Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca dan Menulis Tak Pernah Ada Matinya

7 November 2017   00:10 Diperbarui: 7 November 2017   00:12 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membaca menurut penulis merupakam sebuah bekal atau modal dasar bagi para pembelajar. Orang yang masih penuh semangat dan selalu pingin belajar selama hidupnya, pastinya tidak terlepas dari kegiatan membaca. Kebiasaan membaca inilah yang pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk menuangkan ide/gagasan atau pemikirannya ke dalam bentuk tulisan.

Kegiatan dalam tulis menulis sesungguhnya bukanlah monopoli kalangan tertentu, bukan pula dunia kepenulisan hanya diperuntukkan kalangan terpelajar, intelektual dan mereka yang mengenyam bangku di perguruan tinggi dan bergelar. Tetapi kegiatan menulis bisa atau boleh dilakukan oleh siapa saja, asalkan mau dan berhasrat untuk melakoni sesuai kapasitasnya.

Membahas dunia tulis menulis, mungkin ada baiknya perlu dipahami bahwa kegiatan menulis itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari dunia baca membaca, karena pada umumnya kegiatan/kelancaran dunia menulis dimulai dari kebiasaan membaca. Adapun membaca dalam hal ini penulis maksudkan sebagai upaya memperoleh informasi diberbagai bidang dalam bentuk teks seperti buku-buku, jurnal, majalah, media cetak dan yang termodern membaca via e-book, media online dan lainnya.

Nah, dengan kebiasaan membaca tentunya banyak manfaat yang diperoleh antara lain: kita dapat mengakses informasi dan menambah pengetahuan/wawasan, mengasah kemampuan berpikir/menganalisa,  memperkaya kosakata, memperoleh inspirasi, menumbuhkan kreatifitas, dan juga mengasah kemampuan untuk dapat menuangkan pemikiran dalam dunia menulis.

Manfaat lain dari membaca yaitu merangsang sel-sel otak untuk tetap aktif dan tidak mudah pikun, memperkuat daya ingat/memori, memahami pemikiran/perasaan orang lain yang berbeda budaya maupun karakter, mampu berempati/memahami dunia di luar lingkungan kita untuk selanjutnya dikembangkan.

Menurut berbagai literatur dan artikel populer yang pernah saya baca, konon salah satu karakter orang Jepang tergolong manusia yang "rakus", pastinya disini dimaksudkan sebagai "rakus dalam hal membaca" sehingga kebiasaan ini telah menjadikan mereka layak disebut sebagai bangsa pembelajar, mampu memotivasi dan memberdayakan dirinya sendiri, disusul kemudian melahirkan karya-karya inovatif dan produktif bahkan dikenal di lingkup dunia.

Menulis, demokratis, tak ada matinya

Perlu diketahui bahwa dunia kepenulisan adalah sebagai profesi terbuka, menjadi penulis umum tidak mesti dibebani persyaratan yang ketat dan rigit yang harus dipenuhi. Siapa saja tanpa batasan status, tak ada yang menghalang-halangi, setiap warga negara tidak pernah dilarang untuk berkarya tulis selama masih berpegang pada kelayakan untuk dipublikasikan dan memberi manfaat bagi hidup kemasyarakatan.

Atas dasar uraian itu, selanjutnya menulis (entah itu menulis cerita, novel, reportase, laporan peristiwa, kritik sosial, atau tulisan pengetahuan/artikel, buku sesuai minat dan pengalaman masing-masing) sebagai pilihan kegiatan yang tergolong demokratis. Setiap manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab untuk  mengekspresikan pemikiran, ide atau gagasan yang dituangkan kedalam bentuk tulisan.

Saya sendiri tertarik dengan dunia tulis menulis berawal dari mencoba mengekspresikan opini dan artikel ringan mulai tahun 1984-an (sejak usia remaja) lewat media cetak lokal Yogyakarta (di Harian Bernas, Harian Kedaulatan Rakyat, dan lainnya), bahkan di Harian Kompas dalam kolom/rubrik Surat Kepada Redaksi (Redaksi Yth/Surat Pembaca) juga beberapa kali pernah dimuat.

Bermula menulis di kolom Surat Pembaca tentang kebijakan terkait usaha kecil saya yang seringkali "dipermainkan" oleh pihak agen saat itu. Beberapa kali tulisan dimuat -- dan efeknya atas tulisan di media kemudian saya pernah didatangi pihak yang berkompeten untuk konfirmasi sehingga masalah yang menimpa usaha kecil saya menjadi kelar/terselasaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun