Mohon tunggu...
Liman Halim
Liman Halim Mohon Tunggu... -

I want and need to learn more from others

Selanjutnya

Tutup

Money

Apa itu Dampak Psikologis ?

11 Februari 2010   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:58 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa bulan terakhir ini, kita disuguhi drama politik bail-out Century. istilah krisis berdampak sistemik menjadi akrab dan debatable. Berhubung sampai saat ini masih terjadi perdebatan apakah krisis itu berdampak sistemik dimana parameternya berupa psikologis pasar atau psikologis pelaku ekonomi yang tidak (mau) dimengerti kalangan tertentu, maka bail-out Century menjadi bulan-bulanan para politisi.

Kita tidak mau diseret dan tidak ingin ikut dalam perdebatan yang bernuansa politis ini. Oleh sebab itu saya mencoba memberikan pandangan dalam bahasa awam beserta contoh analis ekonomi yang sederhana supaya kita memahami apa itu dampak sistemik berdasarkan psikologis.

Akhir 1997, krisis moneter melanda Asia, termasuk Indonesia. 16 bank dilikuidasi (yang tidak sampai 1% dari total dana perbankan nasional) di akhir 1997. Berhubung tidak ada jaminan / blanket-guarantee dari pemerintah saat itu, dana nasabah tidak bisa ditarik lagi. Hangus semua. Kepanikan melanda masyarakat. Asal ada isu atau rumor sekecil apapun tentang suatu bank, bank apapun tersebut, nasabah akan langsung me-rush.  Untuk amannya, banyak yang menarik dana dari bank dan diinvestasikan ke emas, dollar ataupun dilarikan ke luar negeri.

Krisis berdampak sistemik.....

BCA yang merupakan bank swasta terbesar (BNI, BBD, BRI, dan beberapa bank pemerintah lainnya masih kalah dari sisi pengumpulan dana masyarakat) waktu itu, di akhir 1997 tersebut mendadak di rush. Apa yang membuat BCA di rush padahal saat itu BCA terkenal sehat (dibanding bank sejenis atau yang dilikuidasi)? Rupanya ada rumor pemilik BCA, Soedono Salim meninggal. Begitu malamnya Soedono Salim muncul di Indosiar dan menyatakan sehat-sehat saja, besoknya rush mereda.

Apa hubungan 'meninggalnya' pemilik BCA dengan kesehatan BCA? Saat itu semua orang tahu bahwa SS dekat dengan Soeharto. Jika SS meninggal, maka tidak ada jaminan bahwa Soeharto atau pemerintah akan membantu BCA kalau kolaps. Walaupun bank sehat, tetapi suasana krisis saat itu, situasi politik yang memanas, membuat masyarakat kehilangan akal dan tidak sanggup berpikir logis lagi karena bank yang dilikuidasi, dananya pasti akan hilang begitu saja.

Ini disebut dampak psikologis dari suatu krisis yang tidak bisa diprediksi.

Awal 1998 pemerintah memberlakukan blanket guarantee. beebrapa bank dilikuidasi dan dananya dipindahkan ke BNI. Rush sudah berkurang banyak walaupun masih ada sedikit kepanikan karena proses pembayaran di BNI sangat lambat berhubung banyaknya nasabah yang ingin mencairkan dananya di saat krisis ekonomi memuncak. Sampai dengan tragedi mei 1998.

Soeharto jatuh. Kali ini rush terhadap BCA benar-benar buruk dan bertambah buruk. Terlepas dari motif politik, banyaknya nasabah dan yang bukan nasabah antre di depan ATM dan teller sampai ke luar gedung berebut mengambil dananya. Padahal ada yang cuma menarik 15000, 20000, atau bahkan cuma untuk mencetak buku tabungan saja.

Dampak psikologisnya, makin banyak yang ikut walaupun dari sisi dan ilmu bisnis, BCA sehat dan tidak mungkin ambruk saat itu. Tetapi sekali lagi, akibat isu bahwa karena Soeharto jatuh dan kroninya tidak ada yang melindungi lagi, maka BCA akan disita dan ditutup.

Logika yang tidak masuk akal karena benar ditutup pun, khan ada blanket-guarantee. Psikologis mengalahkan nalar. Usaha untuk 'mengkerdilkan' BCA berhasil saat itu. BCA diambil alih pemerintah dan tetap beroperasi walaupun manajemen masih di tangan Salim Group. Kepanikan sudah berangsur hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun