Keren, satu kata itu barangkali sudah mewakili apa yang saya rasa ketika mengetahui dan melihat "ritual" makan siang anak-anak sekolah di Jepang.
Meski saya sendiri belum pernah melihatnya langsung ke Jepang sih, namun setidaknya dari referensi tulisan maupun video tersebut saya bisa menceritakan 'sedikit'.
Berawal dari kerjaan Bapak sebenarnya, waktu itu saya ditugaskan untuk mencari beberapa video tentang pembelajaran masa kini. Permintaan Bapak waktu itu adalah video pendek yang berisi dan permintaan khusus lainnya adalah soal yang terjadi di negara Jepang.
Tidak seperti saya, Bapak memang sudah merasakan sendiri bagaimana kondisi disana. Dan barangkali memang ada yang berbeda dari sistem pembelajarannya yang bisa kita tiru atau paling tidak dipelajari terlebih dahulu.
Ya, salah satu video yang paling menarik dan akhirnya dijadikan bahan kerjaan bapak adalah soal "Makan Siang Anak-anak Sekolah di Jepang", yang kemudian membuat saya makin penasaran dengan menambah referensi dari beberapa artikel.
Ritual Makan Siang di Jepang, Bukan Hanya Soal Makan dan Kenyang!
"The 45 minute lunch period is considered as an educational period, same as math and reading"
Ternyata perihal makan siang yang diterapkan sekolah-sekolah dasar di Jepang bukan sekadar soal makan dan menjadikan anak menjadi kenyang, karena ada yang juga tak kalah penting yang terselip disana, yaitu pembelajarannya yang bahkan dianggap sama dengan matematika dan membaca.
Pasalnya, dalam ritual makan siang yang saya lihat di beberapa video, anak-anak di Jepang memang dilatih untuk mempraktikan matematika secara langsung semisal dengan bagaimana membagi makanan sama rata atau memberitahukan apa-apa makanan sisa yang menjadi lebih. Berapa ikan yang tersisa, kotak susu yang masih ada? Bukankah itu juga soal matematika?