kamu, ketika yang lain memamerkan barang kreditan, justru malu-malu menunjukkan buku tabungan. Ketika yang lain menganggap tak berharga uang lima puluh ribuan, justru menabungkan uang meskipun selembar lima ribuan. Ketika yang lain membeli pastel seharga lima ribuan lalu ditinggalkan, justru rela menahan lapar agar hari ini ada yang disimpan.
Pahlawan itu kamu, ketika yang lain berpangku tangan, justru rela turun ketika ada yang memerlukan bantuan. Ketika yang lain mengecam pemberian tak memberdayakan, justru rela mengumpulkan minuman dan makanan untuk disumbangkan. Ketika yang lain merasa puas hanya dengan mentransfer uang, justru rela berkeliling menemui korban untuk membagikan aneka barang.
Pahlawan itu kamu, ketika yang lain mengeluhkan tidak ada peluang, justru menemukan ide dari barang yang sudah dibuang. Ketika yang lain memimpikan menjadi pegawai negeri, justru memilih bekerja mandiri. Ketika yang lain puas hanya menerima gaji, justru boleh berbangga karena bisa memberi gaji.
Pahlawan itu kamu. Bukan warisan kakek nenekmu, bukan pinjaman ayah ibumu, bukan yang berseragam saja atau perjuangannya memakai senjata, bukan pula Superman atau Hanoman.