Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... -

milan, psikologi,..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Supaya Menang dalam Adu Penalti

26 Januari 2010   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepertinya adu penalti adalah momen yang ingin dihindari oleh setiap pemain sepakbola. Sudah bermain 90 menit lamanya plus babak silver goal selama 2x 15 menit, menang atau kalah hanya ditentukan melalui kurang lebih 5 kali percobaan tendangan di titik 12 pas. Tidak sedikit legenda sepakbola harus gigit jari saat melakukan adu penalti. Sebut saja, Roberto Baggio dan Franco Baresi (World Cup 1994), John Terry (Chelsea, Final Liga Champions 2008), Antonio Di Natale (Piala Eropa 2008), dsb, harus menunduk menahan air mata jatuh saat gagal mengeksekusi penalti. Lalu, adakah ada penjelasan mengapa tidak semua pemain bisa dengan mudah melalui babak ”neraka” ini ?.

Peneliti dari Universitas Exeter melakukan suatu penelitian untuk mengapa pemain sepakbola gagal mengekskusi penalti saat babak adu penalti. Mereka menunjukkan untuk pertama kalinya efek kegelisahan (anxiety) pada gerakan mata pemain sepakbola saat mengambil tendangan penalti. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa saat pegambil tendangan penalti gelisah mereka lebih sering melihat ke arah dan fokus pada posisi kiper yang terpusat di tengah. Berkaitan dengan koordinasi antara kontrol tatapan dan kontrol gerakan (motor), tendangan juga cenderung ke arah tengah yang membuat tendangan tersebut mudah untuk ditangkap.

Greg Wood dari University of Exeter School of Sport and Health Sciences mengatakan bahwa selama berlangsungnya situasi yang sangat (menegangkan) stressful, kita lebih sering terganggu oleh stimulus yang mengganggu dan focus kepada stimulus tersebut dibandingkan fokus kepada tugas yang akan dilakukan. Oleh karena itu, lanjutnya, dalam sebuah situasi adu penalti yang menegangkan, atensi pesepakbola cenderung diarahkan ke arah kiper dibandingkan ke arah optimal scoring zone (inside the post). Hal tersebut mengganggu sasaran tembakan dan meningkatkan kemungkinan tembakan diarahkan ke arah kiper, membuat tendangan menjadi lebih mudah untuk diselamatkan.

Untuk penelitian ini, para peneliti meminta 14 anggota tim sepakbola univeristas Exeter untuk menjadi peserta penelitian. Mereka diminya untuk melakukan 2 seri tendangan penalti. Pertama, mereka hanya diminta untuk melakukan tendangan sebaik mungkin untuk mencetak skor. Kemudian, para peneliti membuat seri yang kedua menjadi lebih menegangkan dan lebih mirip dengan adu penalti. Para pemain diberi penjelasan bahwa hasilnya akan dicatat dan di-share dengan pemain lain dan akan ada hadiah sebesar £50 untuk pengambil tendangan penalty terbaik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat gelisah, pesepakbola melihat penjaga gawang lebih dahulu dan lebih lama. Perubahan dalam gerakan mata membuat pemain lebih condong menendang kearah tengah gawang, membuatnya lebih mudah untuk diselamatkan oleh kiper. Para peneliti percaya bahwa dengan lebih menyadari dampak kegelisahan pada gerakan mata dan akibatnya terhadap akurasi tendangan para pemain, pelatih dapat mengatasinya melalui latihan.

Greg Wood mengatakan bahwa strategi terbaik untuk digunakan oleh pengambil tendangan penalti adalah mengambil posisi dan tendanglah bola ke gawang dan abaikan penjaga gawang dalam prosesnya. Berlatih strategi ini akan membangun koordinasi yang kuat anyta pergerakan mata dan tindakan-tindakan selanjutnya, membuat tendangan menjadi semakin akurat. Tambahnya, hal yang paling penting untuk mengatasi kecemasan selama dalam adu tendangan penalti adalah berlatih tendangan penalti. Skill mengambil tendangan penalti harus terasah dengan baik sehingga mereka (pemain sepakbola) kuat dalam menghadapi tekanan.

Tetap saja, Bola itu bundar.

Sumber :
www.sciencedaily.com, “Why England soccer team keeps losing on penalty shots”, diunduh pada 24 Desember 2009 pukul 08.16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun