Mohon tunggu...
Luqman Hakiem
Luqman Hakiem Mohon Tunggu... -

menjadi manusia "menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buruk Itu Hitam ... Cahaya itu Tjahaja

21 April 2017   18:51 Diperbarui: 22 April 2017   05:00 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anak belitung ini dari remaja sampai sekarang sangat pandai berhitung. Terutama sekali jika berhitung tentang sesuatu yang penting. Salah satu nya tentang kepentingan bagi begitu banyak "orang penting" di wilayah kuno kampung kalapa.Sedemikian penting nya "orang-orang" itu, sampai sampai ia rela bertaruh jiwa.Siapa "orang-orang penting itu"? Mereka adalah masyarakat, ya kumpulan para rakyat.Ia ini sangat disayang dan dikagumi oleh masyarakat yang "murni" nalar nya, bersih pikirannya.Yang sadar bahwa kebaikan-kepedulian dan keberpihakan yang berani ternyata tak di ukur oleh hanya se sudut.Satu sudut itu penting dan mendasar, tapi terkadang tidak adil dipergunakan.Sering nya digunakan oleh mereka yang terancam oleh keahlian menghitung yang ia kuasai."Mereka" menggunakan segala macam jalan untuk menghentikannya.Bujuk rayu untuk kerjasama sampai bau tengik ancaman di terima nya dari "mereka"Apapun cara di lakukan untuk memberi "hitam" kepada nya.Sekaligus mengaburkan hal-hal "mulia yang dilakukan nya.Sang Belitung ini terlihat hampir sempurna, tiada celah untuk bisa menghentikan nya.Sebab, hanya keburukan nya lah sesungguh titik terlemah ia, karena ia manusia.Titik itu adalah kesombongan, kekasaran, kontrol diri dan hal itu bisa ada di diri nya, karena ia manusia.Makhluq yang sering lupa kalau manusia tidak pantas sombong atas nama apapun.Dan itu ia alami juga akhirnya.Kelemahannya di jadikan senjata melawan dirinya, menaburkan warna hitam pekat pada hidup nya.Hal hal keburukan yang manusiawi dari dirinya, dibenturkan dengan sistem kosmologis yang bernama "agama".Asap asap "hitam keburukan" nya di sebarkan se antero Jawa, menghitamkan pandangan banyak orang terhadapnya.Pekat gelap hitam men-stempel dirinya, massif terstruktur dan terencana.Jutaan timpukan lidah menjuluki nya penista, membebani perjalanan nya.Menghilangkan hampir seluruh kemuliaan yang dilakukan nya.Yang dilakukan hampir setiap pagi di tempat nya bekerja, yang men-cahayai bale kota kampung kalapaUntung nya, siapa pun manusia yang mendekati cahaya maka ia akan terang karena di cahayai.itulah kemulian cahaya, "memuliakan" siapapun dengan diri nya.Sang Belitung memberikan kita pelajaran.Buruk itu ..... hitam, jangan kau ambil.Mulia itu ..... cahaya, dekati dan istiqomah lahSang Belitung bernama menjadi cahaya.maka Cahaya itu Bernama Tjahaja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun