Mohon tunggu...
Kosmas Lawa Bagho
Kosmas Lawa Bagho Mohon Tunggu... Auditor - Wiraswasta

Hidup untuk berbagi dan rela untuk tidak diperhitungkan, menulis apa yang dialami, dilihat sesuai fakta dan data secara jujur berdasarkan kata hati nurani.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penolakan Hasil Quick Count yang Kredibel, Entahkah Menyangkal "Renaisance & Aufklarung"

30 Juli 2014   00:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:54 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan presiden telah kita lewati bersama. Keputusan final KPU sebagai lembaga penyelenggara tunggal dan sah pun telah menetapkan presiden terpilih yakni pasangan nomor urut dua, Jokowi-JK. Penetapan perolehan suara kedua kandidat yang berkontestasi pun tidak jauh dari sejumlah rilis hasil quick count dari lembaga-lembaga kredibel yang dapat dilihat dari rekam jejak kerja-kerja mereka selama ini.

Masih menanti hasil sidang gugutan salah paket kandidat di MK, ada sejumlah pertanyaan yang masih menggelayut hati terutama pikiran penulis lapak ini. Pikiran itu sepertinya tidak terlalu besar namun makin lama makin terus memberontak dengan sejumlah pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban. Oleh karena itu, penulis berusaha sekuat tenaga untuk menuangkan gagasan liar itu pada hari ini meski sesungguh penulis sudah berjanji untuk tidak menulis sesuatu yang dapat menimbulkan diskusi atau perdebatan di hari kemenangan sama saudara kita yang merayakannya. Atau mungkin pikiran ini bergelayut sendirian di dalam pikiran penulis sendiri.

Ada satu hal menarik dengan pilpres kita kali lalu. Setelah penjoblosan pada pukul 16.00 wib ada sejumlah lembaga quick count menyatakan kemenangan pada salah satu kandidat. Ini berdasarkan rekam jejek mereka selama mengikuti perhelatan pemilihan presiden ataupun pemilihan legislatif beberapa kali.

Namun ada yang mengagetkan bahwa ada penolakan dan dilengkapi dengan lembaga quick count dadakan yang mendukung kemenangannya. Semua pihak menunggu sampai hasil real count dari KPU. Kedua kandidat sepakat untuk itu meski sudah ada yang merayakan kemenangan.

Tanggal 22 Juli 2014. Langit ibu kota juga masih mendung. Belum tiba penguman hasil pleno final, salah satu kandidat menarik diri dan menyatakan bahwa menolak seluruh proses pemilihan. KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang sah, jalan terus sesuai peraturan dan perundang-undanagan yang berlaku. Kini hasil finalnya ada di MK. Apabila semuanya tidak terbukti mengalahkan selisih 8 juta suara lebih dan fakat serta data objektif sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku maka sudah pasti MK menentukan tidak lari jauh dari apa yang telah diputuskan rakyat Indonesia (meski patut diakui segala kemungkinan masih bisa terjadi).

Kembali pada tujuan tulisan ini. Ada semacam pertanyaan kecil dalam pikiran penulis, entahkah penolakan hasil quick count yang kredibel yang telah mengikuti metodologi ilmu pengatahuan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan berarti menyangkal semangat atau gerakan "renaisance dan aufklerung?"

Sudah diketahui oleh umum bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengatahuan serta teknologi yang super canggih dan super cepat saat ini lantaran adanya gerakan revolusioner cara berpikir dan pencerahan yang dibangkitkan oleh semangat renaisance dan aufklerung abad ke-14 sampai abad ke-17.  Dari gerakan ini berkembanglah seluruh proses ilmu pengatahuan dan teknologi sampai saat ini. Universitas-universitas yang ikut mendorong percepatan itu.

Di tengah kemajuan dan kontribusi universitas yang menjalar sampai seluruh penjuru dunia itu, namun ada yang menyangkalnya. Tentu ada berbagai alasan namun secara kasat mata dapat kita pertanyakan apakah hal ini terus berlanjut. Apabila hal itu terjadi, entahkah kita menoleh dari metodologi pengatahuan dan kembali ke zaman sebelum lahirnya renaisance dan aufklerung.  Ini menjadi permenungan saya!

Malang, 29 Juli 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun