Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekelumit Mengenal Beberapa Nasehat Dalam Budaya Jawa

24 Agustus 2017   00:09 Diperbarui: 24 Agustus 2017   00:15 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terlebih dahulu perlu diketahui tulisan ini bukanlah bermaksud menggurui, apalagi bermaksud menonjolkan pihak tertentu (Jawa). Jauh dari itu, sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dalam budaya Jawa dikenal banyak nasehat yang berasal dari sesepuh/leluhur, sudah menjadi tradisi turun temurun dan seringkali menjadi tuntunan dalam berperilaku bagi masyarakatnya.

Seperti halnya berbagai  daerah di tanah air tercinta ini, di Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, Ambon, dan Papua (Sabang sampai Merauke) juga pastinya dikenal berbagai karya seni, budaya dan sastra yang jika dimaknai tentunya mengandung tuntunan yang arif dan bijak bilamana diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah Indonesia ! Bhinneka Tunggal Ika ! Dimana nilai-nilai kebudayaan daerah sudah terangkum dalam Pancasila.

Perlu juga dipahami bahwa bertemunya satu budaya dengan budaya lain (antar daerah) di  negeri ini sungguh merupakan potensi sekaligus kekayaan tersendiri. Budaya atau kebudayaan dalam konteks kata kerja -- lebih menjadikan aset nasional -- yang menunjukkan karakter bangsa. Hidup dalam kemajemukan, saling menghargai, bertoleransi, sehingga nilai-nilai budaya yang dijalani bisa saling berbagi, melengkapi, yang pada gilirannya terjadi kebersamaan langkah, maksud dan tujuan untuk mengisi kemerdekaan.

Dalam kaitan tulisan ini, demikian halnya masyarakat Jawa dalam menjalani kehidupan di segala bidang masih banyak melakukan tuntunan seperti dinasehatkan dalam budayanya.  Adapun beberapa nasehat (Jawa: pitutur) yang perlu penulis bagikan disini antara lain:

  • "Ngono ya ngono, ning aja ngono"

Terjemahan bebasnya: melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak orang lain, namun sebisanya jangan menyakiti perasaan orang lain tersebut.

Salah satu contoh penerapannya: di era demokrasi ini setiap orang berhak menyatakan pendapat, termasuk melakukan kritik bilamana ditemui keputusan/kebijakan atau pernyataan tertentu yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Namun demikian cara melakukan kritik dan penyampaiannya perlu memperhatikan etika/kesantunan.

  • "Sekti tanpa aji, menang tanpa ngasorake"

Terjemahan bebasnya: dalam mengalahkan musuh atau lawan,  jangan sampai membuat lawan merasa direndahkan, baik direndahkan martabat atau harga dirinya.

Salah satu contoh penerapannya: ketika kita memenangkan dalam suatu pertandingan/lomba atau persaingan apapun maka kita perlu tetap rendah hati dan selalu menghargai lawan tanpa terkesan meremehkannya.

  • "Aja golek menange dewe, dalan gawat becik disimpang"

Terjemahan bebasnya: jangan selalu mencari menang sendiri, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, jangan pula melibatkan diri didalam perdebatan dengan orang yang maunya menangan sendiri.

Salah satu contoh penerapannya: dalam pergaulan di segala bidang janganlah egois, merasa paling hebat, paling benar (baca: orang lain dianggap tidak ada artinya). Dalam rapat organisasi atau kehidupan bersama misalnya, seyogyanya kita tidak perlu menyalahkan, tetapi cukup saling memahami sehingga terbangun kepentingan yang sama. Sebaiknya kita menghindari atau menjauhkan diri dari perdebatan orang yang berkarakter selalu merasa paling benar.

  • "Kudu angon wektu, tumindak kudu manut kala mangsa"
  • Terjemahan bebasnya: seharusnya kita selalu memperhatikan waktu (suasana dan tempat) dalam segala hal, setiap perilaku maupun tindakan harus dan selalu mempertimbangkan situasi maupun kondisi.

Salah satu contoh penerapannya: apabila kita melakukan berbagai aktivitas dan tindakan apapun tidaklah asal-asalan atau semau gue, segalanya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Dalam bertindak atau berperilaku harus selalu mempertimbangkan timing yang tepat.

  • "Wong golek kemakmuran iku ora klebu kadonyan. Sing sapa ngegungake bandhane, wirang lamun sirna bandhane"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun