Mohon tunggu...
Tri Lokon
Tri Lokon Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta

Suka fotografi, traveling, sastra, kuliner, dan menulis wisata di samping giat di yayasan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Rakyat, Melestarikan Sekolah Milik Rakyat

4 Januari 2017   07:04 Diperbarui: 4 Januari 2017   08:02 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasa Peterongan Semarang (dokpri)

Selasa pagi (3/1) tiba-tiba kakak saya mengirim pesan lewat WA. Intinya pinjam mobil saya untuk belanja ke pasar tradisional Peterongan Semarang. Tak hanya memperbolehkan tetapi saya ikut ke pasar juga untuk "bernostalgia".

Dulu sewaktu masih kecil saya sering diajak ibu saya ke pasar. Seingat saya, membantu membawakan barang belanjaan ibu, merupakan alasan mengapa saya diajak ke pasar pagi-pagi buta. Saya tak keberatan dengan alasan itu selain sudah menjadi kewajiban seorang anak wajib membantu ibu.

Tiba di pasar, suara keriuhan transaksi antara penjual dan pembeli melalui proses tawar menawar, seperti nyanyian rakyat yang indah didengar di telinga seorang bocah kecil. Tak hanya itu, lalu lalang jasa pengangkut barang dagangan entah itu sayur mayur, bumbu rempah, potongan daging, ikan basah atau ikan kering, olahan makanan seperti tempe tahu ataupun buah-buahan, berlangsung begitu dinamis dan mengekspresikan keberadaan sebuah pasar.

Becak, bagian penting dari pasar rakyat (dokpri)
Becak, bagian penting dari pasar rakyat (dokpri)
Tak ketinggalan suara parau pengamen dengan diiringi musik portable-nya sambil melenggak-lenggokkan badannya menghibur semua orang di padar. Uniknya dadanannya selalu menor serta berpakaian rapi dengan baju warna yang ngejreng, siap mendatangi setiap lapak dengan asa mendapat berkah uang dari setiap pedagang.

Saat mendampingi kakak petempuan saya tawar menawar harga yang akan dibeli, seorang lelaki paruh baya menawarkan jasa ukur tensi tekanan darah dan berat badan. Dalam hati, apa ada yang mau memakai jasa kesehatan di tengah keriuhan pasar. Sempat meragukan, tapi itulah pasar.

Aneka macam kacang (dokpri)
Aneka macam kacang (dokpri)
Pasar Peterongan Semarang menjadi salah satu ikon pasar rakyat tradisional yang ramai dikunjungi oleh warga selain pasar Johar (yang beberapa waktu lalu terbakar). Keberadaan pasar-pasar itu sangat vital bagi kehidupan harian warga Semarang. Tak heran sejak pagi buta sudah ramai orang belanja.

"Yang buka usaha warungan atau rumah makan pagi-pagi sudah datang untuk belanja kebutuhan dasar rumah makannya" kata kakak saya. "Sayuran-sayuran segar seperti kol, wortel, tomat, bayam, daun bawang, sawi dan lainnya itu didatangkan langsung dari Bandungan, Ambarawa  atau Kopeng sejak dini hari agar tidak layu kena matahari" imbuh kakak saya.

Hasil Pertanian dari Bandungan dan Kopeng
Hasil Pertanian dari Bandungan dan Kopeng
Sejak kecil, saya banyak belajar tentang arti dan makna keberadaan sebuah pasar bagi kehidupan manusia. Betapa pentingnya pasar bagi keseharian hidup manusia satu sama lain. Roda perekonomian rakyat terjadi secara rutin di pasar.

Ucapan kata mahal dan murah sering dilontarkan baik pembeli maupun penjual di pasar saat transaksi. Naik turunnya harga menjadi indikator sejauh mana daya beli konsumen terhadap barang kebutuhan dasar. Juga memberi gambaran nyata tentang besar kecilnya permintaan konsumen pada barang yang dibutuhkan.

Di sisi lain, kesan kurang baik tentang pasar muncul dalam benak saya. Selain pasar identik dengan kumuh, becek, sampah yang menumpuk, aroma tidak sedap dan ketidakteraturan penempatan barang dagangan, juga pasar tradisional belum ditata kelola secara modern.

Pasar tradisional yang bersih, teratur, dan indah dipandang jarang saya temukan. Kesan pasar modern masih didominasi oleh kehadiran supermarket, mall, atau pasar grosiran tetapi belum bisa disebut pasar rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun