Mohon tunggu...
Elizabeth
Elizabeth Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sebuah Hati untuk Negara Ini Membaca Sang Duta Baca Najwa Shihab

15 Agustus 2017   15:52 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:00 4316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menjadi tugas utama seorang duta baca untuk mengajak mesyarakat agar jatuh cinta dengan membaca, salah satunya melalui aktifis literasi, dan cara lainnya. Awalnya ketika ditunjuk sebagai duta baca, Najwa mengakui merasa tegang dan stres, terutama melihat angka statistik minat baca masyarakat indonesia, yang dari 61 negara, Indonesia berada di nomor 60. Kalau di eropa, masyarakatnya dapat membaca 20 buku per tahun, dan di jepang sebanyak 18 buku per tahun, Indonesia malahan tidak satu bukupun, alias nol.

Hal ini akan menjadi sulit, bagaimana memulainya dengan kondisi seperti ini? Namun setelah setahun berkeliling kepada para aktifis, dan para penggerak, ditemuilah bahwa sebenarnya bukan minat membaca masyarakatnya yang rendah, namun aksesnya yang susah. Karena sebenarnya, ketika diberi air, orang yang dahaga akan berlari kepada air tersebut, kira-kira demikian analoginya dengan masyarakat kita. Sebenarnya ketika dibeikan buku, respon masyarakat yang kami kunjungi justru antusias.

Harga buku yang mahal merupakan salah satu faktornya, hal ini dikarenakan komponen biaya buku yang mahal, bahan baku buku, pajak bukunya, sehingga tidak heran masyarakat menjadi enggan membeli buku. Sebenarnya di Indonesia terdapat undang-undang mengenai pembukuan, namun belum dijangkau bagaimana agar buku-buku tersebut harganya dapat menjadi lebih murah.

Bulan mei 2017 lalu, Presiden Jokowi mengundang arbitrase ke istana, ada teman-teman pustaka juga. Kemudian. tercetuslah ide untuk membuat alternatif agar dapat mengirimkan buku secara lebih murah ke daerah-daerah. Karena memang kendala selama ini adalah pendistribusian buku-buku ke daerah biayanya lebih mahal daripada harga bukunya itu sendiri.

Kini pemerintah bekerjasama dengan Pos Indonesia untuk mengirim buku gratis, setiap tanggal 17 siapapun dapat mengirimkan buku secara gratis ke daerah yang ingin dituju dan yang sedang membutuhkan buku-buku. Sehingga setiap tanggal 17, banyak orang mengatakan hari itu adalah "hari gajian buku", karena pengiriman buku yang gratis. Namun, sosialisasinya masih perlu digencarkan. Maksimal pengiriman buku seberat 10 kg, ada 30 titik TBM, silahkan ke Pos Indonesia terdekat dan dapat dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia.

Untuk memenuhi hobi di generasi milenial yakni tengah era digital, kini di tab, tablet, smartphone dan lain sebagainya, telah tersedia aplikasi iPUSNAS yang dapat masyarakat unggah di Google Playstore. Memang pendekatan yang digerakkan harus berbeda-beda. Tidak mungkin berharap kepada pemerintah 100%, dan berkata, "Inikan urusan negara". Wanita yang sempat menjadi tuan rumah acara Mata Najwa ini menuturkan bahwa tugas ini terlalu besar untuk diakukan sepotong-sepotong, "Oleh sebab itu saya telah bekerja sama dengan polri, membuka Pojok Baca pada Kamis, 10 Agustus 2017 lalu. Suatu hal yang sangat membesarkan hati saya ketika Pak Tito berkata, 'Mulai sekarang saya perintahkan setiap jajaran polres, polda, dan lain-lain untuk membaca buku.'"

Sehingga ini tidak menjadi tanggung jawab seseorang saja, 1 pihak, maupun 1 kelembagaan saja, namun secara bersama-sama. Ini merupakan sebuah kegerakan, bukan suatu program saja, yakni agar bagaimana caranya kita menjadi provokator agar virus membaca dapat tersebarkan. "Dan saya percaya masyarakat NTT akan menjadi tempat yang subur untuk itu," ujar Najwa saat sesi tanya jawab di NTT (11/8)

Lalu, apa yang harus dilakukan agar tercipta kebiasaan membaca?

Ya harus dibiasakan. Memasukkan membaca sebagai salah satu rutinitas masyarakat. Misalnya dalam sehari selalu meluangkan waktu 20 menit untuk 20-30 halaman. Jika belum selesai, tantang diri anda sendiri. Pilih apa yang akan anda baca, dan biasakan membaca bahan yang berbeda

Kemampuan anak 2 SD dalam membaca itu bagus, namun ketika SMP sudah berbeda, sayangnya banyak orang tua mudah puas ketika anak mereka telah mampu membaca. Padahal membuat anak suka membaca juga membutuhkan pembelajaran dan kebiasaan membaca yang ditanamkan orang tua sejak dini.

Betapa mudahnya kita diprovokasi, dan terpancing oleh informasi yang bahkan belum jelas. Betapa kita cemas akan generasi muda dalam menentukan pilihan. Ini terkait dengan kemampuan mereka dalam membaca. Membaca itu mencerna makna. Kemampuan mengaitkan satu hal ke hal lain. Menarik benang merah nya, dan hubungan sebab akibat atau klausal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun