Mohon tunggu...
elde
elde Mohon Tunggu... Administrasi - penggembira

penggembira....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sebab München diserbu Orang Arab

5 Juli 2015   19:55 Diperbarui: 5 Juli 2015   22:04 10815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.tz.de/bilder/2012/09/13/2502061/1020904084-araber_schlaf_20120913-190438-2ef.jpg

Tulisan ini tidak akan menceritakan tentang membludaknya para pengungsi yang berasal dari tanah arab maupun negara lain sejak terjadinya konflik (Arab Spring), perang di Irak dan Suriah tersebut ke negara-negara Eropa. Kedatangan mereka yang jumlahnya mencapai jutaan hingga membuat kewalahan negara atau kota tujuan, termasuk di München, Jerman. Rumah penampungan yang memang dikhususkan untuk memfasilitasi para pengungsi atau pencari visa suaka selama menunggu proses hingga sudah tidak muat lagi. Tempat-tempat darurat pun dibuka sebagai alternatif untuk menampungnya. Namun tulisan ini akan membahas dari sisi lain, kenapa München di musim panas seperti sekarang diserbu oleh orang-orang Arab yang berstatus sebagai turis. Jumlah kedatangan tiap tahunnya semakin meningkat besar.

Jika Anda berjalan di daerah pertokoan pusat kota, akan mudah ditemui rombongan keluarga yang perempuannya kebanyakan memakai hijab atau jilbab. Tidak jarang ditemani oleh baby sitter berwajah Asia Tenggara yang setia mendorong kereta bayi atau membawa barang dan berjalan dibelakangnya. Mereka adalah para turis dari Arab Saudi atau UAE. Walaupun di musim semi dan gugur juga ada, namun bulan juni-juli adalah puncaknya. München menjadi tujuan utama mereka diantara kota-kota besar lain di Eropa. Kenapa kota ini dipilih oleh mereka, ada beberapa sebab menjadi alasannya. Mungkin tidak seperti yang ada di negara kita, nama Puncak menjadi tujuan dan terkenal karena perempuan-perempuan lokalnya.

Segi Keamanan

Walau München termasuk kota besar dan menempati urutan ketiga di Jerman setelah Berlin dan Hamburg, dari segi keamanan masih relatif terjamin. Mustafa Attach, konsulat jendral UAE, memberikan pernyataan bahwa secara khusus München dipandang sebagai kota aman. Kehidupan konservatif masih dihormati di kota ini, masyarakatnya masih menjunjung tinggi tradisi. Antara tehnologi dan tradisi bisa berjalan bersama. Orang akan cepat mengenal masyarakat München dengan tradisi pakaian celana kulitnya dan orang Arab dikenal dengan baju hijab bagi perempuannya.

Shopping Paradise

Orang Arab yang datang kebanyakan memiliki kantong tebal dan dikenal punya selera tinggi pada barang bermerek. München memfasilitasi semuanya. Pusat perbelanjaan pertokoan sepanjang jalan Maximilianstrasse yang menawarkan barang-barang karya desaigner kondang dan dijamin asli produknya, banyak ditemui disini. Namun ada juga turis Arab juga berbelanja di tempat-tempat umum yang berada diseputaran Marienplatz. Tempat ini kalau di Jogja semacam Malioboro, bedanya tempat ini khusus sebagai pertokoan dan untuk pejalan kaki maupun pengendara sepeda saja.

Dari penjelasan beberapa pengelola toko, kadang mereka kesulitan membedakan pembeli dari negara-negara Arab tersebut karena perempuannya banyak juga yang tidak lagi mengenakan hijab atau burka. Jumlah pemakainya semakin menurun dan mereka lebih memilih untuk tidak memakainya lagi. Tidak dijelaskan apakah hanya selama liburan saja hal ini dilakukan atau juga jika mereka kembali ke negara asalnya.

Para pegawai toko ini bisa mengenal mereka karena memang ada pendidikan khusus yang diberikan dari pengelola tokonya. Pelatihan khusus untuk melayani tamu dari negara Arab. Perbedaan budaya dan tingkah laku seperti masalah penghormatan, gerak tubuh adalah hal penting untuk diketahui.

Klinik, Rumahsakit dan hotel

Tidak semua turis Arab datang untuk menghabiskan waktu luang dengan liburan saja, namun ada yang bertujuan untuk kesehatannya. Claudia Klüng, CEO asosiasi Healt Centre Bayern yang juga mengurusi klinik dan pusat rehabilitasi mengatakan banyak yang datang karena alasan sakit seperti diabetes, kanker dan jantung. Biasanya mereka datang sebagai pasien privat. Beberapa klinik bahkan memberikan perlakuan khusus dengan menyediakan ruang untuk sholat dan makanan halal. Begitu pula hotel berbintang juga menyediakan kamar khusus bagi orang Arab yang tajir, dengan menyewakan kamarnya untuk tempat rehabilitasi. Tentunya didukung juga dengan layanan pengobatan oleh para dokter. Bahkan "The Charles Hotel" membuka tempat spa seminggu sekali hanya khusus bagi perempuan. Hal yang tidak biasa karena antara perempuan dan laki-laki di dalam spa umumnya tidak dibedakan.

http://www.pi-news.net/wp/uploads/2012/11/dsc_0204-2.jpg
http://www.pi-news.net/wp/uploads/2012/11/dsc_0204-2.jpg
Selain ketiga hal diatas, pada bulan juni-juli di tanah arab cuaca yang sangat panas dan bisa mencapai lebih 40 derajat menjadi salah satu alasan juga mengapa mereka memilih datang ke eropa untuk ngadem. Bagi mereka walau di eropa juga masuk musim panas, namun tidak sepanas di negaranya. Hanya saja untuk tahun ini diawal juli, München ternyata tidak kalah panasnya dengan negara Arab, tapi ini hanyalah pengecualian saja karena cuaca ekstrem dan tidak akan berlangsung lama sampai berbulan-bulan waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun