Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ketika Meminta Lagu di Radio Masih Menyenangkan

23 Oktober 2018   22:50 Diperbarui: 25 Oktober 2018   12:32 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | https://www.dailymail.co.uk

Ingat nggak kapan terakhir kali kamu mendengarkan radio sambil meminta lagu pada penyiarnya? Atau malah belum pernah sama sekali?

Semenjak masuk kuliah, mendengarkan radio adalah salah satu hiburan yang paling saya sukai. Bukan, bukan karena tidak ada televisi. Hanya saja, mendengarkan radio terasa punya sensasi yang lebih membahagiakan bagi saya. Lebih bisa menjadi moodbooster,gitu!

Saya tidak menyukai kesepian. Alasan itulah yang barangkali membuat saya mencari-cari sesuatu yang bisa membuat keramaian. Ya, keramaian yang kemudian saya usahakan dengan menyalakan dan mendengarkan radio. Televisi memang mampu, hanya saja saya mudah ter-distract (teralihkan) dengan visualisasinya. Maklum, selain mendengarkan radio ada hal lain yang saya ingin kerjakan juga, semisal menulis atau mengerjakan tugas lainnya yang butuh saya perhatikan.

Pencitraan bets yak.

Nostalgia, Bahagia itu Sesederhana Mendengarkan Permintaan Kita dibacakan

Dulu, mendengarkan radio tidak semudah hari ini yang tinggal streaming , yang auto cari frekuensi.

Saya kenal radio sejak SD. Waktu itu, saya sering mendengarkan salah satu stasiun radio -yang letaknya tidak jauh dari rumah- bersama kakak. Hal yang membuat kami begitu antusias mendengarkan radio kala itu adalah momen menunggu salam-salam dibacakan oleh penyiar.

Salam yang sebelumnya kami tuliskan dalam sebuah lembaran kertas yang disediakan pihak radio. Bukan hanya salam, pun kita diperbolehkan untuk meminta lagu kesukaan yang syukur-syukur diputarkan.

Cerita soal radio yang seperti ini bukan hanya milik saya. Seorang teman (gebetan jaman baheula) bahkan sempat terang-terangan bercerita bahwa dulu radio pernah menjadi media mengirim 'sinyal-sinyal' tanda suka -cinta?. Hmmm, sweet sih tapi kenapa baru ngaku dan saya juga baru tahu. HAHA.

Romantisnya radio dulu adalah meski ketika kita menulis pun belum tentu akan dibacakan, tetapi kami tetap setia didepan radio sampai mengantuk. Seberjuang itu, tetapi manis juga jika dirasa-rasa hari ini. Jadi punya cerita, setidaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun