Mohon tunggu...
Elita Sitorini
Elita Sitorini Mohon Tunggu... Administrasi - pecinta buku

solum deum prae oculis verba volant scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makinatul Aminah, Penghafal Alquran Cilik Asal Jember

9 September 2011   11:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:06 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Usianya baru 8 tahun, namun Makinatul Aminah sudah hafal 15 juz Alquran dan memenangi Hafalan Alquran tingkat Provinsi Jatim. Sungguh suatu prestasi yang membanggakan.

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran (diingat), maka adakah orang yang mengambil pelajaran”.

Begitu bunyi Quran Surat Al Qamar ayat 17,22,32, dan 40. Petikan ayat ini sungguh menjadi pengingat bagi anak adam dan hawa untuk tak pernah berhenti mengingat Alquran. Menghafalkannya dan kemudian mentadaburinya.

Seorang gadis kecil dari Desa Serut, Kecamatan Panti Kabupaten Jember telah mengamalkannya. Usianya memang masih delapan tahun, namun kemampuannya sempat mendapat acungan jempol dari dewan juri MTQ XXIV di Kota Madiun pada Juni lalu.

Makinatul Aminah, awalnya hanya seorang murid SDN Serut 1 Panti. Dia dikenal sebagai gadis yang pemalu dan pendiam. Prestasi akademiknya cukup bagus dan selalu masuk sepuluh besar peraih nilai tertinggi di sekolahnya. Tapi, Makinatul tak hanya bersekolah di SDN Serut 1 Panti. Setiap sore dia masih bersekolah lagi.

Tempat sekolah sorenya itu tak jauh dari rumahnya. Lokasinya, tepat di sebelah rumahnya, berupa masjid yang diasuh sang ayah, Ustad Turmudzi. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini ikut menimba ilmu di Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang diasuh ayahnya.

Setiap hari, Makinatul belajar di dua sekolah itu. Turmudzi dan istrinya, Umi Hayumi tak mau ketiga putri mereka hanya mengenal bangku sekolah. Lalu melupakan kalam Illahi. Itu alasannya, dia menyuruh ketiga putrinya memperdalam ilmu di pondok pesantren yang dia dirikan. Bukan pondok pesantren besar, tapi sederhana khas pedesaan. Dengan santri kebanyakan warga sekitar rumah Turmudzi.

Suatu ketika, kakak kedua Makinatul, Afifah mengikuti MTQ tingkat kabupaten. Makinatul menyaksikan sang kakak beraksi di panggung MTQ. Menyuguhkan kemampuannya menghafal Alquran sekaligus melantunkannya dengan tartil yang indah. “Mbak, enak ya, kalau habis ngaji, pulang dapat sangu (uang), dikasih makan lagi. Aku pengen seperti Mbak,” celetuknya.

Mendengar sang adik berkata seperti itu, Afifah hanya tertawa geli. “Kalau mau seperti Mbak, gampang. Hafalkan Alquran, kamu akan ikut lomba seperti Mbak,” ujar Afifah. Awalnya, tak ada yang menganggap Si kecil ini serius. Abahnya hanya berpikir bahwa itu keinginan anak kecil yang wajar.

Nyatanya, Makinatul tak bisa melupakan keinginan untuk seperti kakaknya. Ketika di rumah, dia pun meminta diajari untuk menghafal Alquran. Sebelumnya, gadis kecil ini, sudah lancar mengaji dengan tartil sejak usia empat tahun. Setahun sebelumnya, Abahnya sudah mengajarinya abatata.

Sejak saat itu, kemampuan Makinatul sebagai hafidzah semakin terasah. Setiap hari, dia menghafal Alquran. Pukul 08.00, dia membaca sekaligus setor hafalan. Nanti diulang lagi pukul 10.00 begitu seterusnya. Tak ada waktu luang untuk memikirkan yang lain. Karena menghafal Alquran tak cukup hanya mengulang sepuluh sampai dua puluh kali. Makinatul sendiri mengulangnya hampir 40 kali setiap ayat yang dia hafalkan.

Usia yang masih kecil, dengan perkembangan otak yang pesat dan belum dibebani dengan berbagai pikiran macam orang dewasa, membuat proses hafalan Makinatul berjalan mulus. “Kuncinya harus disiplin. Setiap hari, tak boleh tidak,” kata Turmudzi.

Bukan tidak mungkin, Si kecil ini merasa bosan. Setiap saat, ketika anaknya bosan dan ingin bermain, Turmudzi dan Umi membebaskan Makinatul dari tugas menghafal. Meski menjadi makanan sehari-hari, orangtuanya tetap mengingat bahwa Makinatul masih anak-anak dan butuh ruang bermain, belajar, bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Sambil terus menghafal, Makinatul yang sangat ingin seperti kakaknya, akhirnya mengikuti lomba menghafal Alquran yang diselenggarakan Radio Prosalina FM Jember. Radio ini memang rutin menyelenggarakan lomba hafalan Alquran setiap bulan Ramadan. Hasilnya, Makinatul menjadi juara pada tahun 2010. Lalu, dia mengikuti MTQ Tingkat Kabupaten Jember dan lagi-lagi menjadi juara, sampai di MTQ Jawa Timur di Madiun.

Gayanya yang khas anak-anak saat mengambil undian, mengundang rasa kagum dewan juri MTQ Jawa Timur. Apalagi, kategori yang dipilihnya kebanyakan diikuti peserta remaja, dengan batas maksimal usia 17 tahun. Tentu saja, semua yang hadir bertanya-tanya, mampukah gadis usia delapan tahun ini bisa menguasai Alquran.

Tak pelak, ketika Makinatul mengalunkan suaranya yang merdu ketika menjawab pertanyaan dewan juri, pekikan Subhanallah dan riuh tepuk tangan menyambutnya. Penonton dan dewan juri semakin kagum ketika Makinatul mampu menjawab semua soal tanpa ada satu kesalahan.

Alhamdulillah. Itu prestasi karena kemudahan dari Allah. Semoga, di lomba berikutnya, dia bisa lebih bagus lagi,” imbuh Turmudzi. Saat ini, Makinatul sudah kelas tiga, sudah dikenal sebagai penghafal Alquran cilik, tapi tetap saja tak ada yang berubah darinya. Dia tetap pemalu, tetap belajar Alquran, tetap menghafal, semua tetap sama. Impian Turmudzi, anak ketiganya ini bisa benar-benar menghafal Alquran secara menyeluruh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun