Sikap ketar-ketir mulai ditunjukkan oleh semua partai pengusung Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta. Pasalnya, elektabilitas Ahok hari ini, cenderung stagnan dan justru terbilang terus merosot. Karena itu, jika situasi ini tidak bisa diatasi dengan baik oleh Ahok-Djarot dan segenap pendukungnya, maka bisa dipastikan Ahok-Djarot akan terpental dalam putaran kedua saat ini walaupun pada putaran pertama mereka unggul dari kedua pasangan calon yang lain.
Dengan pasangan calon yang tersisa hanya anara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, maka persaingan perebutan suara masyarakat berlangsung sengit, Â bahkan penuh dengan gesekan. Selisih suara antara Ahok-Djarot dengan Anies-Sandi memang tidak renggang, hanya sekitar 3%. Sementara jumlah suara yang harus mereka perebutkan yakni, sekitar 17% mengingat jumlah perolehan suara Agus-Sylvi.
Meski Ahok-Djarot unggul dari kedua pasangan calon yang lain pada putara pertama, tapi elektabilitasnya tidak terus naik, sebaliknya menurun. Situasi berbeda dialami oleh pasangan Anies-Sandi yang tingkat popularitas mereka terus melejit dan dibarengi dengan tingkat elektabilitas. Karena itu, beberapa lembaga survey yang meneliti arah pilihan warga Jakarta pada putaran kedua ini, selalu mengunggulkan Anies-Sandi.
Fakta ini membuat partai-partai pengusung mulai ketar-ketir. Misalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang merupakan pengusung utama Ahok-Djarot. PDI-P bahkan mengirim surat instrukti kepada semua pimpinan beserta anggota fraksi PDI-P DPRD Kota/Kabupaten seluruh Indonesia untuk berangkat ke Jakarta guna mengkampanyekan Ahok-Djarot.
Langkah ini sebenarnya cukup menggelikan, sebab para ketua dan anggota fraksi PDI-P seluruh Indonesia itu tidak memiliki akar dan pendukung di Jakarta. Sebaliknya, warga Jakarta hanya akan menganggap kedatangan ke Jakarta hanya lucu-lucuan karena tidak memiliki signifikansi apa pun. Terlebih, langkah ini juga mencerabut para ketua dan anggota fraksi tersebut dari tugas wajib mereka, yang berada di daerah mereka masing-masing.
Orang-orang yang sudah ketar-ketir memang biasanya bertindak aneh-aneh. Mereka sudah kehabisan akal untuk merubah kenyataan di Jakarta, bahwa warga Jakarta menginginkan pemimpin baru.