Mohon tunggu...
Aji Latuconsina
Aji Latuconsina Mohon Tunggu... -

|Bukan Penganut Ajaran Agama Spilis (Sekulerisme - Pluralisme - Liberalisme) •Provokata @kutikata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Dulu Kata yang Utuh, Kini Kata yang Cerai

19 Juli 2017   23:47 Diperbarui: 21 Juli 2017   10:13 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (eyemage.gallery)

Dulu,  
kata-kata itu adalah pohon yang utuh
dari buah bibir sekeranjang penuh
saat jiwa ranum pada rasa dan peluh
serat rona wajah giurkan nafsu tubuh 

Kini,
reranting gelora lesu rasa mengeluh
dedaun kenangan layu tertunduk lusuh
janji-janji putik pada sari bunga luruh
hanya serbuk angin menawan debu yang kumuh 

Dulu,
bibir kedua pasangan berbuah kisah
berjuta kali senyuman kasih merekah
manis rasa setia di kulit berpori asmara yang remah
renyah kecup mesra di setiap waktu begitu indah

Kini,
gugur sehati berakar ikrar terbitlah gundah
harmoni sebatang pohon rimbun dan gelisah
daun pelipur buah termakan punah
pucuk terbiar layu, luruh dan mengalah

Dulu,
kata itu satu - yaitu ramah

Kini,
kata itu berubah jadi lemah dan absah

Dulu,
kata itu satu - adalah tabah

Kini,
kata itu artinya resah dan gundah

Usah.......
gairah......
sepah........
kini kata itu masih - harus pasrah
dan tetap berkata-kata - pisah

_________________
TT TUKEL STORI PARLENTE
"Dulu Kata Yang Utuh, Kini Kata Yang Cerai"
Klademak-Sorong, 14 Mei @kutikata2012
'1 Modified at Rabu, 27062012 - Sorong
'2 Modified at Rabu, 19072017 - Jakarta
timbaruangtinggalang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun