Mohon tunggu...
Abdul Muchibbudin
Abdul Muchibbudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

i am muslim n i am an entrepreneur. reading n writing is very exciting activities in my life. There is no day without reading, i will be confusing if there is no something to be written. visit my web:www.sumbertanahberkah.com, www.lesprivatsurabaya.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Gratis , Mungkinkah?

20 Juli 2011   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita tidak lepas dengan yang namanya pendidikan. Mendidik anak , saudara, lingkungan dan masyarakat adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup manusia pada umumnya.

Tanpa adanya pendidikan yang baik, sulit bagi manusia untuk mewujudkan kualitas hidup yang efektif, efesien dan tepat guna. Maka dari itu, pendidikan sangat penting bagi manusia di segala lini kehidupan, entah kalangan kebawah, menengah ataupun kalangan atas yang bergelimangan harta.

Saking urgennya, pendidikan telah menjelma menjadi kebutuhan primer, yaitu kebutuhan yang harus di penuhi agar dapat bertahan hidup. Setara dengan kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

Masyarakat sadar akan kebutuhan yang satu ini, sehinggga muncullah wacana untuk membuat system dimana bidang pendididkan itu di laksanakan secara gratis bagi penuntut ilmu. Dalam hal ini pemerintah di tuntut untuk mewujudkannya, karena memang Undang-undang telah mengamanahkan kepada pemerintah agar menjamin pendidikan bagi warganegara Indonesia.

Oleh sebab amanah Undang-undang, lahirlah sekolah negeri. Sekolah ini di biayai oleh pemerintah secara total, mulai dari tanah, bangunan, sarana, gaji guru, dan biaya operasional di beri bantuan dana APBN. Namun keberadaannya tidak dapat menampung seluruh penduduk yang masuk usia belajar. Pemerintah hanya bisa menampung sekitar 50 % dari jumlah usia yang wajib belajar.

Adanya kuota yang yang kosong ini, masyarakat ternyata tak diam diri. Melalui berbagai macam organisasi di bawah yayasan. Lahirlah sebuah sekolah swasta tingkat dasar dan menengah bahkan perguruan tinggi. Hal ini muncul akibat dari rasa sadar diri akan pentingnya pendidikan. Dengan jumlah sekolah yang sangat sedikit yang di wujudkan oleh pemerintah, ternyata tak mampu menampung seluruh penduduk yang wajib menuntut pendidikan.

Memang kalau kita amati , sekolah di negeri lebih murah biayanya dibandingkan dengan sekolah swasta. Sekolah negeri banyak 100% di Bantu Negara sementara sekolah swasta adalah swadaya masyarakat (artinya minim). Sekolah negeri sarananya lengkap, sementara sekolah swasta sangat kurang fasilitasnya.

Kenyataan inilah yang menyebabkan adanya disparitas negeri dan swasta. Masyarakat cenderung memilih sekolah negeri daripada sekolah swasta yang berbiaya lebih mahal. Namun tidak menutup mata bahwa ada sekelompok masyarakat tertentu, yang lebih suka sekolah di swasta karena alasan agama ataupun karena kualitas. Pilihan ini sangat wajar sebab orang tua berkewajiban memberikan pendidikan kepada anaknya dengan pendidikan yang berkualitas dan mampu menopang kehidupannya kelak.

Mereka yang suka menyekolahkan Putranya di sekolah swasta yang berbasis agama , bukan tanpa alasan. Di sekolah negeri memang murah biayanya , akan tetapi mata pelajaran yang di ajarkan sangat minim dengan ilmu agama baik pengetahuan agama, moral agama maupun aplikasi agama dalam kehidupan sehari hari. Hal tersebut di khawatirkan oleh orang tua akan menjerumuskan putranya kearah yang kurang baik, kearah hedonisme yang menuju jalur kehancuran

Sementara mereka yang memilih sekolah swasta yang mengutamakan kualitas, juga memiliki alasan tersendiri. Mereka melihat bahwa sekolah negeri yang di biayai pemerintah mengalami disfungsi pendidikan. Pembelajaran berjalan kurang efektif, kualitas guru melempem karena tanpa persaingan, fasilitas seadanya yang berasal dari pemerintah .

Karena hal tersebut orang tua tipe ini lebih memilih sekolah alternative lainnya yang didirikan oleh pihak swasta. Mereka melihat bahwa pendidikan yang di kelola oleh swasta ( telah terbukti) selalu berusaha menghasilkan output yang berkualitas. Dengan begitu akan ada banyak orang tua yang menyekolahkannya ke sekolah tersebut. Selain itu persaingan yang ketat di antara sekolah melahirkan kebijakan yang ketat terhadap guru agar senantiasa meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun